18. Speak Up

170 89 109
                                    

Langkah Moria terasa ringan ketika melewati lorong dengan bangku yang berjarak sepuluh meter. Ia habis dari toilet. Moria melewati gang kecil yang mengarah ke taman sekolah, tetapi kakinya berhenti melangkah begitu mendengar suara yang dikenalnya. Moria berbalik arah menuju gang tersebut.

Di sana ia melihat Randy dan Salsa yang tengah mengobrol. Inilah yang Moria takutkan selama ini. Gadis itu mengamati dengan mengingat hubungan keduanya yang semakin hari semakin dekat. Mulai dari Randy yang menyelamatkan Salsa saat tenggelam di kolam, ikut dihukum di kamar mandi sekolah, membantu Salsa mengobati lukanya, dan sekarang mereka sudah terlihat seperti teman. Dengan jarak waktu sesingkat itu hubungan keduanya membaik, bagaimana jika besok Salsa merebut posisinya sebagai pacar Randy? Memikirkan itu Moria merasakan panas dalam hatinya. Tangannya terkepal dengan api kecemburuan yang makin besar. Matanya berkilat menyuarakan amarah terpendamnya. Dua detik kemudian Moria pergi dari sana.

Moria bergegas untuk menemui Sita dan Tika. Ia ingin membuat perhitungan pada Salsa. Begitu sampai di kelasnya, Moria melihat Sita dan Tika yang sedang mengobrol. Segera ia berjalan ke arah mereka.

"Gue tadi liat Salsa sama Randy ngobrol dan mereka keliatan deket banget," ucap Moria dengan tangan terlipat di depan dada.

Sita meletakkan ponselnya dan menaruh perhatian penuh pada Moria. "Jadi mau ngapain, Mor?"

"Gue mau ajak anak kelas buat bully si Salsa. Pelakor kayak dia emang pantesnya buat di-bully!"

Moria, Sita, dan Tika pun memberitahu beberapa anak kelas tentang rencana mereka yang akan datang ke kelas Salsa untuk merundungnya. Saat jam istirahat tiba, semua orang sibuk pergi ke kantin dan beribadah di musala, Moria dan beberapa orang bersiap di dalam kelas. Mereka mempersiapkan sesuatu dan menunggu Salsa yang tadi ke toilet.

Saat Salsa kembali dari toilet dan melangkah masuk ke dalam kelas, mereka semua datang dan mendorong gadis itu. Salah satunya mengambil tong sampah lalu menuangkan semua isinya pada Salsa. Salsa diam di tempat saat mereka melakukan itu semua padanya. Ia terlalu syok untuk merespon semuanya.

Beberapa detik setelahnya, seseorang datang dengan memegang gayung di tangannya. Entah dari mana ia mendapat air got langsung diguyurkan di tubuh Salsa. Air got itu beralih mengenai mukanya. Jika saja Salsa tidak menutup mulutnya kuat-kuat, mungkin ia akan menelan air got tersebut.

"Dari pembunuh sekarang lo beralih jadi pelakor, ya?" serang Moria seraya mendorong kepala Salsa dengan telunjuknya.

Anak-anak kelas itu lalu mengatakan kata-kata menyakitkan pada Salsa. Mereka semua meneriakkan kata-kata yang sama secara bersamaan, membentuk paduan suara yang bisa didengar oleh siapa saja. Pembunuh. Aib sekolah. Tidak pantas berada di SMA Cakrawala. Tidak ada yang menginginkan keberadaannya.

Kalimat terakhir yang Salsa dengar adalah yang paling tidak bisa ia terima. Ia benci dikucilkan. Rasa bersalah dan malunya selama ini berubah menjadi rasa sakit hati yang mendalam. Pasalnya, tidak ada perubahan sedikit pun dari mereka meskipun telah melihat kesabaran bahkan kepasrahan Salsa terhadap perlakuan buruk mereka selama ini.

Tangan putih itu terkepal erat dan yang sebelah kanan bergerak menuju saku roknya, mengeluarkan pisau lipat dari sana. Ia berdiri sembari mengacungkan pisau itu pada mereka, membuat semuanya terdiam. Wajah ketakutan terlihat pada beberapa orang. Mereka terkejut dan menatap Salsa tidak percaya.

"Ayo, bunuh gue!" teriak Salsa sembari menyodorkan pisau lipat itu di depan orang-orang yang barusan merundungnya.

Tidak ada satu pun dari mereka yang berani untuk mengambil pisau tersebut. Mereka semua diam melihat Salsa yang menggila. Tubuhnya penuh dengan sampah dan mengeluarkan aroma tidak enak. Tatapan mata Salsa pun tidak seperti biasanya. Seakan-akan ia benar-benar meminta mereka untuk membunuhnya.

The Innocent Girl (Salsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang