Chapter 4 [Gedung]
Di pagi hari aku terbangun, aku melihat sebuah kotak kayu berada di sebelahku. Aku meregangkan tubuh lalu mengambil kotak tersebut. Menebak-nebak apa isinya dan kenapa ada disini.
Saat ku buka, itu adalah sebuah foto yang dalam posisi terbalik. Kedengarannya seperti misteri bukan? Aku mengangkat foto itu lalu tersenyum.
Itu adalah foto kenangan masa lalu, ah rasanya sudah lama aku tak melihat Indonesia tersenyum selebar itu. Jika aku tak salah ingat, hari itu Indonesia belum masuk ke dalam keluarga angkatnya.
Benar-benar senyum yang manis, sayang aku tak akan bisa melihat Indonesia dengan senyum itu di depan mata ku sendiri lagi. Yah, mungkin aku bisa melihat senyum itu jika aku menyelamatkannya. Aku menyimpan foto itu ke dalam kotak lalu menaruhnya di bawah kasur.
Aku menuruni tangga dan pergi ke dapur untuk memasak sarapan seperti biasa. Sarapan hari ini masih sama, sepotong roti dan seteko teh. Rasanya memang enak, namun aku akan bosan jika sarapan seperti ini terus. Bagaimana jika lain kali aku makan di luar?
Kemana hari ini aku akan pergi? Jika aku ingin mencari tahu tentang hal ini, kemana dulu tempat yang harus ku kunjungi?
Aku terus mengulang-ngulang hal itu di kepalaku hingga aku tak sadar tehnya sudah habis. Walau sarapanku sudah selesai, aku masih tak tau kemana aku harus pergi. Apa aku harus bersantai lagi hari ini? Hm-hm… apakah anak kemarin itu tidak ingin membantuku?
Saat sedang mengetuk-ngetukkan jari, sebuah suara kembali terdengar di kepalaku. “Kenapa kau tidak pergi ke tempat kejadian terlebih dahulu?” suara yang sama seperti apa yang ku dengar saat itu. Tapi itu adalah ide bagus, apa yang harus ku bawa ke gedung itu?
Singkat cerita aku sudah berada di depan gedung tempat kejadian. Disini adalah kantor dimana tempat para ‘negara besar’ biasa ada. Hawa di luar saja sudah berbeda dengan tempat biasa, sangat berbeda.
Aku menatap ke lantai paling atas, entah mengapa aku melakukannya. Gedung kaca itu, terlihat megah dari kejauhan. Entah kenapa bisa hal yang tak diinginkan terjadi disini.
Seperti ada sesuatu yang menarik perhatianku. Aku sambil memikirkan bagaimana cara aku masuk ke gedung besar ini tanpa terlihat mencurigakan. Orang asing pasti tidak di perbolehkan masuk.
Aku terus memikirkannya berulang-ulang hingga aku tak sadar saat seseorang menepuk pundakku dari belakang, cukup membuat kakiku lemas dan aku terjatuh dengan keren.
“Eh? Kau baik-baik saja? Apa aku mengangetkanmu?” kata orang yang ada dibelakangku.
Aku menoleh kearahnya lalu tertawa kecil, “Hahaha…ha…” lucukan tawaku? Menyedihkan sekali.
Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku berdiri. Aku menggapai tangannya lalu berdiri, mengusap pakaianku yang terkena aspal. Setelah membersihkannya, aku berterima kasih padanya.
“Tidak perlu berterima kasih! Aku lah yang salah! Aku minta maaf telah mengangetkanmu” ia mengatakan itu dan kami saling menyalahkan diri sendiri.
Kupikir pertemuan kami hanya sampai disini, tapi ternyata dugaanku salah.“Omong-omong, kamu punya masalah apa sampai-sampai harus datang kesini? Aku jarang, bahkan tak pernah orang sepertimu datang kesini”
Aku tak tau harus menjawab apa, apa aku perlu memberitahunya tentang apa yang aku alami? Atau bahkan tidak seperti apa yang anak itu katakan dulu? "Pisau itu hanya boleh di ketahui oleh kita bertiga. Kau tidak boleh membocorkannya ke siapapun bahkan temanmu" seingatku.
Dia terus menatapku dengan bingung, mungkin ia tau aku merasa tak nyaman jika terus di tatap, ia menolehkan kepalanya kearah lain sambil menunggu jawabanku. Kelihatannya, dia seperti orang baik. Jika aku berbicara sedikit pasti tak apa kan? Mungkin dia bisa membantu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Who? [CountryHumans?] [End]
FantasyKejadian yang menimpa temanku malah membuatku terlibat. Aku di datangi oleh dua orang asing, memintaku untuk menyelidiki kasus teman ku. Hidupku yang hampa selama bertahun-tahun akhirnya mulai terisi dengan beragam hal random. Namun, apa memang haru...