"Sini, biar gue aja yang ngerjain, Kak."
"Urus aja kerjaan lo! Gue urus kerjaan gue."
"Tapi, Kak, lo gak salah. Buat apa nerima hukuman yang bukan perbuatan lo?"
Randy memutar bola mata dengan malas. Lelaki itu menghela napas, lalu menatap ke arah gadis di sampingnya sejenak. Malas sekali jika harus berhadapan dengan gadis yang satu ini, menghabiskan energinya. Ia melanjutkan mengepel lantai kamar mandi.
"Kenapa, sih, lo ngakuin kesalahan itu? Bukannya lo benci gue, Kak? Kenapa gak ngebiarin gue sendirian yang dihukum?" Salsa bersikeras bertanya. Ia kesal dengan rasa penasaran yang melanda dan lelah menebak-nebak.
"Suka-suka gue, lah."
Salsa meremat kuat sampah yang ia pegang. Namun, di detik berikutnya ia membentuk senyuman di wajah. "Apa lo udah maafin gue, Kak?" tanyanya dengan berseri-seri sembari membuang sampah yang ia pegang ke tempat sampah.
"Jangan mimpi!" sela Randy memutuskan harapan gadis itu. "Gue cuma gak mau dibantu sama orang kayak lo. Gue udah tau niat busuk lo. Lo mau caper, kan?" Randy tersenyum miring.
Salsa membalas dengan senyuman paksa. "Iya, gue caper," jawab Salsa menerima. Lagi pula hal itu tidak sepenuhnya salah. Membela diri hanya akan membuatnya semakin terlihat salah karena membantah. Tidak semua hal bisa diceritakan. Ada sesuatu yang sulit Salsa utarakan. Hanya akan memperkeruh keadaan jika ia melawan. Sebab, Salsa sudah bersalah, Salsa tahu ia akan terus dianggap salah oleh semua. Khususnya lelaki itu. Salsa hanya harus mengalah.
Gadis itu keluar dari kamar mandi itu dan beralih membersihkan kamar mandi perempuan yang terletak di sebelah kiri. Ia mengepel lantai kamar mandi itu.
Tak lama Salsa selesai dengan pekerjaannya, tetapi Randy belum selesai juga. Salsa melihat ke kamar mandi sebelah, rupanya lelaki itu sedang memegangi pinggangnya sehingga menghentikan aktivitas bersih-bersihnya. "Capek banget, njir."
Salsa menahan senyum melihatnya. "Gue bilang juga apa, biar gue aja, Kak. Lagian itu pekerjaan cewek."
Randy mengerutkan kening. "Oh, lo ngeremehin gue?"
"Bukan gitu, Kak. Mungkin karena Lo cowok, kalian gak terbiasa dengan pekerjaan rumah."
Randy tak setuju lalu berkata, "Gini doang kami bisa kali." Lelaki itu melanjutkan mengepel lantai dengan susah payah.
Salsa tak bisa menahan tawa lagi dibuatnya. Seorang badboy seperti Randy terlihat sangat lucu saat mengepel. Lelaki itu memaksakan diri padahal ia sudah sakit pinggang. "GAK USAH KETAWA, LO!" pekik Randy membuat Salsa menutup mulutnya.
"Kemarin gue habis jatuh pas main bola, makanya badan gue jadi pegel-pegel semua," jelas Randy kikuk. Ia tak mau diremehkan.
Salsa kembali tersenyum. "Iya-iya. Tapi gak pa-pa, aku bantu sini. Biar cepat selesai juga."
Salsa mendekat untuk mengambil alih gagang kain pel tersebut. Namun, tanpa sengaja tangannya menyentuh tangan Randy sehingga membuat lelaki itu menatapnya dengan tak suka. Ia dorong Salsa cukup kuat, membuat gadis itu terjatuh sesaat setelah menabrak pintu kamar mandi cukup keras.
Salsa memegangi lengannya yang teramat sakit. Randy tak menghiraukan, tetap melanjutkan kegiatannya. Salsa pun keluar dari tempat itu sembari memerhatikan lengan kanannya. Di sana sudah terdapat warna kemerahan dengan rasa nyeri yang luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Innocent Girl (Salsa)
NonfiksiTak disangka, gadis cantik dan kaya raya yang cukup populer di sekolah, hidupnya berubah setelah tuduhan pembunuhan ditujukan kepadanya. Kesalahan di masa lalu membuat dirinya merasa buruk dan mengalami masalah pada citra diri. Misteri dari tragedi...