Chapter 9

108 78 14
                                    

•Selamat membaca para pembacaku tercinta.

•Seperti biasa jangan lupa vote dulu sebelum baca.

•Untuk part selanjutnya author akan berusaha membuat cerita ini menarik mungkin dan part 10 sebenarnya udah ada tapi sedang di perbaiki sedikit.

•Aku jika upload itu tidak menentu jadi tambahkan ke daftar bacaan kalian agar tidak kelewatan.

•Maaf ini cerita pendek karena author cuman ke pikiran segini aja jika kalian punya saran untuk di tambah atau kritik biasa langsung ngomong atau di kolom komentar aja GPP.



Part 9

Hari Minggu jam 9 pagi, Aina sedang belajar di ruang tamu. Menurutnya, ruang tamu sangat nyaman saat sepi sehingga sesuai untuk digunakan belajar. Sekarang ini dia hanya sendirian di rumah. Rehan dan kedua adik kembarnya sedang keluar entah kemana.

Aina adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dia satu satunya anak perempuan dari ketiga saudaranya. Kakaknya, Rehan juga masih SMA kelas XII. Sedangkan kedua adik kembarnya masih taman kanak kanak. Karena itu terkadang dia merasa kesepian, karena saudara saudaranya tidak sama dengannya.
Keluarganya baru saja pindah ke rumah ini 3 tahun yang lalu. Tapi tetap saja dia merasa kurang walaupun ada kakak dan adik nya.

Suara motor terdengar di depan rumah. Tetapi Aina tidak peduli, dia masih fokus dengan buku yang sedang dibacanya. Ia pikir, mungkin itu kakaknya yang sudah pulang.

Seorang pria berpakaian hitam memakai topi dan masker berjalan mengetuk pintu rumah Aina. Ternyata pria ini yang baru saja turun dari motor tadi. Suara ketukan pintu membuat Aina heran, tumben sekali kakaknya mau masuk ketuk pintu dulu. Kayak di rumahnya siapa aja.

"Masuk tinggal masuk aja kali kak, ribet amat pake ketuk pintu segala. Rumah sendiri juga.." teriak Aina ke seseorang tadi yang ia kira adalah Rehan. Tetapi orang misterius itu masih tetap mengetuk pintu membuat Aina geram. Dengan terpaksa Aina menghentikan aktivitasnya dan berjalan membuka pintu.

"Apaan sih kak..." Ucap Aina terhenti ketika melihat seseorang di depannya. Dia terkejut, ternyata orang ini bukan kakaknya.

"Maaf, siapa ya?" Tanya Aina hati hati.

"Saya mau cari Aina" jawab seseorang itu.

"Saya Aina, ada perlu apa?" Aina mulai waspada. Ia curiga kalau orang di depannya ini adalah penculik. Di otaknya sudah ada berbagai rencana untuk menyelamatkan diri jika orang di depannya ini benar benar penculik.

"Saya ingin membicarakan suatu hal dengan anda, nona Aina..." Ucap seseorang itu. Lalu dengan perlahan ia berjalan mendekati Aina. Aina berjalan mundur menghindarinya hingga akhirnya dirinya terpojok di tembok. Orang itu meletakkan satu tangannya di dinding samping Aina, dan tangannya yang satu lagi membuka masker. Kini terlihatlah siapa si orang misterius ini.

"Evan?!! Ngapain lo ke rumah gue?! Mana sok sokan misterius pake baju item segala" tanya Aina dengan nada kesal. Evan hanya terkekeh mendengarnya.

"Bukan sok sokan misterius, tapi biar keliatan keren aja" ucap Evan sambil mengedipkan satu matanya membuat Aina geli.

"Keren mbahmu! Lo tu kayak maling tau nggak?!"

"Dih, ganteng gini dibilang maling. Rabun mbak?"

"Gue emang rabun! Napa?! Ngapain lo ke rumah gue??!" Tanya Aina lagi dengan mata yang menatap garang pada Evan.

Tiga Pilihan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang