Dia Masuk ke Kamar!

2.4K 320 5
                                    

"Dan, katanya penghuni kamar di bawah lu ada yang dikagetin Kuntilanak, ya?" tanya Randi saat kami berjalan menaiki tanjakan FMIPA.

"Iya," balasku singkat.

"Anak lorong lu ada yang pernah diisengin juga, gak?"

"Sejauh ini sih, palingan denger suara ketawa sama nyanyi gitu."

"Oh kalau anak lorong gua sih pernah ada yang liat di tempat jemuran."

Kamar Randi berapa di lorong sepuluh. Jendela kamarnya, sebagian menghadap lapangan di tengah asrama, sebagiannya lagi menghadap ke arah tempat jemuran.

"Kuntilanak juga?" tanyaku.

"Iya."

Tiba di ujung tanjakan. Aku sempat melirik ke menara air. Aman, sosok perempuan itu tidak ada di sana. "Emang asrama kita tuh banyak Kuntilanaknya."

"Pada suka ngeliatin cowok kali."

"Bener!"

Kami pun tiba di depan asrama putri. Randi mengajakku untuk berbelok sebentar ke minimarket yang berada di samping asrama putri. "Mau beli apa, Lu?"  tanyaku.

"Es Krim!" sahutnya, seraya masuk ke dalam minimarket.

Aku menunggu di luar sambil menatap bangunan setengah jadi di samping Gymnasium. Kabarnya akan digunakan untuk asrama putri. Bentuknya lebih mirip apartemen.

"Yuk!" Randi ke luar sambil membawa sebuah Es Krim.

Kami pun lanjut berjalan menuju asrama. Bila masih jam segini — sekitar jam delapan malam, jalanan menuju asrama masih cukup ramai. Banyak orang yang juga berjalan kaki.

Sesampainya di asrama, aku langsung mandi. Seperti biasa, memilih kamar mandi yang tertutup rapat dan tanpa lampu.

"Mau kemana, Lu?" tanyaku pada Jamil, saat melihatnya ke luar kamar sambil membawa tas.

"Ke kamar temen, sekalian besok pulang bareng."

"Oh."

Bagi mahasiswa yang rumahnya tidak begitu jauh dari kampus, memang sudah terbiasa pulang saat akhir pekan. Sebenarnya, rumahku pun tidak begitu jauh, butuh perjalanan sekitar tiga jam. Namun, aku termasuk yang jarang pulang.

__________

Pagi harinya, kulihat Abrar sedang memasukan baju ke dalam tas. "Mau ke mana, Brar?" tanyaku sembari turun dari kasur.

"Mau ke Jakarta sama anak Sulawesi," sahutnya.

"Nginep?"

"Iya."

"Lu tumben gak balik?"

"Nggak bisa, soalnya ntar siang ada latihan aerobik."

"Oh iya, kelas B dapet giliran aerobik."

Di kampusku, terbagi menjadi dua kelas besar yaitu kelas A dan B. Mata kuliahnya sama, hanya beda giliran saja. Abrar yang mendapatkan kelas A, sudah lebih dulu mendapatkan mata kuliah olahraga — aerobik.

Aku berjalan ke kantin untuk sarapan. Kemudian menonton televisi yang salurannya itu-itu saja, jarang diganti. Bosan, aku pun kembali ke kamar. Melanjutkan membaca novel yang kupinjam dari teman sekelasku.

Cerita Horor KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang