Setelah mengalami dua kejadian horor di kampus, aku masih belum kapok begadang di kampus. Kali ini aku mencari tempat yang agak ramai di Fakultasku sendiri yaitu Pertanian.
Tepatnya di dekat ruangan Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron). Di sana ada bangku dan meja, lengkap dengan stop kontak. Sebelum pergi ke sana, aku terlebih dulu belanja camilan dan air, untuk menemani begadang.
Kulirik jam di ponsel, pukul sepuluh malam. Biasanya jam segini masih agak ramai. Dengan langkah cepat, aku berjalan menuju gedung Fakultas Pertanian. Dari jalan depan Fakultas, terlihat ada dua orang masih duduk di tempat andalanku. Semoga saja mereka tidak begadang.
Aku berjalan menyisiri koridor Fakultas Pertanian, mencari tempat yang nyaman. Nihil. Semua tempat yang ada stop kontaknya sudah ditempati orang. Terpaksa naik ke lantai dua, menuju Laboratorium Gulma.
Sebenarnya ini tempat yang agak horor. Soalnya posisi bangku dan meja menghadap Laboratorium dan membelakangi ruang kelas. Belum lagi, lampunya selalu dimatikan.
Aku berbelok ke koridor arah Laboratorium. Benar saja, lampunya sudah dimatikan dan tidak ada orang. Dengan langkah ragu, berjalan mendekati kursi. Sebelum duduk, sempat celingak-celinguk sebentar.
"Dah lah, sebentar doang ini," batinku, seraya mengeluarkan laptop dari dalam tas.
Tak terasa sudah satu jam aku duduk di sini, menatap layar laptop. Tak berani sedikit pun melihat ke arah Laboratorium.
Dep! Dep!
Terdengar suara langkah kaki. Spontan aku menoleh ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Bulu kudukku pun meremang.
Buru-buru aku memasukan laptop ke dalam tas. Lalu, pergi meninggalkan tempat ini. Sebelum ada hal yang lebih menyeramkan terjadi, yaitu penampakan.
Aku berjalan ke arah ruang Himagron. Ternyata sudah tidak orang di sana. Sepi. Bahkan sepanjang koridor di dekat sana pun tidak terlihat ada orang. Padahal ini sudah jam 11 malam, biasanya para pemburu wifi kampus sudah bermunculan.
Aku pun duduk di kursi, lalu menaruh laptop di atas meja. Tak berselang lama, terlihat ada dua orang berjalan di koridor. Mereka duduk di lantai koridor, agak jauh dariku. Setidaknya itu sudah membuatku lebih tenang. Ada yang menemani.
Kubuka laptop dan mulai berselancar di dunia maya. Fokus utamaku adalah mengunduh film yang sudah aku catat sebelumnya. Sambil menunggu semua unduhan selesai. Aku memakan camilan.
Tuk! Tuk!
Ada suara langkah kaki seseorang yang turun dari tangga di dekatku. Spontan aku menoleh ke sana. Namun, sudah beberapa menit berlalu tak ada seorang pun yang turun.
Aku kembali menatap layar laptop, lalu memutar video youtube. Kuambil headset di dalam tas lalu memakainya.
Malam semakin larut. Jam di layar laptop menunjukan pukul dua malam. Aku meregangkan otot leher yang mulai kaku. Sekilas melihat ada seseorang berjalan cepat, naik ke atas tangga.
Kulepas headset, bermaksud untuk mendengarkan langkah kakinya. Tidak terdengar. Mencoba berpikir positif, mungkin ia sudah naik ke lantai dua.
Aku melanjutkan berselancar di dunia maya, hingga adzan subuh berkumandang. Dua orang yang duduk di koridor mulai merapikan laptopnya. Begitu juga aku.
Sebelum pulang ke kosan, aku menengok sebentar ke arah tangga. Melihat pintu besi di lantai dua yang tertutup rapat. Saat itulah aku menyadari kalau orang yang tadi malam terlihat naik ke lantai dua bukanlah manusia.
___________
Masih belum juga kapok dengan suasana horor di kampus saat malam hari. Kali ini, sehabis magrib, aku pergi ke perpustakan kampus.
Berjalan masuk ke gedung Fakultas Pertanian, melewati koridor panjang. Lalu, menuruni tangga menuju kantin. Terlihat deretan lapak jualan yang kosong dan gelap. Aku mempercepat langkah, menuju ujung gedung. Dari sana, hanya tinggal menyebrang jalan dan sudah tiba di perpustakan.
Bergegas aku masuk ke dalam, lalu naik ke lantai dua sambil membawa laptop. Rencananya hari ini aku hanya ingin mencari buku untuk bahan skripsi.
Setelah berputar-putar, mencari buku atau skripsi yang berhubungan dengan penelitianku. Akhirnya aku menemukan beberapa. Kubawa buku dan skripsi itu ke sudut perpustakaan, tempatku menaruh laptop.
Aku mulai membaca cepat dan memfoto bagian-bagian penting. Kemudian, foto-foto itu langsung ditransfer ke laptop. Soalnya aku tak mau berlama-lama berada di perpustakaan. Meski terlihat nyaman, tapi tetap bikin merinding juga.
Sekitar pukul delapan malam, aku pun ke luar dari perpustakaan. Melihat isi dompet yang hanya tersisa satu lembar 20.000. Kebetulan sekali di dekat sini ada mesin ATM. Tepatnya, di gedung Fakultas Ekonomi samping rektorat. Namun, untuk pergi ke sana harus melalui jembatan di samping danau kampus.
Aku menoleh ke arah jembatan. Masih ada beberapa orang yang lalu-lalang. Bergegas aku berjalan ke sana.
Saat pagi, danau kampus ini terlihat indah. Berbeda ketika malam. Banyak cerita-cerita horor yang pernah kudengar. Salah satunya adalah tentang sosok wanita yang berdiri di tengah danau. Serta kakek pemancing misterius yang selalu muncul dengan mengenakan baju yang sama dan di tempat yang sama.
Aku mempercepat langkah, tanpa berani menoleh sedikit pun ke arah danau. Sesampainya di ujung jembatan, langsung berbelok ke arah deretan kelas Fakultas Ekonomi.
Ngik!
Terdengar suara dari dalam kelas. Aku tak ingin melihatnya, lanjut berjalan sampai ke mesin ATM. Setelah mengambil uang, aku kembali melewati jembatan tadi.
Aku berjalan cepat melewati deretan kelas yang kosong. Dari kejauhan terlihat tidak ada orang yang melewati jembatan. Kupercepat langkah, setengah berlari melewati jembatan.
Pluk!
Ada suara seperti batu yang dilempar ke danau. Tepat saatku berada di tengah jembatan. Aku pura-pura tidak dengar, lanjut melangkah sambil menundukan kepala.
Pluk!
Suara itu kembali terdengar sebelum aku tiba di ujung. Sesampainya di ujung, aku berlari sampai ke gedung Fakultas Pertanian. Langsung disambut dengan kantin yang gelap.
Aku berbelok ke kanan, melewati deretan ruangan organisasi yang terlihat masih ada orang. Berjalan terus sampai tiba di tangga Departemen Hama dan Penyakit Tanaman. Tempat begadang malam hari ini.
Tempatnya tidak seramai di Departemenku — Agronomi dan Hortikultura. Itulah kenapa wifi di sini lebih cepat.
Aku duduk menghadap taman yang di tengahnya ada sebuah pohon besar. Biasanya pohon itu menjadi tempat berkumpul mahasiswa saat siang hari.
Saat sedang asik mengunduh film. Tiba-tiba ada seorang mahasiswi datang menghampiriku. Aku menengadah, memastikan kalau ia bukanlah hantu.
"Eh mending lu pulang deh," ucapnya, tanpa basa-basi.
"Kenapa emangnya?" tanyaku, bingung.
"Emang lu gak ngerasa diikutin sesuatu gitu?"
"Diikutin apaan?"
"Cewek bajunya merah. Dia lagi duduk di bangku, di bawah pohon itu!" Mahasiswi itu menoleh ke arah pohon besar di tengah taman. "Daritadi ngeliatin lu! Tapi gak berani ngedeket."
Seketika itu aku merinding. "Beneran?" Rasanya tak percaya dengan ucapannya.
"Iya, mending pulang deh. Daripada ntar kenapa-napa." Mahasiswi itu pun pergi.
Aku melirik ke arah pohon besar. Bulu kuduk pun kembali meremang. Bergegas kumasukan laptop ke dalam tas, lalu pergi. Pulang. Tak jadi begadang.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Horor Kampus
HorrorSebuah cerita yang diambil berdasarkan kisah nyata penulis. Menceritakan tentang pengalaman-pengalaman horor yang dialami penulis dan temannya. Selama menjalani masa perkuliahan di Kampus. Mulai dari pengalaman pertama timggal di Asrama Kampus, hing...