Sebelum membaca cerita:
1. Sebelumnya maaf jika ada tulisan atau ejaan yang salah terutama chapter awal dulu itu.
2. Maaf jika ada tanda koma atau petik yang salah harap di tegur tapi dengan cara baik dan sopan.
3. Kalo menurut kalian cerita ini kurang seru atau banyak kekurangan tolong dimaklumi dan anda bisa bilang kepada saya.
Satu lagi sebelum baca harap vote dulu!!!
***
Memories night
Terlihat seorang gadis kacamata yang tengah berdiri di samping pintu pasar malam. Sambil melepaskan ikatan rambut yang dia tata tadi menjadi terurai.
Dingin nya angin malam sedikit menerbangkan rambut terurai nya. Gadis kacamata tengah asik memainkan ponselnya dengan sangat fokus.
Disisi lain seorang cowok remaja tengah berlari mengejar sesuatu, sambil melengak-lengok ke arah kanan kiri mencari sesuatu.
Dengan nada nafas terengah-engah tidak beraturan, keringat yang mengguyur dahi lebarnya.
Sudah lama berlari kini kakinya menjadi lemas karena kelelahan. Seketika matanya berbinar ke arah pintu keluar yang memperlihatkan sosok cewek yang sedari tadi dia cari.
Langkah kaki mulai dipercepat lagi menuju ke arah depan sana.
"Ternyata lo ada disini, kalo mau cabut pamit dulu baru pergi!, jangan langsung nyelonong ninggalin kayak gini jadi susah nyarinya," Ucap evan dengan nada suara terengah-engah mengelus dadanya.
"Sorry tadi gue ga sempet kepikiran, lagi pula lo juga tadi lagi sibuk, gue cuma ga mau ganggu waktu lo aja."
"Kalo aja lo tadi bantuin gue pasti cepet selesai."
"Salah sendiri jadi orang kok populer," Cibir aina.
"Daripada jelek ga pernah populer," Cibir evan tidak mau kalah.
"Masih mending ga populer, daripada populer digontelin monyet terus ga bisa bebas," Ucap aina semakin sinis.
***
Flashbacks that actually happened.
Evan dan gadis itu berjalan beriringan melewati banyak kerumunan berdesak desakan dengan para pengunjung lain.
Tubuh mereka saling bersenggolan ke kanan kiri. Terasa tubuh menjadi peyek dan kecil padahal sebenarnya tidak.
"Ina, kita keluar aja dari kerumunan ini," Ucap Evan memegang tangan aina agar tidak ikut hilang.
"Iya, terus gimana keluarnya?," Ucap Aina dengan wajah sangat panik.
"Bentar gue cari dulu," menengok ke kanan dan kiri mencari celah kecil.
"Ikut gua," ucap Evan menarik tangan Aina dari kerumunan dan berhasil keluar.
Set
Akhirnya mereka berhasil keluar dari segerombolan ikan teri eh maksud saya kerumunan.
Tidak samping disini saja tapi malah bertambah lagi rintangan yang muncul. Seperti kata peribahasa, lepas dari mulut harimau masuk kedalam mulut buaya.
Ada dua cewek remaja yang menghampiri mereka berdua sambil bergandengan tangan. Keduanya sama-sama rambut di kucir dua agar terlihat mirip.
"E-kak Evan boleh minta waktunya sebentar gak?," Tanya salah satu cewek diantara mereka dengan nada sedikit malu kucing.
"Heh? Boleh," balas santai Evan dengan sedikit menaikkan satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Pilihan (On Going)
Teen Fiction⚠️[YANG LIHAT CERITA INI HARAP MAMPIR DAN JANGAN LUPA FOLLOW KALOK SEMPAT]⚠️ ••• "Setiap hari waktu terus berputar ingatan dan kenangan selalu terbentuk dalam pikiranku". ••• "Kita tidak bisa menjamin sampai kapan hidup di dunia ini bisa saja nanti...