Banyak menu makanan berjejer di meja panjang, mirip prasmanan. "Itu ada, Oreg Tempe sama Pindang Tongkol Balado, kesukaan kamu," ucap Ibu.
Aku langsung mengambil satu sendok besar Oreg Tempe dan dua potong Pindang Tongkol Balado. Ditambah Sayur Kol Bening. Sementara ibu, memilih Ayam Goreng dan Capcay. Setelah membayar, kami pun duduk di kursi.
"Tadi temen sekamarnya orang mana aja?" tanya Ibu.
"Sulawesi, Jawa Tengah sama Banten."
"Udah pas kan berempat sekamar?"
"Iya."
Selesai makan, ibu bergegas pulang. Soalnya hari sudah agak sore. Takut tidak ada bus. Aku mengantarnya sampai pangkalan ojek di depan asrama.
"Hati-hati," ucap Ibu sambil naik ojek.
"Iya."
Aku berdiri di sana, sampai motor yang ditumpangi ibu berbelok di dekat Blue Corner. Lalu kembali ke dalam asrama dan menuju kamar.
Kali ini sengaja aku tidak melewati tangga dekat kantin. Memilih untuk melewati tangga di ujung lorong tiga yang paling dekat dengan kamarku.
Hampir semua pintu kamar di lorong tiga terbuka. Menandakan sudah ada mahasiswa yang menempatinya. Namun ada satu kamar yang pintunya tertutup rapat. Kamar yang terletak di ujung lorong, berhadapan dengan tangga.
Ketika aku melewatinya, ada hawa yang kurang enak. Bulu kudukku meremang saat melangkah ke anak tangga. Aneh memang, situasi sedang ramai begini, tapi hawa di tangga begitu mencekam.
Tiba di lantai dua, aku langsung masuk ke kamar. Sebuah kamar berbentuk persegi. Dilengkapi dua tempat tidur tingkat dan meja belajar. Serta empat lemari kayu yang di letakan berderet.
Aku mendapatkan tempat tidur di atas, dekat dengan pintu. Bagian bawah ditempati Abrar, mahasiswa asal Sulawesi. Sedangkan tempat tidur lain ditempati oleh Jamil dan Tri. Jamil berasal dari Banten sedangkan Tri dari Jawa Tengah. Setidaknya teman satu kamarku berasal dari daerah yang berbeda-beda.
Aku mulai membereskan baju, memasukan ke dalam lemari. Di dekat lemari ada sebuah meja belajar yang menghadap jendela. Harusnya aku menutup jendela itu sebelum magrib, tapi tidak bisa. Tri sedang duduk menghadap jendela sambil menghirup udara segar menjelang malam.
Adzan magrib berkumandang, Abrar mengajakku salat berjamaah di mushola asrama. Aku pun pergi ke kamar mandi, untuk mengambil wudu. Jaraknya hanya beberapa langkah dari kamarku.
Khusus penghuni lorong delapan. dan sepuluh, harus berbagi kamar mandi. Ada dua area kamar mandi yang saling berhadapan. Masing-masing area terdiri dari delapan bilik.
Setelah mengambil wudu, kami bergegas pergi ke mushola. Singkat cerita, malam pertamaku di asrama sungguh menyenangkan. Berkenalan dengan banyak teman baru, makan malam bersama di kantin sambil menonton televisi. Lalu mengobrol hingga larut malam.
__________
Pagi harinya, aku duduk di kantin sambil menyantap Nasi Goreng plus Telur Mata Sapi. Setelah sarapan, aku berdiri di pintu depan. Kemudian muncul niatan untuk berkeliling Asrama C.
Aku berjalan ke samping kanan asrama. Ada dua pohon kersen yang lumayan besar. Salah satunya terletak tepat di depan kamarku. Kalau buka jendela langsung terlihat.
Pohon kersen inilah yang memberi kesan kurang enak, ketika aku dan ibu masuk ke dalam kamar. Di daerahku, pohon ini identik dengan salah satu makhluk astral yang bernama Kuntilanak. Bahkan di beberapa tempat, sampai disebut Sarang Kuntilanak. Saking banyaknya yang menghuni pohon itu.
Beruntung aku tidak bisa melihatnya, hanya bisa merasakannya saja. Semilir angin dingin terasa di leherku, ketika melewati pohon kersen itu. Otomatis bulu kudukku meremang. Dengan cepat kulewati kedua pohon kersen itu, menuju bagian belakang asrama yang merupakan area tempat jemuran.
Sebuah area yang cukup besar, dengan tiang jemuran yang lumayan banyak. Entah kenapa, mataku lebih tertarik ke area di luar pagar asrama yang tampak seperti hutan. Hutan yang gelap, hanya sedikit tersentuh oleh cahaya matahari. Sekelebat, aku melihat ada seseorang sedang berdiri di antara pepohonan dan menatap ke arahku.
Sontak aku berbalik badan, pergi kembali ke depan asrama. Setidaknya aku sudah sedikit tau. Tempat-tempat mana yang perlu dihindari saat malam tiba.
_______
Malam hari, beberapa penghuni kamar sedang berkumpul di lorong, mendiskusikan sesuatu. "Dan, mau ikut, gak?" tanya Tri saat melihatku berjalan dari kamar mandi.
"Ngapain?" sahutku.
"Uji nyali," sahut Tirta — penghuni kamar sebelahku. "Nanti malem kita keliling asrama nyari sesuatu."
Sesuatu yang ia maksud adalah hantu. "Ya ampun, ngapain nyari begituan," sahutku berlalu masuk ke dalam kamar. Padahal hanya tinggal buka jendela saja memperbesar kemungkinan interaksi dengan penghuni pohon kersen itu.
_________
Keesokan harinya, Tri bercerita kalau misi pencariannya berhasil. Walaupun nyaris gagal.
Tri dan teman lainnya, berkeliling mengitari asrama, termasuk tempat jemuran. Namun, mereka tidak menemukan apa yang dicari. Mungkin hantunya malu dikeroyok oleh banyak lelaki.
Rombongan pun akhir kembali ke dalam asrama, menyusuri lorong-lorong yang sepi. Sebagian dari mereka memilih untuk kembali ke kamar duluan. Menyisakan beberapa orang yang bertahan di lantai bawah.
"Tiba-tiba, anak yang di lantai bawah pada lari ke atas," ucap Tri.
"Kenapa emangnya?"
"Soalnya mereka liat ada cewek rambut panjang dan pake baju putih, duduk di kursi kantin."
Kabar itu pun beredar dari mulut ke mulut, membuat para penghuni asrama merasa khawatir. Tentu itu yang dinginkan para makhluk itu. Menyebar ketakutan. Perlu diingat, takut adalah sumber energi utama mereka.
Selanjutnya sudah bisa kutebak, akan bermunculan kejadian-kejadian baru yang menimpa beberapa penghuni asrama, termasuk aku sendiri.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Horor Kampus
HorrorSebuah cerita yang diambil berdasarkan kisah nyata penulis. Menceritakan tentang pengalaman-pengalaman horor yang dialami penulis dan temannya. Selama menjalani masa perkuliahan di Kampus. Mulai dari pengalaman pertama timggal di Asrama Kampus, hing...