Twenty five

1.5K 180 20
                                    

Nafasnya berhembus naik turun tak beraturan setelah cukup jauh kakinya berlarian. Jungkook sedikit merutuk dalam hati setelah menyebabkan kehebohan kecil pada ruangan bernuansa putih berisikan beberapa ranjang-ranjang berjejer yang disekati oleh tirai.

Anak itu tersipu, pipinya bersemu merah setelah berhasil membuat semua yang ada di dalam melirik kecil kearahnya.

"Dek!" Panggil serak oleh seseorang yang tengah berbaring dari ranjang paling ujung.

Jungkook berjalan datar kearah sumber suara, menghiraukan pandangan-pandangan liar yang seolah tengah mengintimidasinya.

"Kenapa bisa sampai pingsan?" Tanyanya datar.

Yang tengah berbaring tersenyum samar meski tak membuat pucat pada bibirnya menghilang.

"Gue seneng. Gue pikir walaupun gue sekarat sekalipun lo masih tetep gamau ketemu gue. Tapi ternyata, lo berbanding terbalik dari apa yang gue pikirin"

Jungkook berdecak, kemudian berbalik menutup habis tirai agar siapa pun tak sampai mendengar perbincangan mereka. Bahkan jimin yang dari tadi memang berada disana sama sekali tak berani membuka mulutnya. Biarkan saja dua saudara itu melampiasakan segala keluh kesah serta kekesalannya disini.

"Mungkin gara-gara sakit, omongan lo jadi ngelantur ga jelas kaya gini" balas jungkook.

Taehyung menggeleng-geleng cepat "Gue tau gue salah dek. Maafin gue karena selama ini ga percaya sama lo. Padahal dari dulu lo selalu mau coba ngasih tau gue kalau jennie itu bukan cewe yang baik. Harusnya gue dengerin omongan adek gue, bukan orang luar yang ga punya hubungan apa pun sama gue"

"Gausah dibahas. Gue males denger tu cewek namanya disebut-sebut lagi"

"Lo masih marah sama gue ya? Tanya taehyung sendu menatap kearah adiknya yang malah enggan menatap kearahnya.

"Jelas! Lo pikir gue ga sakit hati saat lo terang-terangan milih jennie dihadapan semua orang dari pada gue yang jelas-jelas adek lo sendiri?" Semuanya terdiam termasuk beberapa orang yang ada diruangan itu.

Sepertinya masih bisa mendengar samar-samar obrolan menegangkan yang tengah berlangsung di ranjang urutan terakhir.

"Lo tau? Selama ini gue selalu di bully, dipermalukan, dicemooh. Tapi saat gue mau bales itu semua, lo tiba-tiba dateng! Menjadi pahlawan kesiangan yang jelas-jelas gatau dan ga ngerti apapun. Lo selalu menghakimi gue tanpa mau tau apa yang sebenernya terjadi. Disituasi itu gue ngerasa jengkel, ngerasa marah banget sama lo tae"

"Tapi akhir-akhir ini gue baru ngerti. Ternyata lo itu cuma manusia biasa yang bisa lakuin kesalahan. Dan gue yang juga sesama manusia biasa harusnya gue juga bisa saling memaafkan" lanjutnya.

"J-jadi lo mau maafin gue dek?" Tanya taehyung yang nampak menjadi sumringah.

"Ya mau gimana lagi. Lo tau gak, mama sama papa sampai pusing parah gara-gara mikirin lo yang gamau pulang?"

Cukup lama setelah taehyung memberanikan diri untuk kembali membuka suara. Anak itu hanya ingin memastikan akan ucapan terakhir yang jungkook layangkan. Apakah benar dirinya akan dimaaafkan?

"Dek, lo serius kan?" Sela taehyung. Jimin dan jungkook menoleh kearahnya.

"Menurut lo?" Tanya jungkook.

Cukup lama terdiam, taehyung tersenyum haru setelah melihat jungkook mulai berdehem sembari menganggukan kepalanya kecil. " gue janji ga bakal ngecewain lo lagi dek. Gue bakal berusaha jadi kakak yang baik. Makasih udah maafin gue"

Jungkook mengangguk-angguk. Setelah itu jimin menoel-noel lengan jungkook seperti anak kecil yang memohon agar dibelikan ice cream.

"Apasih anjing?" Bentak jungkook.

Bukan Bad Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang