Tengah malam, perut ini terasa sakit sekali. Karena menahan hasrat ingin buang air besar. Aku sudah mencoba menahannya tapi seperti tidak sanggup lagi. Terpaksa harus memberanikan diri berjalan ke kamar mandi. Meski hanya beberapa langkah, tapi rasanya berat sekali. Apalagi tersiar kabar kalau di kamar mandi ada penunggunya.
Di saat situasi seperti ini, hal sepele seperti memilih kamar mandi bisa berdampak buruk. Ya ... tentunya aku salah memilih kamar mandi. Malah memilih yang agak tengah.
Tuk! Tuk!
Bunyi gayung beradu dengan bak, tepat di kamar mandi sebelah. Jarang ada penghuni asrama yang meninggalkan gayung di kamar mandi. Setiap penghuni memiliki gayung masing-masing dan selalu dibawa kembali ke kamar setelah selesai mandi atau buang air besar.
Jantung ini mulai berdetak kencang. Semakin lama, rasa takut pun semakin bertambah. Setelah membersihkan diri, aku langsung ke luar kamar mandi.
Sempat menoleh kamar mandi di sebelah, yang ternyata kosong. Bahkan bak mandinya pun kering, tidak ada air.
Terus, tadi suara gayung dari mana? Dengan cepat kembali ke kamar dan tidur.
_______
Tak terasa sudah dua minggu aku tinggal di asrama. Malam ini, sebagian besar mahasiswa sedang sibuk belajar. Karena besok ada Ujian Tengah Semester (UTS). Aneh bukan, UTS hanya dalam waktu dua minggu.
Bagi mahasiswa jalur undangan (PMDK) memang diberi kesempatan untuk kuliah lebih dulu, selama satu bulan. Sebelum kedatangan mahasiswa lain dari jalur ujian (SNMPTN).
Dalam rentang waktu satu bulan itu. Kami harus menyelesaikan satu mata kuliah pilihan. Makanya dua minggu sudah masuk jadwal UTS. Dua minggu berikutnya masuk jadwal Ujian Akhir Semester (UAS).
Berbeda dengan mahasiswa lainnya, aku lebih memilih untuk tidur lebih cepat. Jadwal ujianku agak sore, jadi aku masih punya waktu belajar besok pagi. Entah kenapa, malam itu aku tidur dengan nyenyak. Hingga tak menyadari kehebohan yang terjadi di lorongku.
"Lu denger gak semalem? Asli serem banget," ucap Rendra — teman lorongku, yang sedang mengobrol dengan Tirta.
Aku yang baru bangun dari mimpi indah, merasa bingung tentang apa yang mereka obrolkan.
"Iya, serem. Gua ampe lompat terus nutup jendela," sahut Tirta.
"Ini lagi pada ngomongin apa?" tanyaku, bingung.
"Semalem, ada suara cewe ketawa melengking," balas Rendra. "Lu gak denger?"
"Kagak, kan gua tidur. Emang kedengeran jelas, ya?"
"Jelas banget! Satu lorong pada denger kok."
"Lu denger juga, Tri?" tanyaku. Soalnya ia satu-satunya penghuni kamarku yang hobi belajar hingga larut malam. Tentunya dengan jendela kamar yang terbuka. Luar biasa memang.
"Denger. Gua ampe lompat ke kasur, terus gak berani nutup jendela."
"Untung gua tidur duluan," balasku berlalu santai menuju kamar mandi.
_________
Pagi ini, aku mendatangi kamar teman SMA, Dudi, di Asrama B. Ternyata ia juga sudah mendengar cerita horor yang terjadi di asramaku. "Itu beneran, Dan?" tanyanya.
"Katanya sih begitu," balasku.
"Lu liat sama denger juga?"
"Kagak, gua tidur."
"Oh, berarti di asrama lu banyak Kuntilanaknya."
"Kayanya sih begitu."
"Di sini juga ada, Dan."
"Kuntilanak juga?"
"Bukan, kayanya lebih ke anak kecil. Kemaren temen lorong gua ada yang cerita. Pas lagi belajar ampe tengah malem, pernah denger ada suara anak kecil lari-larian di lorong," ucap Dudi.
"Ada juga yang dikerjain di kamar mandi," sambungnya.
"Gua juga kemaren dikerjain di kamar mandi," ucapku.
"Diapain lu?"
"Ada yang maenin gayung, pas gua cek kamar mandinya kosong. Baknya juga kosong."
"Hahaha, mau kenalan kali."
"Males bener."
"Oh ya, katanya di lorong atas juga ada yang dikerjain. Ada dua orang lagi jalan bareng, lewat lorong malem-malem. Terus salah satunya jalan duluan. Nah yang di belakang tiba-tiba lari."
"Kenapa?"
"Ada yang nepuk pundaknya dua kali."
"Iseng amat dah."
"Di Asrama A juga ada kata temen kelas gua. Dia pernah cerita kalau ada pocong di deket jemuran."
"Hii ... pocong. Malesin amat." Pocong masih jadi hantu yang paling aku takuti.
"Dah ah, gak usah diomongin, ntar malah datang."
"Iya."
"Gimana UTS kemaren?"
"Alhamdullilah sih lancar, cuman gak yakin dapet nilai bagus."
"Hahaha, sama gua juga. Semoga dapet A. Lu udah makan?"
"Belum, makanya gua ke sini, pengen nyobain makanan Asrama B."
"Yuk, makan!" ajak Dudi seraya bangkit.
Kami pun ke luar kamar, berjalan ke kantin. Menunya agak berbeda dengan asramaku. Dari segi rasa, aku kurang begitu cocok dengan makanan Asrama B.
________
Hari berganti hari, sampai tibalah waktunya UAS. Minggu depan, akan banyak penghuni baru datang. Mereka merupakan mahasiswa yang lulus melalui jalur ujian.
Kedatangan mereka memang membuat asrama semakin ramai. Namun tidak menyurutkan gangguan-gangguan yang terjadi.
Salah satu penghuni baru pernah bercerita. Saat malam pertama di asrama, ia pergi ke kamar mandi. Saat itu kamar mandi memang sedang sepi.
Ia berdiri di cermin besar yang menghadap ke arah deretan kamar mandi. Antara yakin atau tidak, ia melihat ada seseorang yang berjalan masuk ke kamar mandi ujung. Padahal ia merasa tidak ada orang yang melewatinya.
Ia menengok ke belakang. Pintu kamar mandi ujung masih terbuka dan tidak terdengar sedikit pun suara percikan air. Kemudian, ia berjalan mendekat. Selangkah demi selangkah. Langkahnya terhenti saat mendengar ada suara orang menangis. Yang membuatnya semakin terkejut adalah itu suara wanita. Tak mungkin ada seorang wanita di kamar mandi asrama pria.
Dengan cepat, ia berbalik badan. Kini pemandangan yang lebih menyeramkan berada di hadapannya. Di cermin, ia melihat ada seseorang berdiri di belakangnya. Seorang wanita berambut panjang dan mengenakan gaun putih. Beruntung, wajahnya tidak terlihat jelas. Buru-buru ia berlari, kembali ke kamarnya.
____________
Teror di kamar mandi masih belum selesai. Siang itu, aku sedang mengobrol di kamar sebelah. Tiba-tiba, Rendi berlari masuk ke dalam kamar.
"Napa lu, Ren?" tanyaku, bingung.
"Bentar ...," balasnya dengan napas tersengal dan duduk di ujung kasur.
"Gua kan mau buang air besar di kamar mandi ujung. Pas baru ngelangkah masuk, eh itu air di toilet. Nyembur ke atas gitu."
"Ah, masa sih. Siang-siang gini?"
"Iya."
Wajar sih, walaupun siang hari, suasana kamar mandi ini terasa lembab dan gelap. Lampu yang digunakan pun tidak bisa menjangkau seluruh bilik kamar mandi.
Karena itu, aku lebih sering menggunakan kamar mandi paling depan. Kamar mandi tertutup tanpa ventilasi dan lampu. Jadi walaupun ada sesuatu di dalam, setidaknya aku tidak akan melihatnya.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Horor Kampus
HorrorSebuah cerita yang diambil berdasarkan kisah nyata penulis. Menceritakan tentang pengalaman-pengalaman horor yang dialami penulis dan temannya. Selama menjalani masa perkuliahan di Kampus. Mulai dari pengalaman pertama timggal di Asrama Kampus, hing...