36

1.4K 138 37
                                    

Sinar matahari kini sudah muncul dari arah timur. Fajar sudah menampakan dirinya. Aqeela terbangun dari tidurnya, mengapa semua tubuhnya terasa remuk.

Padahal Aqeela tidak kerja kuli bangunan, tapi mengapa semua tubuhnya terasa sakit, nyeri, ngilu.

Di sebelahnya masih ada Rassya yang tengah tertidur pulas. Sebab mereka baru tidur jam 5 pagi.

"Ssshhh kok sakit banget sih." ringis Aqeela

"Sshhh awhh." desisnya.

Rassya terbangun akibat mendengar suara dengkuran Aqeela. Ia berusaha membuka bola matanya, walaupun rasa kantuknya melebihi.

"Kenapa?" tanya Rassya, byawanya masih belum terkumpul.

"Ya, kamu pikir aja sendiri." judes Aqeela. Aqeela tahu ini ulah Rassya yang semalam menggempurnya habis-habisan.

"Sakit?" tanya Rassya. Aqeela yang mendengarnya ingin sekali menampol wajah ganteng milik suaminya.

"Pake nanya lagi. Sakitlah."

"Sakit banget?"

Aqeela memukul Rassya. "Iyalah, orang gara-gara kamu yang gak mau selesai-selesai." ujar Aqeela galak.

Aqeela merasakan sakit di sekujur tubuhnya, terutama di...Ah, sepertinya tak perlu di jelaskan, Aqeela yakin kalian juga tahu.

Aqeela berusaha bangun dari tidurnya. Ia berdiri, namun rasanya susah sekali untuk berjalan.

"Mau kemana?" tanyanya lagi dan lagi.

"Mandi." jawab Aqeela singkat.

"Bentar." Rassya bangun dari tidurnya, dan langsung menggendongnya ala brydal style. Dan membawanya menuju kamar mandi.

Setelah masuk kamar mandi, Rassya memgunci pintu kamar mandi itu.

"Ayo mandi." titah Rassya.

Aqeela menggeleng. "Kamu keluar, malu."

"Malu? Bukannya semalem aku udah liat."

"Ish." Aqeela memukul Rassya bertubi-tubi. "Sana ah, Aku mau mandi."

"Aku juga sama."

"Aku dulu, Rassya."

"Berdua aja kalau mau."

"Oke kamu dulu, aku keluar."

Jelas Rassya tak akan mengizinkannya, ia menari pergelangan Aqeela, dan menyuruhnya untuk mandi berdua.

***

Nina baru saja menyiapkan sarapan untuk Aqeela Rassya, dan juga dirinya. Ia masih sibuk berkutat di dapur.

Nina melihat dari kejauhan, Rasya tengah menggendong Aqeela. Dan Rassya mendudukan Aqeela di meja makan.

"Loh kamu gak ke Kantor, Sya?" tanya Nina seraya menghampiri.

Pasalnya Rassya hanya memakai baju santai, wajar bukan jika Nina bertanya.

"Ngga, Mih. Aqeela lagi sakit soalnya."

"Sakit? Perasaan kemarin baik baik aja. Benar Aqeela?"

"Ngga kok, Mih. Aqeela gak sakit. Rassya aja yang lebay." menata Rassya malas.

"Terus tadi kenapa di gendong? Kaki kamu kecengklak?"

"Biasa, Mih. Habis proyek tadi malem."

Nina yang mendengar itu menatap tak percaya, ia menutup mulutnya sendiri. "Otw punya cucu dong Mamih?"

"Gampang."

Aqeela hanya menundukkan kepalanya, ia benar-benar malu saat ini. Di tambah lagi ia sangat kesal dengan Rassya. Awas saja!

"Mamih tunggu hasilnya." goda Nina.

"Mamih jangan gitu, ih. Aku malu"

"Kenapa harus malu? Itu justru lebih bagus, sayang. Akhirnya nanti Mamih bisa pamer kalau punya cucu."

***

"Aqeela."

"Aqeelaaaaaaa."

"Aqeela kamu denger aku kan?"

Rassya terus memanggil Aqeela, namun Aqeela menggap itu hanya angin lewat saja. Sejak tadi pagi, Aqeela mendiami Rassya, dengan alasan kesal padanya.

"Aqeelaaaaaa." rengek Rassya, oh ayolah jika disini ada Kiesha, maka ia pasti akan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Rassya.

"APA!?" jawab Aqeela dengan tidak santai. Ngegas.

"Ayo ngomong. Jangan diemin aku."

"Kamu ke Kantor aja sana. Mumpung sekarang masih jam istirahat. Daripada disini, ngerengek mulu kerjaannya."

"Aku gak nyuruh kamu ngomong kayak gitu."

"Sana ah, aku kesel sama kamu."

"Aku minta maaf. Nanti aku mainnya lebih pelan kok."

Aqeela langsung membulatkan matanya, ia refleks langsung menampar Rassya, membuat wajah Rassya tertoleh kepinggir.

Aqeela gelagapan. "M-maaf, a-ku gak sengaja. I-itu refleks." ujar Aqeela seraya mengelus pipi Rassya yang memerah.

Rassya masih mengusap-ngusap pipinya yang terasa perih. Ia menatap Aqeela dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Namun tiba-tiba Rassya langsung mencium bibir Aqeela. Rassya menarik tengkuk Aqeela agar cium itu semakin dalam. Lama-kelamaan ciuman itu menjadi lumatan.

Aqeela mendorong Rassya agar ciuman itu terlepas, tapi Rassya tidak mau. Ia menahan kepala Aqeela agar terus memperdalam ciuman itu.

Aqeela mendorong dada Rassya supaya terlepas. Dan setelah berhasil Aqeela menghirup oksigen banyak-banyak. Karena tadi Aqeela benar-benar kehabisan nafas.

"Manis." ujar Rassya dengan tidak berdosanya.

Aqeela langsung memanglingkan wajahnya. Pipinya benar-benar merah saat ini. Setelah ini mau di taruh dimana mukanya.

Aqeela langsung menidurkan dirinya, dan menutup wajahnya dengan bantal, guna menutupi rasa malu itu.

Di balik itu Rassya tersenyum.

***

ini sdikit bgt, tpi gpp yg pnting up.
Soalnya bnyk yg minta cepet cepet, oke aku ksi nih ges

Cold Ceo's Favorite WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang