"Bukannya lu udah bayar kontrakan setahun, ya?" tanya Robi yang kini satu kamar dengan Didi.
"Iya, cuman kagak betah di sana. Jauh!" balasku. Aku tak mau mengungkap alasan sebenarnya. Percuma, belum tentu mereka percaya.
"Tapi di sini belum ada kamar kosong, Dan."
"Nggak apa-apa, sementara gua tidur ruang TV atas aja."
Kebetulan ruang televisi di lantai dua cukup luas. Jadi untuk sementara waktu aku bisa tidur di sana. Sembari menunggu kamar yang kosong bulan depan.
Selama sebulan tidur di ruang televisi. Sempat beberapa kali mengalami kejadian horor. Sumbernya berasal dari tangga kayu menuju tempat jemuran — lantai tiga.
Soalnya saat menonton televisi, secara otomatis pandangan kita mengarah juga ke tangga kayu itu. Beberapa kali aku melihat ada bayangan putih menaiki tangga dengan cepat.
Terkadang, saat tengah malam. Terdengar suara orang naik tangga. Ketika dilihat ternyata tidak ada siapa-siapa.
Sampai di suatu malam aku pun bermimpi, tentang sosok yang hobi mondar-mandir di tangga. Sosok seorang perempuan berbaju putih, yang biasa disebut Kuntilanak. Ia memang tinggal di tempat jemuran lantai tiga.
Tidak hanya sosok Kuntilanak penghuni lantai tiga saja yang masuk ke dalam mimpi. Ada satu sosok menyeramkan lain yang sempat berkenalan.
Sosok yang menghuni gudang di samping kamar mandi lantai satu. Sosok tinggi besar berbulu lebat. Orang-orang menyebutnya Genderuwo.
Namun, kehadiran mereka tidak terlalu begitu mengganggu. Bahkan tidak pernah menampakan diri. Hanya suara-suaranya saja yang terdengar.
__________
"Dan temenin gua begadang di kampus, yuk!" ajak Robi.
Seminggu terakhir ini, ia sering begadang di kampus. Soalnya, wifi kampus di malam hari sangat cepat. Makanya banyak mahasiswa yang begadang, duduk di koridor kampus.
Biasanya Robi begadang di koridor fakultas MIPA. Ituloh yang ada tanjakan angker. Koridor jurusan matematika yang paling banyak diminati para pencari wifi. Aku pernah menemaninya begadang di sana. Namun, agak trauma setelah kejadian di toilet kampus.
Waktu itu, baru pukul satu pagi. Tiba-tiba muncul hasrat ini buang air kecil. Sialnya, setiap malam, semua toilet di lantai dua dan tiga Fakultas MIPA dikunci. Hanya ada satu toilet saja yang pintunya selalu dibuka, yaitu toilet di lantai satu, dekat pos satpam sekaligus tanjakan.
Toilet yang agak gelap, karena lampunya hanya menyala sebagian. Bergegas aku masuk ke dalam, memilih bilik yang paling dekat dengan pintu.
Saat sedang buang air kecil, terdengar suara decitan pintu dari bilik sebelah. Tak berselang lama, ada suara percikan air. Aku tak menaruh curiga. Mungkin saja ada orang lain yang sedang buang air kecil.
Setelah buang air kecil, aku melirik ke toilet samping. Pintu terbuka lebar. Tak ada orang. Seketika itu, aku merinding dan bergegas ke luar toilet.
Sebelum kaki melangkah ke luar. Ada suara orang berdehem kencang. Sontak aku berlari, lalu menaiki tangga ke lantai dua.
Semenjak kejadian itu, aku tidak pernah lagi buang air kecil di toilet itu. Lebih memilih berjalan agak jauh ke jalan Dara, lalu buang air kecil di toilet masjid atau warnet.
____________
Malam ini, ada salah satu teman kelasku mengajak untuk begadang di Fakultas Kedokteran Hewan. Sebuah Fakultas yang letaknya paling jauh dari kosan. Tempat yang tak kalah horor dibandingkan dengan Fakultas MIPA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Horor Kampus
HorrorSebuah cerita yang diambil berdasarkan kisah nyata penulis. Menceritakan tentang pengalaman-pengalaman horor yang dialami penulis dan temannya. Selama menjalani masa perkuliahan di Kampus. Mulai dari pengalaman pertama timggal di Asrama Kampus, hing...