14

11 3 0
                                    

Meski sejenak, kamu juga butuh istirahat.

_Amara Shannon Gavriel_


"OMMO, OMMOOO! BINAR LO HARUS LIAT INI, POKOKNYA LO HARUS LIAT!"

"Liat apaan?" Binar menatap Geya, herman. Sedetik kemudian ia langsung melihat ke arah pandang Geya tertuju.

Binar membelalakkan matanya, mulut gadis itu terbuka sempurna. "Demi basgor jeletot yang renyah nampol ampe ginjal. Ini seriusan si Amara!?" Binar ngileug tidak percaya. Tangannya bergerak untuk mengambil bakso goreng yang terletak di atas meja. Dengan atensi yang masih tertuju pada layar ponse, Binar memasukkan bakso goreng tersebut ke dalam mulutnya.

(Ngileug adalah bahasa Sunda, yang artinya menggeleng)

Geya menatap Binar, malas. Gadis itu berdecak sebal. "Lo gak mandi, ya?"

"Apaan, anjir? Gak usah fitnah, ya, lo!"

Geya menutup hidungnya dengan sebelah tangan, gadis itu sedikit menjauh dari Binar, ia menatap jijik ke arah sahabatnya. "Bukannya su'udzon atau gimana inimah, ya. Tapi emang gue tau betul, kalau lo itu joroknya na'udzubillah."

Brak!

"Heh, sialan! Temen macam apa, lo!? Bisa-bisanya, lo, nge-roasting bestie sendiri di tempat umum!" Binar berucap sembari menggebrak meja. Hal itu berhasil mengundang perhatian dari banyak pasang mata yang berada di area kantin.

Aileen berjalan menghampiri kedua sahabatnya, gadis itu membawa nampan berisikan juice strawberry dan satu mangkuk bakso mercon. "Lo berdua ngapain, sih? Malu-maluin gue tau, gak!?" Aileen meletakkan nampan di tangannya ke atas meja, ia duduk lalu menambahkan kalimatnya, "tiap hari kerjaannya manen dosa. Kalau enggak ghibah, ya bikin onar. Dunia udah mau kiamat, kalian emang gak ada niatan buat tobat?" Aileen menceramahi kedua sahabatnya seperti seorang ustadzah. Padahal, di sini dirinya bernotabene sebagai panglima ghibah.

Geya dan binar saling melempar pandangan, mereka berdua menatap tidak percaya pada Aileen.

Aileen mengibaskan rambutnya ke arah samping, gadis itu bersidekap dada dengan gaya sok elegan. "Kenapa? Lo berdua tercengang, kan, mendengar kata-kata shalihah gue!?"

"Pfftt? Emangnya ada ya, Ge, setan yang shaliha?" Binar bertanya pada Geya.

Belum sempat Geya menjawab, Aileen terlebih dulu menyela, "ada. Gue contohnya," ucap Aileen, santai tanpa beban.

Binar meng-oh sambil manut. "Seumur hidup, baru kali ini gue liat manusia ngaku kalo dirinya setan. Salut, gue!" Binar mengacungkan dua jempolnya ke depan wajah Aileen, ia melempar tatapan kagum pada sahabatnya itu, membuat Aileen semakin besar kepala. "Pertahankan, Leen! Setan-setan yang lain pasti bangga sama lo!"

"Kalau itu, sih, jelas! Secara, setan mana yang-," Aileen menghentikan kalimatnya, gadis itu merasa seperti ada yang janggal di sini. "T-tunggu ..., SETAN!?"

" Iya, lo mirip setan," balas Geya, enteng.

Aileen berdiri sambil menggebrak meja. "SIALAN! KALO GUE SETAN, BERARTI LO BERDUA IBLIS!" Aileen menggebu-gebu, tidak terima dikatai setan oleh kedua sahabatnya.

"KEBALIK, WOI! LO, KAN, BOSNYA. NGAPA JADI GUE SAMA GEYA YANG LEBIH JAHANNAM!?"

"YA KARENA GUE BOSNYA. JADI SUKA-SUKA GUE, DONG!"

Geya menganga melihat kedua sahabatnya yang sama-sama sinting, ia mengangkat sebelah alis seraya berkata, "Leen, napa lo jadi ngegas, dah?"

" YA, GUE GAK TERIMA, LAH, DIKATAIN MIRIP SETAN!" Sentak Aileen.

AmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang