Pocong Keliling

2.8K 340 4
                                    

Sesampainya di asrama, aku langsung sarapan di kantin. Agar tidurnya jauh lebih nyenyak. Setelahnya, baru kembali ke kamar.

"Beuh baru balik lu, Dan?" tegus salah satu teman lorongku — Hadi.

"Iya," sahutku seraya menghentikan langkah.

"Lu kalo pulang malem biasanya lewat mana sih?"

"Kadang lewat Asrama A atau B."

"Sendirian?"

"Ya, kalau gak ada temen pasti sendirian."

"Emang lu gak takut pas lewat Asrama A."

"Kenapa emangnya?"

"Gua denger dari temen gua yang di Asrama A. Katanya di sana ada Poling."

"Poling?"

"Pocong Keliling."

"Seriusan?"

"Iya, beberapa orang udah ada yang liat."

"Ih, serem banget! Dah ah, Di. Gua ngantuk."

"Oke, Dan l. Gua juga mau mandi."

Aku berjalan masuk ke dalam kamar. Terlihat Abrar sedang duduk di meja belajar, sambil memegang Al Quran.

Aku langsung naik ke atas kasur, karena mata sudah sangat berat. Tidak lupa menutup mata dan telinga menggunakan sarung, agar lebih cepat tertidur. Namun ada satu pertanyaan yang mengusik pikiranku. Apakah Pocong Keliling itu sosok yang sama dengan yang pernah kulihat dulu?

__________

Kabar tentang Pocong Keliling itu semakin menyebar. Tidak hanya penghuni Asrama Putra saja yang dibuat heboh. Penghuni Asrama Putri pun begitu. Salah satunya Fitri — teman sekelasku. Ia sempat bertanya tentang kebenaran cerita itu.

Aku hanya bisa menjawab seadanya. Tak begitu yakin cerita yang berkembang itu nyata adanya. Meskipun, pernah melihat dengan mata kepala sendiri, si Pocong yang bersembunyi di balik pohon pisang.

Di sela-sela jadwal kuliah, aku pergi ke warnet. Bukan warnet yang di GOR, melainkan warnet yang ada di jalan Duta. Tak sengaja bertemu dengan Apip. Kebetulan ia tinggal di Asrama A.

"Pip!" panggilku seraya menghampirinya yang sedang asik bermain game.

"Oit, Dan!" sahutnya dengan mata tertuju ke layar komputer.

Aku mengambil kursi plastik, kemudian duduk di sampingnya. "Emang di Asrama lu lagi ada Pocong Keliling?" tanyaku.

"Gua gak tau, Dan."

"Bah! Parah! Berita seheboh itu lu gak tau."

"Lagian gua kagak suka sama cerita-cerita begituan."

"Yah. Kecewa gua!" Aku menyalakan komputer, lalu bermain sampai jadwal kuliah selanjutnya.

Sekitar 30 menit sebelum jadwal kuliah dimulai, aku pun berangkat ke kelas. Kelasnya tidak begitu jauh, di Fakultas Pertanian. Kurang dari 10 menit aku sudah sampai di depan kelas. Di sana sudah banyak temanku yang duduk di depan kelas, menunggu giliran masuk.

"Har!" Aku memanggil Hari yang sedang duduk di anak tangga.

"Apa, Dan?" sahutnya.

"Lu Asrama A, kan?"

"Iya."

"Nah. Itu cerita Pocong Keliling beneran gak sih?"

"Beneran, Dan."

Hari pun bercerita, kalau seminggu terakhir ini sudah ada beberapa orang yang didatangi pocong itu. "Anak lorong atas, ada yang liat pocongnya berdiri di tengah lorong," ucapnya.

Tidak hanya itu saja. Ada pula yang melihat Pocong itu sedang duduk di kasur. "Kebetulan dia emang sendiri di kamar. Pas tengah malem katanya liat ada pocong duduk di kasur bawah. Asli dah serem!" lanjut Hari.

"Temen lorong lu ada yang liat?" tanyaku.

"Ada! Beda beberapa kamar sama gua. Dia kamarnya di pojok yang deket jalan."

"Gimana tuh ceritanya?"

"Jadi dia malem-malem lagi belajar sambil buka jendela. Nah, pas udah kelar terus mau nutup jendelanya. Eh si Pocong tiba-tiba muncul begitu aja. Otomatis temen gua itu ngejerit kenceng, bikin heboh satu lorong."

"Hebat masih bisa ngejerit. Kalau gua sih udah pingsan duluan."

"Semenjak itu, sebelum magrib jendela pokoknya udah pada ditutup. Apalagi lorong yang ngadep ke tempat jemuran. Wajib banget ditutup."

"Pocong sering muncul di sana, ya?" tebakku.

"Iya. Sering banget! Kan ada pohon pisang. Katanya sih itu tempat dia."

Jangan-jangan benar, sosok Pocong itu yang pernah kulihat dulu. Namun, kenapa ia baru meneror sekarang? Semantara aku sudah melihatnya dari lima bulan lalu. Ah entahlah! Yang penting Pocong itu tidak berkeliling di Asrama C.

_____________

"Kayanya beda daerah kekuasaan deh, Dan," ucap Abrar yang sedang duduk di kursi.

"Iya. Asrama A hantunya pocong, Asrama B hantunya anak kecil, terus Asrama ini hantunya Kuntilanak. Siapa namanya?"

"Surti."

"Nah itu."

Dari desas-desus yang beredar katanya Surti ini dulunya seorang penjaga kantin. Ia ditemukan meninggal di salah satu toilet kamar mandi. Entah toilet mana. Ada yang bilang toilet di lantai bawah. Ada yang bilang di toilet lorongku.

Yang jelas ia sering menampakan diri di tangga ujung, dekat kamarku. Pernah satu malam, aku sedang menyetrika baju di depan kamar. Lalu, terdengar suara perempuan bergumam, seperti bernyanyi. Arahnya dari tangga itu.

Lampu di tangga itu pun kadang suka tiba-tiba mati. Makanya banyak penghuni Asrama C lebih memilih lewat tangga tengah.

"Kamar depan tangga udah ada yang nempatin?" tanyaku.

"Kayanya dipake sama SR (kakak pengawas)," balas Abrar.

"Iya daripada kosong. Malah makin serem."

"Kata temen gua yang kamarnya di depan kamar kosong itu. Dulu sebelum ditempatin, sering kedengaran suara cewek gitu. Terus kadang pas malem suka berisik juga dari dalem."

"Paling kerjaan si Surti."

"Kayanya sih."

Tiba-tiba ada suara gaduh dari luar kamar. Spontan aku membuka pintu, lalu mengintip ke luar. Terlihat orang berlarian turun ke bawah.

"Emang ada gempa, Brar?" tanyaku.

"Nggak ada kayanya."

"Terus orang pada lari ke bawah ngapain?"

"Coba liat aja ke bawah."

Aku pun turun ke bawah, melalui tangga pojok. Di bawah, sudah ramai orang berdiri di depan kamar. "Ada apa sih?" tanyaku.

"Anak Lorong empat ada yang kesurupan," balasnya.

Aku melihat ke arah lorong empat. Ternyata di sana jauh lebih ramai. Tepatnya di kamar yang jendelanya menghadap ke tempat jemuran.

Siapa yang kesurupan?

Apakah aku mengenalnya?

BERSAMBUNG

Cerita Horor KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang