16. Melepaskan

165 88 105
                                    

Salsa melangkah di koridor sekolah dengan kepala yang sedikit tertunduk, menghindari tatapan orang-orang. Dalam perjalanan menuju kelas, Salsa melihat Resya yang tengah berbincang dengan anak-anak kelas lainnya. Sementara ketika melihat Salsa, Resya membuang muka tidak mau berkontak mata dengannya. Salsa merasa sedih dan terluka sebab ternyata Resya masih bergaul dengan banyak orang, tetapi gadis itu selalu menjauhi Salsa bahkan malas berbicara dengannya.

Langkah Salsa memelan bahkan ia hampir terjatuh karena tubuhnya yang melemas melihat Resya. Salsa balik arah. Ia memutuskan untuk pergi menemui Resya kembali. Salsa tidak tahan diperlakukan seperti ini. Meski Tari sudah menasihatinya, Salsa masih saja keras kepala. Entah apa yang ada di dalam pikiran Gadis itu. Ia tetap keukeuh untuk menemui Resya.

Salsa tidak bisa lagi diabaikan oleh Resya. Anggap saja ini percobaan terakhir, ia ingin berbicara dengan sahabat kecilnya itu. Memperbaiki hubungan mereka dan kembali berteman seperti dulu. Meskipun terkesan sangat memaksa, Salsa tidak peduli. Ia tidak tahan dengan kekosongan dan kehilangan yang merobek hatinya perlahan-lahan, menyebabkan rasa sakit yang begitu dalam.

Kaki Salsa terus melangkah menuju Resya. Begitu sampai di sana, ia berhenti sejenak, memastikan kalau tidak ada orang lain lagi yang berbicara dengan Resya. Salsa melihatnya di sana. Sahabat kecilnya. Salsa pun mulai melangkah dan menepuk bahu Resya.

"Resya," panggilnya. "Gue mau cerita soal obrolan kita terakhir kali."

Resya pun menoleh dan menatap Salsa dengan datar, bahkan terkesan malas. Resya tidak menjawab, ia menunggu Salsa untuk membuka mulutnya terlebih dahulu. Melihat tidak ada jawaban dari Resya, akhirnya Salsa pun membuka mulutnya.

"Lo mikir kalau gue gak ngerasa bersalah setelah ngelukain tangan lo, kan?" Salsa menatap pada mata Resya, tidak berkedip. "Lo salah. Gue ngerasa bersalah, Sya. Lo udah salah paham sama gue."

Salsa melepaskan pandangan kali ini. Ia menunduk menatap sepatunya. Talinya sudah terlepas entah dari kapan, Salsa tidak tahu. Karena tidak adanya respon dari Resya, kembali Salsa mengangkat kepalanya dan menatap sahabat kecilnya itu lagi. Resya masih saja tidak menampilkan ekspresi apa pun atas ucapan Salsa.

"Gue gak minta maaf waktu itu karena ... gue bingung gimana caranya."

Suara Salsa terdengar sangat lemah. Ia mengembuskan napasnya panjang. Tubuh dan pikirannya terasa sangat lelah. Resya ikut membuang napasnya. Sahabat kecilnya itu mengalihkan pandangan ke luar jendela sebentar sebelum kembali menatap Salsa. Dalam hati Salsa berharap kalau Resya dapat memaafkannya dan mereka bisa berteman kembali.

"Gue gak salah paham sama lo. Perasaan lo, ya, cuma lo yang tau. Gue gak mau tau." Resya mengangkat kedua bahunya tidak peduli. "Apa pun itu, perbuatan lo tetep gak bisa dibenarkan, Sal."

Salsa menggigit bibirnya. Apa yang diucapkan Resya benar. Mau bagaimanapun, perbuatan yang ia lakukan kepada Resya salah. Sebanyak apa pun alasan yang Salsa berikan tidak akan bisa menutupi kesalahan yang ia lakukan. Meski begitu, ia masih mencoba, lebih tepatnya memaksa, agar Resya mau kembali berteman dengannya.

"Sedikit aja. Kenapa lo gak mau ngertiin gue, Sya?"

Tatapan Salsa pada Resya memelas. Ia benar-benar berharap kalau Resya bisa mengerti dirinya. Mengerti alasan kenapa ia melakukan hal itu. Salsa mengulurkan tangannya untuk memegang kedua tangan milik Resya dan menggenggamnya dengan erat. Salsa meremas kedua tangan Resya yang sangat ia rindukan.

The Innocent Girl (Salsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang