Chapter 7

109 73 8
                                    

Hai hai semua masih setia gak ni baca cerita maaf ya.

Kalo baru upload sekarang soalnya author lagi sibuk.

dan 1 Minggu kemarin juga baru UTS jadi gak bisa upload.

Hari ini author bakal upload ini dulu yah yang part 8 bakal besok okeh.

Sebelum baca cerita harap vote dulu dan tambahkan ke bacaan kalian agar gak ketinggalan part selanjutnya.

♡♡♡♡♡♡♡
================================

Ketika pelajaran pjok di kelasnya selesai, Aina pergi ke toilet sebentar. Ditengah perjalanan, ia dihadang oleh seorang cowok yang sangat menyebalkan baginya, siapa lagi kalau bukan si Evan. Untung saja dia sedang memakai baju olahraga, jadi jika ia diapa apakan oleh Evan, ia bisa membela dirinya.

Aina masih terus berjalan tanpa mempedulikan keberadaan Evan membuat Evan terus menghalangi jalannya. Jika Aina berjalan ke kanan, Evan akan menghadang nya ke kanan, begitu seterusnya hingga membuat Aina kesal.

Evan ingin mencolek dagu gadis itu, tapi dengan cepat ditangkis olehnya. Terjadi perlawanan diantara keduanya. Keduanya saling tangkis menangkis. Aina yang sudah jengah kemudian mencari celah. Saat Evan lengah, ia langsung memelintir tangan Evan keatas membuat keduanya berputar.

Perlawanan semakin sengit. Evan menendang keatas berniat membuat Aina terjatuh. Dengan gesit Aina menghindar dari tendangan Evan dengan menunduk. Huh, hampir saja dia terkena tendangan Evan.

Aina pun mencoba membalikkan serangan Evan. Dia mengarahkan kakinya ke Evan berniat menendang cowok itu. Tapi dengan cepat Evan menyilangkan tangannya diatas kepala mencoba melindungi diri dari tendangan Aina. Alhasil kaki Aina berada di tangan Evan sekarang, tepatnya diatas kepala Evan.

Melihat Evan menahan sakit, Aina tidak tega. Ia lalu menurunkan kakinya dari atas kepala Evan. Ia tersenyum puas melihat cowok itu hampir kalah dengan dirinya. Dengan senyuman yang masih di bibirnya, Aina berjalan kembali ke toilet meninggalkan Evan yang masih diam di tempatnya.

Tanpa mereka sadari, seseorang melihat semua kejadian itu. Dion.

Dion kemudian menghampiri temannya yang masih diam membeku di tempatnya. Dion menahan ngakak saat melihat Evan yang masih bengong di tempatnya gara gara Aina tadi.

"Lo gapapa Van? makanya jangan kayak gitu sama cewek walaupun cewek itu udah lo kenal" Cetus Dion.

"Sakit Yon, baru tau gue kalo cewek seimut Aina jago silat. Kalo dilanjutin bisa bisa gue dah masuk rumah sakit" jawab Evan sambil meringis kesakitan.

"Yaudah lah Van, salah lo sendiri juga. Mending lo sekarang ke UKS deh, kasian tangan lo sampe merah gitu" tawar Dion pada Evan. Namun Evan menolaknya.

"Gak usah lah, palingan cuma bentar doang sakitnya, ntar juga ilang sendiri, mending kita balik ke kelas sebelum tuh cewek balik trus ngomelin gue"

"Evan, kamu gak papa? Emang ya cewek itu ga punya hati. Masak dia tega sih nyakitin kamu" kata Elina yang ternyata juga melihat kejadian tadi. Setelah Aina pergi, ia langsung menghampiri Evan setelah Dion.

"Gak perlu, lo itu penghianat" ucap Evan sambil menghempas tangan Elina yang ingin menyentuh tangannya.

"Aku cuma mau bantuin kamu Evan, walaupun aku ini mantan kamu, tapi aku nggak sejahat cewek itu" ucap Elina meyakinkan Evan.

"Lo emang beda sama dia, Aina lebih baik daripada lo! dia disukai banyak orang. Sedangkan lo sering banget dijahuhin. Lihat aja temen temen lo, mereka mau temenan sama lo cuma gara gara harta lo doang!" tegas Evan. Dengan segera cowok itu meninggalkan Elina yang masih menatapnya tanpa menghiraukan rasa sakit akibat ulah Aina tadi. Entah mengapa dirinya sangat yakin bahwa nanti Aina akan menyukai dirinya.

Tiga Pilihan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang