Ketakutan terbesarku adalah ketika ditinggal pergi oleh orang-orang yang kuanggap berarti.
~Salsabila Renata~
Salsa mengemasi bukunya serta alat tulis ketika jam pelajaran telah berakhir. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju ke luar kelas. Hari ini, Salsa tidak membantu Resya membereskan buku lagi seperti biasanya. Bahkan gadis itu melewati bangku Resya begitu saja ketika keluar dari kelas itu.
Resya pun sadar Salsa sudah berubah sekarang. Namun, entah mengapa Resya tidak begitu senang. Seharusnya ia senang karena ini yang ia inginkan. Seharian ini tak sekali pun Salsa mengganggu bahkan tak mengatakan apa pun padanya. Mungkin, Resya hanya belum terbiasa. Mungkin.
Resya menatap punggung Salsa yang semakin menjauh. Dengan berbagai teori yang muncul di otaknya.
"Udah, ah, buat apa gue mikirin dia," gumam Resya lalu keluar juga dari kelas itu.Resya melangkahkan kakinya perlahan dengan mata yang menelusuri sekitar. Pergerakannya berhenti ketika Salsa tertanggap di indra penglihatannya kembali. Gadis itu terlihat berjalan ke arah ruang BK. Resya semakin dibuat penasaran ketika Salsa masuk ke dalam ruangan itu.
Resya spontan berjalan ke arah yang sama. Dalam pikiran gadis itu ingin mengintip atau menguping pembicaraan di dalam sana. Namun, langkah kaki Resya terhenti ketika mendengar seseorang menyebutkan namanya.
Resya berbalik badan sehingga berhadapan dengan orang yang baru saja memanggilnya.
"Apa, Rian?" tanya Resya dengan mengerutkan kening ke arah laki-laki itu.
"Lo pulang sama siapa?" tanya Rian seraya menaikkan satu alisnya.
"Kayak biasa, nain angkot."
"Bareng gue aja, yuk!" Rian langsung menarik tangan Resya padahal belum mendengar persetujuan gadis itu. Mau tidak mau, Resya jadi terpaksa mengikuti langkah lelaki itu.
Resya sedikit berlari supaya bisa mengimbangi langkah lelaki di depannya. Ketika dirinya berhasil bersisian dengan Rian, ia tatap lelaki itu dengan kening berkerut.
"Gue belum bilang iya loh," katanya protes."Gue gak nerima penolakan. Jadi gue gak butuh jawaban lo."
"Iya, tapi gak usah narik-narik juga kali. Lepasin tangan gue!"
Rian melepaskan genggamannya cepat dari lengan Resya. "Maaf," katanya dengan cengiran tak berdosa. Ia tidak boleh bertindak berlebihan. Mengingat, mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Hanya teman biasa. Hubungan mereka terjalin karena Riya. Tidak mungkin mantan pacar Riya dan teman baik Riya berpacaran. Itulah yang dipikirkan Resya setiap kali Rian mendekatinya. Bahkan ia sudah memperingatkan Rian beberapa kali. Meskipun Riya sudah tiada, Resya tidak mau mengkhianatinya.
Dua remaja itu berjalan seraya bercanda dan tertawa sebelum akhirnya tangan Resya dicekal oleh seseorang tepat di depan gerbang Cakrawala. Resya menoleh untuk melihat siapa orang yang menghalangi jalannya. Aldi, pacar Salsa. Resya tidak ingat kapan terakhir kali ia bertemu dengan Aldi.
"Kenapa, Kak?" tanya Resya pada Aldi.
Lelaki itu melihat Resya lalu matanya melirik Rian sekilas. Memberi isyarat bahwa ia hanya ingin berbicara berdua saja dengan gadis itu.
Resya pun memberi kode pada Rian agar menjauh dari mereka. Setelah Rian berjalan pergi, Resya beralih menatap Aldi kembali.
"Lo sahabat Salsa, kan?"
Resya memutar bola mata malas ketika nama Salsa disebutkan. Sebenarnya ia sudah menduga bahwa Aldi hanya ingin membicarakan tentang Salsa. Tebakannya benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Girl (Salsa)
Non-FictionTak disangka, gadis cantik dan kaya raya yang cukup populer di sekolah, hidupnya berubah setelah tuduhan pembunuhan ditujukan kepadanya. Kesalahan di masa lalu membuat dirinya merasa buruk dan mengalami masalah pada citra diri. Misteri dari tragedi...