Twenty three

1.8K 255 57
                                    

Plakk..

Taehyung menutup layar lepotopnya keras tak hati-hati. Rambutnya yang semula tertata rapi diacak kasar olehnya, seakan mengekspresikan suasana hatinya saat ini.

Nafasnya berhembus panjang tak ada gairah. Lubuk hatinya tengah digrogoti oleh perasaan bersalah tiada tara serta kecewa yang seakan menghujani dirinya tanpa henti. Tangannya otomatis terkepal. Matanya binal mencari sasak pelampiasaan yang sayangnya tak ditemukan oleh kedua retinanya.

Sedih seakan datang tanpa diminta. Perlahan kepalan tangannya mengendur secara tiba-tiba, dan kini telah tergantikan dengan tangis tak bersuara pada kedua lipatan tangan. Kepalanya semakin ditenggelamkan. Taehyung menjatuhkan seluruh bebannya pada kesedihan.

"Kakak minta maaf dek.." cicitnya di tengah isak.

"Gue harus apa biar bisa bikin lo balik?"

"Lo berhasil bikin gue nyesel!"

"Harus gini dulu biar bisa bikin lo sadar?" Ucap seseorang membuyarkan suasana.

Taehyung terkesiab. Kepalanya kembali ditegakan mencari sosok dari suara tak asing yang barusan dapat telinganya tangkap.

Sejak awal taehyung sudah bisa menebak, siapa sosok tak diundang yang tengah berdiri angkuh sembari menyandar diantara pintu dengan kedua tangan terlipat didada.

"Ngapain lo disini?"

Orang itu berdecih, membuang pandangan merasa muak pada taehyung.

"Sejak kapan gue perlu izin buat masuk ke kamar gue sendiri? Harusnya gue yang nanya, lo mau sampai kapan disini?"

"Gue masih butuh waktu buat renungin kesalahan gue"

Urat tangan jimin menegang setelah mendengar pernyataan taehyung. Dadanya naik turun secara cepat dan tak teratur. Kekesalannya menggerakan kakinya cepat kearah taehyung yang masih setia meringkuk pada posisinya.

"Sini lo, dengerin gue baik-baik" ucap jimin seraya mencengkram kerah leher taehyung. Taehyung tak menunjukan tanda-tanda akan memberontak sedikit pun.

"Jungkook ga butuh renungan buang-buang waktu lo itu bangsat. Yang dia butuhin sekarang ini cuma permintaan maaf lo"

Taehyung menunduk, menyamarkan aliran air matanya. "Tapi gue masih belum brani hadepin jungkook jim"

Bughh..

Tanpa aba-aba jimin tiba-tiba saja menonjok pipi taehyung. Perbuatannya berhasil meninggalkan sedikit luka jejak pada sudut bibirnya.

Taehyung mendesis, merasakan perihnya luka robek di area bibirnya. Kembali ditatapnya jimin sendu.

"Terus mau sampai kapan lu kaya gini tae?" Taehyung masih diam.

"Jungkook butuh elu. Kakaknya!" Lanjut jimin melemah.

"Tapi jim—"

"Dari dulu jungkook selalu takut jennie bakal ngecewain lo tae. Dia bilang gamau jadi perusak hubungan kakaknya makanya dari dulu dia selalu diem. Walaupun kaya gitu tapi dia tetep nyoba ngelindungin elo dan dikit demi sedikit nyoba gali informasi tentang jennie. Dan kekumpulah bom waktu yang puncaknya meledak dihari itu. Dengan lo sadar aja udah buat dia tenang sekarang ini tae. Jadi plis temuin dia, minta maaf sama dia"

"Apa dia mau maafin gue jim? Bahkan dia sampai ga mau liat muka gue"

"Dia ga bener-bener marah sama lo tae, dia cuma sedikit kesel kenapa lo bego dan baru sadar sekarang!"

"Tetep aja gue ngerasa ga pantes jim. Izinin gue ngumpulin kebranian dulu. Lo ga perlu khawatir gue pasti bakal minta maaf. Tapi ga sekarang" lirih taehyung.

Bukan Bad Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang