"Gue benci sama lo, Salsa! Gara-gara lo Randy mutusin gue."
Gadis berambut pendek itu menjerit seraya memukul-mukul meja dengan tangannya yang dikepal. Semua orang sudah keluar dari kelas setelah mendapat ancaman dari Randy untuk meminta maaf pada Salsa, kecuali Moria bersama dua temannya yang setia. Mereka mengelus bahu Moria untuk menenangkan amarah gadis itu.
"Gue, Moria, berjanji bakal hancurin hidup lo dan mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milik gue, Salsabila Renata! Lo harus saksikan pembalasan gue."
"Udah, Mor. Lo harus tahan emosi lo!" kata Sita menasehati. Ia yang paling terlihat tenang dibandingkan dua temannya yang lain.
Sementara itu, Tika tampak cemas dan melihat ke arah pintu. Takut kalau Randy melihat mereka dan membocorkan kepada guru tentang perundungan mereka terhadap Salsa. "Mending kita minta maaf dulu, deh, sama Salsa. Kalau Randy ngaduin kita dan ngasih video itu, bisa bahaya."
"Lo mau minta maaf sama tu Pelakor? Di sini yang teman lo itu gue, mau jadi pengkhanat?" Moria semakin kesal karena merasa tidak mendapat dukungan dari Tika yang merupakan temannya sendiri. Ia mendorong dada Tika dengan kasar.
Sita melerai. "Kita bakal selalu dukung lo, Mor, tapi perkataan Tika ada benarnya. Kali ini gue setuju sama dia, lebih baik kita minta maaf dulu untuk menyelamatkan diri. Setelah itu baru kita buat rencana yang matang untuk balas dendam ke Salsa."
Penjelasan Sita sedikit menenangkan perasaan Moria. Ia menatap kedua temannya berganti. "Apa kalian punya rencana?"
Keduanya hanya membisu kala Moria mendekatkan telinganya. "Belum ada, sih Mor, tapi nanti pasti ada," ucap Sita cengengesan. Moria hanya menghela napas menahan amarah.
***
Salsa berjalan bersama Zila menuju kelas mereka. Sementara itu, Randy mengikuti dari belakang.
"Sal, Kak Randy ngikutin kita dari tadi," kata Zila, bingung dengan apa yang dilakukan lelaki itu.
Salsa mengajak Zila untuk menghentikan langkah, dan Randy juga ikut berhenti di belakang mereka.
Salsa berjalan mundur menghampiri Randy. "Kenapa ngikutin dari belakang? 'Kan, bisa jalan barengan aja," ucap Salsa mencoba ramah.
"Enggak, gue di belakang aja. Biar gue jagain lo dari belakang sini."
Salsa mengerutkan kening tak paham. "Lo jagain gue, Kak? Kenapa sampai segitunya?"
Masih dengan wajah datarnya, Randy menjelaskan perlahan. "Mulai sekarang, gue bakal jagain lo. Sebagai balas budi gue karena lo mau jadi pengasuh adik gue, gue akan jadi pengawal lo kalau di sekolah. Udah sana, jalan duluan."
Gadis itu melangkahkan kembali kakinya dengan kaku. Perhatian yang diberikan oleh Randy membuatnya salah tingkah. Digenggamnya erat tangan Zila lalu mengajak temannya itu berjalan dengan langkah cepat.
Randy mengikuti mereka sampai di depan kelas. Kemudian, barulah ia pergi ke kelasnya sendiri.
"Ran, dari mana aja lo?" tanya teman Randy, ketika lelaki itu sudah tiba di kelasnya.
"Ada urusan tadi, Yon."
Dion merangkul bahu Randy sambil berjalan masuk ke kelas. "Gimana kalau kita cabut aja hari ini? Gue udah rencanain habis ini kita mau ke mana. Pokoknya seru, deh."
Randy duduk di bangkunya dengan rapi. "Enggak, ah. Hari ini gue mau belajar."
"Tumben, tobat lo?" Mereka menertawakannya.
Alasan sebenarnya Randy tidak mau bolos hari ini adalah karena Salsa. Ia telah memutuskan untuk menjadi pengawal yang akan menjaga gadis itu sampai pulang sekolah. Ia akan memastikan bahwa Salsa pulang dengan keadaan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Girl (Salsa)
No FicciónTak disangka, gadis cantik dan kaya raya yang cukup populer di sekolah, hidupnya berubah setelah tuduhan pembunuhan ditujukan kepadanya. Kesalahan di masa lalu membuat dirinya merasa buruk dan mengalami masalah pada citra diri. Misteri dari tragedi...