2. Perjuangan

300 172 616
                                    

Balaslah kejahatan dengan kebaikan, karena yang bisa memadamkan api adalah air, bukan api lagi.

~000~

"Bila, kamu kenapa nangis?" tanya seorang wanita paruh baya dengan lembut.

Tangan wanita itu perlahan mengelus rambut gadis yang berada di pangkuannya.

"Ma, Bila gak kuat lagi." Dengan isakan yang masih terdengar jelas, gadis itu menghapus berulang kali air matanya yang tak kunjung berhenti keluar.

"Kamu kenapa, Sayang?"

"Mereka semua jahat, Ma. Apa Bila harus dihukum seberat ini? Bila nggak kuat," ucapnya pasrah.

"Kamu gak boleh ngomong gitu! Bila yang Mama kenal itu kuat. Bila anak Mama."

Wanita itu berusaha menenangkan anaknya tersebut. Ia menyemangati putrinya dengan mengepalkan tangannya ke atas.

"Apa yang harus Bila lakuin, Ma?" tanya gadis itu pada akhirnya. Kesedihannya sedikit berkurang. Iya senang dipertemukan dengan sosok ibu yang sangat menyayangi dirinya.

"Yang harus kamu lakukan hanyalah bersabar dan tetap tersenyum. Kamu gak boleh terlihat lemah di depan siapa pun. Kamu juga jangan terapancing emosi. Balas kejahatan mereka dengan kebaikan. Semua pasti akan berlalu. Kesedihanmu akan hilang dengan sendirinya."

"Mama yakin?" tanya gadis itu tidak percaya diri.

"Mama yakin, Sayang. Suatu saat akan ada seseorang yang akan mengeluarkanmu dari kegelapan menuju cahaya terang. Menuju kebahagiaan. Hanya tunggu waktu saja."

Wanita dengan pakaian serba putih itu berdiri. Perlahan memundurkan langkahnya, menjauh.

"Mama mau kemana?" Gadis itu cemas. Ia tidak mau ditinggalkan sang ibu.

"Mama harus pergi."

"Aku mau ikut Mama!" pintanya lirih.

"Gak bisa, Sayang. Belum waktunya."

"MAMA! Bila mau ikut Mama."

"Dahh, Sayang!"

Perlahan, wanita berbaju putih itu semakin menjauh, tubuhnya semakin mengecil dari penglihatan putrinya. Tubuhnya memancarkan cahaya dari kejauhan. Hingga akhirnya hilang sepenuhnya.

"Salsa!"

Mendadak, semuanya menjadi gelap. Hanya suara seseorang yang terdengar di indra pendengaran gadis itu.

"Salsa, bangun!"

Perlahan, Salsa membuka kelopak matanya. Kesadarannya kembali secara berangsur-angsur. Sampai akhirnya ia tersadar sepenuhnya dari tidurnya. Salsa paham. Yang tadi ia bertemu ibunya itu hanyalah mimpi. Lagi pula mana mungkin ia benar-benar bertemu ibunya. Ibunya sudah meninggal.

"Kenapa kamu tidur di jam pelajaran?" tanya bu Lastri. Sedari tadi, ia sudah membangunkan Salsa. Namun, gadis itu terlalu nyenyak dalam tidurnya.

"Maaf, Buk!" ucap Salsa memohon. Tidak tahu lagi bagaimana keadaannya saat ini. Pasti kacau sekali. Bisa-bisanya ia tertidur di dalam kelas.

"Ini juga kenapa meja kamu penuh coretan-coretan begini?" tanya Bu Lastri penasaran. Di hari ia memasuki kelas ini sebelumnya, meja gadis itu masih bersih. Bahkan tak ada satu noda pun.

"Siapa yang nyoret-nyoret meja kamu?" tanya bu Lastri tepat sasaran. Ia tahu betul itu tidak mungkin ulah Salsa. Tidak mungkin Salsa menghina dirinya sendiri seperti di coretan-coretan tersebut.

The Innocent Girl (Salsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang