Cerita Ryo

2.3K 306 4
                                    

Tok! Tok!

Dua ketukan terdengar kembali. "Dan! Bangun!" panggil Seseorang dari luar. Dari suaranya mirip dengan Tri.

"Tri?" Aku memastikannya.

"Iya," sahutnya.

Aku bangkit, lalu turun dari kasur dan membuka pintu. "Kuncinya jangan digantung," omelnya seraya masuk ke kamar dan menyalakan lampu.

"Kirain belum balik," sahutku sembari menoleh ke arah jendela. Entah bagaimana, gordinnya setengah terbuka. Padahal semalam aku yakin sekali sudah menutupnya rapat-rapat.

Langit di luar masih gelap. "Jam berapa, Tri?" tanyaku.

Tri mengecek ponselnya, "Jam empat."

Sebenarnya mata ini masih mengantuk dan badan pun masih demam. Ingin sekali kembali tidur, tapi waktu subuh sudah begitu dekat.

Setelah salat subuh, aku memilih tidur di kasur Abrar. Sekitar pukul sembilan pagi baru terbangun, karena cahaya matahari mulai menerangi kamar. Dengan kepala agak pusing, aku bangkit dan duduk di ujung kasur. Menatap ke arah pohon kersen.  Buahnya memang manis, tapi penghuni pohon itu jauh dari kata manis.

Aku berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka. Lalu, pergi ke kantin. Sengaja memilih turun melalui tangga samping mushola. Sekalian mengecek apa 'anak gamer' lorong tujuh sudah kembali ke asrama. Nihil, tak terlihat satupun dari mereka.

Setelah sarapan, kondisi tubuh ini sudah membaik. Aku berdiri di pintu depan asrama, seraya menghirup udara segar.

"Dan, ngapain lu berdiri di situ?" tanya Ryo yang baru saja kembali ke asrama.

"Eh, Yo! Lagi pengen aja," sahutku.

"Gua ada cerita!" Ryo mengajakku duduk di kursi kantin.

"Cerita apaan?" tanyaku seraya duduk.

"Lu tau gak tong sampah deket asrama putri?" tanyanya.

"Tong sampah yang mana?" Aku berusaha mengingat-ingat.

"Itu, yang deket kebun salak. Nah terus ada jalan kecil ke bawah. Perumahan warga."

"Oh, ya! Gua tau."

"Nah, ceritanya tuh gini ...."

Malam jumat kemarin, Ryo pulang agak malam dari kerja kelompok. Sekitar pukul sepuluh malam, ia pulang ke asrama. Sendirian.

Jalanan di depan asrama putri terlihat sudah sepi. Hanya ada beberapa orang yang berjalan di depan, berjarak kurang lebih 200 meter.

Ryo mempercepat langkah, berniat untuk menyusul mereka. Namun, langkahnya terhenti saat berada di dekat tong sampah itu. Ia melihat ada orang sedang jongkok di sana, menghadap tumpukan sampah.

"Gua pikir kan itu orang lagi nyari sampah ya, Dan," ucap Ryo.

"Jam sepuluh malem, Yo! Nggak ada kerjaan amat cari sampah jam segitu. Lagian itu tempat kan gelap banget kalau malem," sahutku.

"Hooh, bener. Gua gak curiga kalau itu bukan manusia."

Tubuhnya agak besar untuk ukuran manusia normal. Saat Ryo menyorot orang itu dengan flashlight ponselnya ....

Deg!

"Jantung gua udah berasa copot, Dan! Gua bener-bener liat itu orang badannya item semua. Nggak lama, dia nengok dong. Dan ... matanya merah bersinar gitu," jelas Ryo.

Cerita Horor KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang