Six

2.2K 236 21
                                    

"Oke anak-anak, karena bel udah bunyi pelajaran kita lanjutkan minggu depan! Bapak kasi tugas pecahkan soal halaman 125, dikumpul minggu depan! Gaada alasan ga buat atau ketinggalan, ngerti?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Oke anak-anak, karena bel udah bunyi pelajaran kita lanjutkan minggu depan! Bapak kasi tugas pecahkan soal halaman 125, dikumpul minggu depan! Gaada alasan ga buat atau ketinggalan, ngerti?"

"Ngerti pak" Jawab mereka serempak diwaktu yang sama.

"Baik, kalau begitu sampai jumpa minggu depan!"

Terlihat sudah ada yang mulai merapikan buku pelajarannya sesaat setelah guru matematika itu berlalu. Semua nampak tergesa-gesa memasukan buku-bukunya seakan tak ada lagi makanan yang akan tersisa untuk mereka.

Sedangkan jungkook yang masih dalam perannya berniat untuk mendahului pergi. Persetan dengan buku-buku pelajaran yang masih berserakan di mejanya. Bukankah seorang culun harus terlihat paling buruk dari ras murid mana pun?

Namun, tak ada yang berjalan mulus selama adik kim taehyung itu melakoni perannya. Di depannya kini sudah ada beberapa anak yang tak membiarkan jungkook mendahului jalannya.

"Minggir lo, kita duluan" Singkatnya seraya menyenggol kasar lengan jungkook.

Apa-apaan itu?  Kenapa mereka seenaknya menyerobot, dan dengan kurang ajarnya menyenggol lengannya? Jungkook berdecih dalam hati kala dihadapkan dengan situasi saat ini.  Kakinya sudah mulai gemetar, terasa gatal ingin menendang wajah-wajah human tak seberapa itu.

Helaan nafas jelas terdengar, mental jungkook benar-benar diuji kali ini. Andai suatu saat dirinya mendadak gila, maka yang patut untuk disalahkan atas semua ini tentu kim taehyung tersayangnya. Untuk saat ini jungkook hanya perlu cepat-cepat pergi ke kantin. Mencari penangkal  paling ampuh untuk meredam panas diperutnya.

Beberapa kelas dan koridor sudah jungkook lewatkan. Tak perlu bertanya dimana tata letak kantinnya karena taehyung sudah dengan sepenuh hati mengirimkan lokasinya. Hanya tinggal melewati satu koridor terakhir, maka dirinya akan sampai di tempat tujuan.

Namun rencana itu urung jungkook lakukan, sebab apa? Sebab seseorang tiba-tiba saja menarik tangannya masuk ke dalam salah satu toilet khusus laki-laki disana. Jungkook pikir orang itu  adalah seseorang yang akan melecehkannya. Maka dari itu, sebuah pukulan keras hampir saja akan mengenai pipi pria itu jika saja dirinya tak mempunyai reflek yang bagus.

Jungkook masih terdiam. Mengernyitkan sedikit alisnya kala merasa tak asing dengan rupa orang di depannya. Pun dengan pria itu, hanya bola matanya saja yang bergerak kekiri kekanan mencoba menerka-nerka.

"Jungkook?" Ucapnya ragu-ragu.

Puk..

Pukulan pelan sukses mendarat apik pada dahi lebar orang tak diketahui itu. Jungkook menjatuhkan bahunya kasar seraya menghembuskan nafasnya cukup panjang. "Bang jimin! Bikin kaget bego"

Yang lebih tua merasa tak terima. Tangannya tergerak, akan segera menyentil kening yang lebih muda. Namun bukan jungkook namanya kalau tak berhasil menghindar.

"Mulut lo itu ya, pengen gue kerik aja rasanya" Kesal pemuda yang telah diketahui bernama jimin itu.

"Abang! Gue lagi kesel, jadi tolong jangan buat gue jadi adek durhaka lagi" Lirihnya.

Matanya mengerjap cepat beberapa kali. Ya memang , tujuan awal jimin menarik jungkook ke tempat itu hanya semata ingin menuntaskan rasa kecurigaannya yang ternyata memang benar sesuai perkiraannya. Kalian pikir siapa yang dari pagi tadi menguntit jungkook? Itu jimin!

Sepupu kim taehyung itu menepuk pelan pipi jungkook. "Kali ini taehyung rencanain apa lagi? Ko tiba-tiba bisa jelek gini sih? Ada tompelnya juga lagi" Kekeh jimin tak kuasa menahan tawa.

Jungkook memekik tak terima"ihh abang!"

"Haha, iya-iya maaf. Jadi?" Ucapnya seraya menghapus jejak air mata.

"Si hitam lo bang, disita sama bes pren porepermu itu" Adunya.

"Kenapa bisa?"

"Panjang kalau diceritain. Intinya ya gini, jungkook harus jadi cupu dulu demi tuntasin persyaratan biar si hitam balik"

"Kalo udah kaya gini kan jungkook jadi dibuat overthinking terus bang. Apa jangan-jangan jungkook itu adek bang jimin yang tertukar?" Lanjutnya. Jimin jadi tepuk jidat geleng-geleng kepala kan dibuatnya.

"Maunya abang sih beneran gitu. Tapi engga, lo itu beneran adeknya taehyung. Orang abang sendiri yang dulu nyaksiin lo dibrojolin sama tante jisoo kok. Biarpun waktu itu gue masih cadel, tapi abang masi inget betul kamu oek-oek di gendongan beliau" Jungkook angguk-angguk walaupun keliatan ga ada semangat-semangatnya.

"Gausah sad, lo kan emang beneran adek gue. Bunda sama ayah juga udah anggep lo kaya anaknya sendiri kok. Gue juga jadi suka bingung sendiri dibuatnya, sebenernya anak mereka lo atau gue sih? hahaha" Kekeh jimin.

"Tapi maklumin aja sih, lo tau bunda udah ga bisa hamil lagi kan? " Lanjut jimin.

Jungkook berdecak "loh kenapa jadi menggalau gini sih? Bentar lagi bel kayanya mau bunyi, mending gue ke kantin" Ucapnya.

"Lahh woii? Gue ditinggalin?" Teriak jimin, walaupun jungkook baru saja akan mulai melangkah dari tempatnya. Drama sekali batinnya.

"Kalo ikut sini! Tapi jaga jarak, biar ga dicurigain. Kalo sampe rencana taehyung gagal dan gue ga dapet hitam balik, berarti ini semua salah elu bang!"

"L-lah k-kok?" Jimin tunjuk dirinya gagap. Dan juga ikut lari susul jungkook.

•••

"Jim lo denger gue ngomong kaga sih?" Pekik taehyung bergerak ribut pada tempat duduknya.

Jimin tak menggubris, dan lebih memilih fokus terhadap makanannya walau sesekali sempat kepergok curi-curi pandang kearah jungkook yang duduk cukup berjarak dari posisinya.

"Eh jim, lo budeg ya?" Ucapnya kian meninggi.

"Gausah teriak kali, gue masih temenan sama yang punya pabrik cotton bud asal lo tau" Balasnya.

"Terus kenapa lo kacangin gue? Punya alasan ga?"

Jimin menepuk kesal pipi taehyung. "Setiap kali lu ketemu gue pasti bahasnya lonte itu mulu, males juga kali tae" Sahut jimin.

"Heh dugong! Yang lo sebut lonte itu pacar gue! " Kesal taehyung.

"Pacar? Lo cuma belum tau aja gimana  sifat aslinya kalo gaada lu tae. Saran gue aja sih, putusin sebelum nyesel!" Ucap jimin diakhiri dengan kekehan.

"Apaan sih jim? Orang sebaik dia masih lu julidin juga? Gatau aja lo gimana baiknya dia sayangnya dia ke gue"

"Ke lu doang, ke gue kagak"

"Lah kan yang jadi pacarnya gue, bukan elu"

"Ishh, susah ngomong sama orang saraf. Sono urusin aja lonte kesayangan lo itu. Gausah nangis minta puk puk ke gue kalo lo udah tau gimana sifat aslinya. Pokonya gausah curhat atau cerita apapun lagi tentang dia!"

Taehyung tutup mulutnya coba tahan tawa. Ga lama ngegeplak kepala jimin yang untungnya tak berakhir geger otak. "Kalo lo iri bilang bego"

Jimin mendengus "yaelah, engga ya bego. Gue masih punya jungkook, lo itu cuma nomor 2 di daftar saudara kesayangan gue!"

"Ih masa? Seriusan?" Goda taehyung kecentilan. Jimin yang merasa canggung sendiri memilih untuk pergi. Persetan pada taehyung yang sedang terkekeh merasa berhasil menggodanya tadi. Taehyung geleng-geleng kepala. Sungguh dirinya tak merasa kesal, malahan pemuda kim itu merasa lucu dan geli sendiri.

Namun sesaat kemudian taehyung membeku, baru sempat ingat jikalau dirinya tengah berada di kantin sedari tadi. "Sial!"


Tbc.

Mon maap kalo chap kali ini gaje parah hehe. Ga janji bakal bisa up cepet lagi soalnya jumat ini mau ujian lagi.

Hope u enjoy dan jangan lupa kasi vomment ya? See u next part💗💗

Bukan Bad Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang