𝐜𝐞𝐦𝐚𝐬

100 23 8
                                    

•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau Renjun gegar otak gimana?
Kalau Renjun buta gimana?
Kalau Renjun amnesia gimana?
Kalau Renjun gak ketolong gimana?

Chaeryeong sibuk berceloteh sendiri seraya berjalan melewati lorong rumah sakit.
Iya, Renjun mengalami kecelakaan disaat dia balapan motor dengan teman sekaligus musuhnya.

Motor Renjun hilang kendali sehingga, motor Renjun menabrak sebuah pohon. Dan tubuh Renjun terpental dari motor sehingga terhempas ke jalan.

Hinggaplah beberapa kemungkinan buruk dipikirkan nya. Ia semakin mempercepat langkahnya, dan mempererat pegangan kedua telapak tangannya karena takut.

Napasnya terdengar naik turun dan memburu. Ia mengigit bibir bawahnya, ketika menatap pintu ruang intensif Renjun.

"Renjun, gimana?" Pertanyaan itu membuat Ryujin dan Wendy, mamahnya yang tadinya tengah duduk di luar hanya menggeleng.

"Masuk aja langsung, Chaer"suruh Wendy terdengar lirih.

Chaeryeong mengangguk pelan. Ia melangkahkan kakinya kecil, sembari menunduk cemas.

Bibirnya bergerak membaca ayat-ayat Alkitab, sesekali ia berdoa memohon perlindungan.

Kemudian, perempuan itu mendongak melihat Renjun yang terbaring lemah di atas ranjang dengan infus yang tertancap di tangan Renjun dan kain kasa yang membalut kepalanya.

Chaeryeong duduk dengan tatapan sendu. Perempuan itu menahan tangisnya agar tidak terjatuh.

"Gue tadi pagi naik bis, Ren!! Lo gak kasian ngeliat jajan gue berkurang?!" Chaeryeong menatap laki-laki itu kecewa.

Renjun tidak memberi reaksi sedikitpun. Laki-laki itu hanya diam, dengan napas tenangnya.

Chaeryeong memanyunkan bibirnya. "Mau gue jambak gak? Biar lo sadar?!" Chaeryeong berdecak sebal.

Chaeryeong menaikkan tangannya, mengancang-ancang untuk menjambak Renjun yang sudah membuatnya kesal.

Tapi, semuanya tidak bisa ia lakukan. Tangannya malah mengarah ke matanya sendiri yang sudah tak tahan membendung air matanya.

"Lo jahat banget!! Kenapa sih harus balapan segala?! Emangnya lo Rossi? Dan gue bakalan jadi supporter paling heboh, karena ngeliat pembalap tampan yang lebih tampan dari Lo?"cibir Chaeryeong, dengan isakan tangisnya yang pecah.

Chaeryeong menghela napasnya panjang, lalu menunduk memegang tali tas kecilnya. "Gue mau ice cream, Ren!! Tapi, gak ada yang mau traktirin"rengek Chaeryeong persis seperti anak kecil.
Beberapa detik kemudian, tangis Chaeryeong semakin menggelegar.

Tak lama kemudian, Renjun membuka matanya, sambil menguap dan merenggangkan ototnya.

Ia pun langsung mengernyit ketika melihat Chaeryeong yang sudah menangis sesenggukan di sebelahnya, hingga napasnya tidak teratur.

𝙷𝚞𝚊𝚗𝚐 𝚁𝚎𝚗𝚓𝚞𝚗 || 𝚁𝚎𝚗𝙲𝚑𝚊𝚎𝚛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang