42

1.3K 138 36
                                    

Aqeela sudah membersihkan luka Rassya, sekarang hanya tinggal mengobati saja. Sepertinya Rassya tertidur, atau pingsan akibat kekurangan darah.

Aqeela mengobati Rassya dengan telaten. Setidaknya dengan ia bersikap seperti ini, ia bisa menebus kesalahannya.

"Bu bos!" panggil Rey. "Bu bos bisa lihat ini." menunjuk laptopnya.

Aqeela memperhatikan vidio itu dengan telaten, sesudah menonton itu hati nya tak karuan, perasaan kecewa nya sudah berganti dengan perasaan bersalahnya.

Jadi, ia hanya salah paham?

Vidio itu menampakkan kejadian yang dimana setelah Rassya meminum minuman yang di berikan OB itu, Rassya langsung kepanasan. Di tambah lagi Diana yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, duduk di pangkuan Rassya.

Aqeela mengepalkan tangannya erat. Air matanya keluar begitu saja. Berkali-kali ia mengucapkan kata maaf dalam hatinya.

Sebelum Aqeela kesini, Rey dan Sandrinna datang menemui Aqeela untuk memberitahukan vidio rekaman cctv yang terdapat di ruangan Rassya.

Rey dan Sandrinna juga sempat menasihati Aqeela.

"Sebaiknya lo temuin Pak Rassya ya, Qeel. Gue tau kok lo gak sejahat itu buat ninggalin Pak Rassya sendirian aja."

"Tapi disana ada Mamihnya, ada Titi. Dia gak mungkin sendiri."

"Lo gak tau, Seharian ini Rassya terus ngurung di kamar sampai gak mau keluar, dan untuk makan aja dia gak mau."

"Bener bu bos. Kasian bos saya, soalnya nanti kalau dia meninggoy saya kerja di mana."

Sandrinna mencubit pinggang Rey membuat sang empu meringis di buatnya.

"Mending sekarang lo temuin Pak Rassya, Qeel. Ngeri gue kalau sampai dia nyakitin dirinya sendiri."

"Iya dia kan orangnya nekat." sahut Rey.

"Apa kalau gue kesana, Rassya gak akan marah sama gue."

Sandrinna menggeleng. "Kehadiran lo yang di tunggu-tunggunya."

Aqeela menundukan kepalanya, menatap Rassya penuh rasa bersalah. Apalagi kala melihat Rassya berlumuran darah di tangannya, pasti itu sakit.

"Rassya nya dimana, Mih?" tanya Aqeela tergesa-gesa pada Nina.

"Aqeela, akhirnya kamu datang kesini. Mamih seneng banget." Nina memeluk menantu kesayangannya itu.

"Rassya mana, mih?" tanya Aqeela sekali lagi.

"Dia di kamar, sayang. Dari siang dia gak mau keluar kamar, bahkan untuk sekedar makan aja dia gak mau."

Aqeela segera berlari kearah kamar, ia mengetuk berkali-kali pintu kamarnya, tapi sepertinya tak ada tanda-tanda Rassya akan membukakannya.

"Rassy---" ucapan Aqeela terhenti kala mendengar suara dari dalam kamar tersebut.

Pranggg.

Aqeela semakin panik, apa yang terjadi. Rassya sedang apa di dalam sana? Apa ia baik-baik saja.

"Mamih, kunci cadangan dimana." tanya  Aqeela.

"TITI. Tolong ambilkan kunci cadangan di gudang."

"Baik bu." Titi segera berlalu.

Selang beberapa menit, Titi datang membawa kunci yang langsung di raih dengan tidak sabar oleh Aqeela. Ia benar-benar panik.

Cold Ceo's Favorite WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang