11. Untuk Memulai Lagi

132 73 120
                                    

Rasa sakit terdalamku adalah ketika melihatmu terluka, tetapi aku dipaksa untuk tidak melakukan apa-apa.

_Aldiano Jhonatan_

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Sal, apa Resya menganggap kamu pembunuh juga?" tanya Zila yang berjalan beriringan bersama Salsa.

Salsa menoleh ke arah gadis di sampingnya. "Nggak tau. Mungkin aja."

"Kamu gak bela diri kamu saat mereka menuduhmu pembunuh?"

"Aku pernah nyoba. Bahkan udah sering, tapi siapa yang akan percaya? Aku telah melakukan kesalahan, kalaupun aku benar, aku akan tetap salah."

Zila mengerutkan kening bingung. "Kok gitu? Salah ya salah, benar ya benar."

"Di sini pilihan gue cuma ada dua, Zil. Menjadi pembunuh yang bersalah atau menjadi pembunuh yang gak mengakui kesalahannya."

"Aku yakin, kok, kamu bukan pembunuh."

"Kamu, tapi yang lain enggak, Zil."

Langkah Salsa terhenti ketika melihat sebuah benda berkilau yang tidak asing di matanya. Salsa mengambil kalung dengan mainan bertuliskan huruf R, ia tahu siapa pemiliknya.

"Zila!"

"Iya, Sal?"

"Bisa kamu kasih ini ke Resya?" Salsa menyodorkan kalung tersebut.

"Itu punya Resya?"

"Iya."

"Kenapa gak kamu aja?"

"Aku gak mau ganggu dia lagi. Mungkin dia bisa bahagia kalau aku gak hadir lagi dalam hidupnya," ucap Salsa. Zila pun mengambil kalung Resya dari tangan Salsa.

Ketika mereka tiba di dalam kelas, Salsa langsung duduk di bangkunya. Namun, ia kembali teringat dengan ucapan Resya saat ia melihat gadis itu. Setiap ucapan Resya selalu membayang-bayanginya. Lalu sekarang, rasanya lebih menyakitkan lagi.

Plak!

"Enak, ya, lo bisa berdua-duaan sama cowok gue."

Salsa hanya diam ketika pipinya ditampar begitu keras. Tamparan ini seolah memberikan dirinya pelajaran karena sudah melukai hati Resya.

Plak!

"Lo ngapain aja di kamar mandi sama Randy? Ganjen banget!"

Seolah tak cukup dengan tamparan, Moria mencubit tangan Salsa kuat. Gadis itu melakukannya berulang kali.
"Jangan diem aja lo! Lo ngadu apa ke guru sampai Randy dihukum?"

"Gak ada. Dia sendiri yang ngakuin kesalahan."

"Gak mungkin!"

Moria menampar lagi Salsa. Salsa tetap tak melawan. Gadis itu malah menangis dibuatnya. Entah menangis karena ditampar, atau menangis karena masih memikirkan ucapan Resya terhadapnya. Salsa tidak mengerti, yang jelas Salsa hanya ingin menangis sekarang. Kepalanya ditempelkan di tangan yang terlipat di atas meja. Moria pergi ketika menyaksikan Salsa yang tak berdaya itu.

Cukup lama, Salsa tak berhenti menangis. Bahkan mejanya kini sudah dibanjiri oleh air mata. Semua orang di dalam kelas itu hanya bisa menyaksikan termasuk Zila.

Tiba-tiba saja Salsa mengingat ibunya. Wanita yang telah meninggalkannya bertahun-tahun yang lalu, tetapi masih menyisakan luka dan kerinduan yang mendalam. Salsa hanyut ke dalam mimpinya. Ia akhirnya sepenuhnya kehilangan kesadarannya, tertidur.

The Innocent Girl (Salsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang