DUA PULUH DUA

270 41 7
                                    

Suasana kini menjadi canggung usai Aksara mengajak Kanaya untuk menjalin hubungan. Awalnya, gadis itu pikir Aksara hanya bercanda karena pria itu memang suka membuat kelakar. Tapi, ternyata tidak.

Aksara benar-benar serius dengan ucapannya.

Tapi, Kanaya tidak langsung menjawab iya atau tidak. Dia sendiri juga masih setengah percaya kalau Aksara tiba-tiba saja mengatakan hal itu. Padahal kalau di pikir, perempuan yang antri untuk jadi pacar Aksara itu banyak banget. Ada yang cantik banget sampai biasa aja. Mulai dari yang paling populer sampai yang biasa aja. Tapi kenapa? Kenapa Aksara gak pernah kecantol sama sekali?

Oleh karena itu, Kanaya bilang butuh waktu untuk memastikan perasaannya sendiri.

Gimana ya, soalnya Kanaya juga habis putus. Jadi sisa-sisa rasa untuk Raynar itu masih ada dan Kanaya sedang berusaha untuk membuang semuanya.

Begitu puas melihat pemandangan di puncak, keduanya memutuskan untuk turun dan pergi ke tempat selanjutnya. Namun sialnya, saat di tengah jalan, keduanya terjebak hujan sehingga mereka berdua basah kuyup.

Usai hujan mulai reda, Aksara berniat mengajak Kanaya untuk membeli pakaian ganti agar tidak masuk angin di perjalanan pulang. Mumpung sudah di ciampelas. Jadi sekalian aja makan biar cacingnya gak demo karena kelaparan.

Mereka pergi ke toko pakian.

"Ya, kayaknya beli hoodie aja biar kita gak masuk angin." Kanaya mengangguk. Lalu Aksara pergi ke bagian hoodie.

Pria itu memilah sejanak dan mengambil dua hoodie yang berwarna abu-abu.

"Ini aja kali ya?" Kanaya memperhatikan sejenak hoodie tersebut.

"Gue mau warna yang lain aja--" Aksara dengan cepat menghalangi Kanaya yang ingin memilih hoodie nya sendiri.

"Ini aja, biar kita seragaman kayak ibu-ibu qosidah." Kanaya berdecih. Dia kemudian memperhatikan kembali hoodie yang di pegang oleh Aksara.

"Tapi gue sukanya warna cokelat," rengek Kanaya yang berusaha menyingkirkan tubuh Aksara namun pria itu masih berdiri kokoh menghalangi Kanaya.

"Gak usah, Ay. Ini aja, warna cokelatnya cuma satu. Kalo abu-abu sisa dua. Gue jamin, kalo lo pake ini bakal cantik ngalahin mimi peri." Kanaya sontak memukul lengan Aksara jengkel.

"Sialan lo! Bisa-bisanya nyamain gue sama gebetan lo. Yaudahlah siniin, gue udah kedinginan mau ganti baju." Kanaya merampas satu hoodie di tangan Aksara dan melenggang pergi untuk mengganti pakaiannya yang sudah basah.

"Yes! Punya baju couple sama Aya!" ucap Aksara girang. Pria itupun segera menyusul Kanaya untuk mengganti pakaiannya di ruang ganti.

Usai mengganti pakaian dan membayarnya. Aksara mengajak Kanaya untuk makan dulu sebelum pulang.

"Mau makan apa?" tanya Aksara sembari berjalan mencari tukang makanan.

"Mie ayam bakso," jawab Kanaya cepat.

"Pake duit lo, karena lo yang ngajak gue. Jadi lo yang harus tanggung jawab juga."

"Tapi lo kan gak hamil--" plak! Kanaya menjitak dahi Aksara.

"Bukan itu dodol, intinya lo harus traktir gue karena habis kehujanan tadi tiba-tiba gue laper." Aksara mengangguk patuh.

"Itu dia, ada tukang bakso di sebrang. Ayo nyeberang." Aksara dengan cepat menggandeng tangan Kanaya untuk menyeberangi jalanan. Kanaya yang sedikit terkejut hanya bisa diam tanpa berkutik apapun.

Benar. Aksara sudah banyak berubah. Dia bertranformasi menjadi pria dewasa yang siap melindungi siapapun. Bahkan Kanaya hampir pangling jika tak mengingat kalau dia adalah Aksara si cengeng.

Sampai tiba tukang bakso pun, Aksara tak kunjung melepaskan genggamannya.

"Kang, mie ayam baksonya dua. Yang satu gak pake sayur, sama minumannya es jeruk satu, es teh satu," ucap Aksara memesan. Pria itu kemudian menggiring Kanaya untuk duduk.

"Eh iya, lupa. Maaf khilaf, habis tangannya enak banget buat di pegang." Kanaya berdecih.

Tak lama kemudian, pesanan mereka tiba. Kanaya yang sudah kelaparan tak sabar ingin menyantap mie ayam baksonya yang mengunggah selera.

"Makasih, kang."

Aksara memperhatikan Kanaya sejenak, ia melihat Kanaya begitu lahap menyantap mie ayam baksonya sampai-sampai mengesampingkan rasa panas. Padahal mah, makanya gak usah buru-buru. Toh kalau masih belum kenyang, Aksara bisa pesan lagi.

"Aya. Anak cewek juga, tapi makannya udah kayak anak gajah yang baru lahir," celetuk Aksara yang membuat gadis itu tersedak makanannya.

Dengan cepat Aksara menyodorkannya jus jeruk.

"Eh, ini gulanya gak larut. Masa masih ngumpul di bawah, cobain deh." Kanaya memberikan jus jeruknya pada Aksara untuk di cicipi.

Aksara diam sejenak, dia memperhatikan sedotan bekas Kanaya.

Katanya, kalo satu sedotan itu, secara gak langsung udah ciuman ya?

"Gue es teh lo aja deh." Kanaya merampas es teh milik Aksara dan meneguknya.

"Woi, Sa! Malah bengong. Cobain es jeruknya, gulanya masih ngegumpal di bawah kan?" dengan cepat Aksara menyedot es jeruk tersebut untuk memastikan.

Asli ini mah, kalau gak ada Kanaya di hadapannya. Aksara sudah menjerit histeris karena mereka satu sedotan. Duh, Kanaya sadar gak sih kalau satu sedotan itu udah termasuk ciuman secara gak langsung?

Aksara aja jadi meleyot ini. Tapi di depan Kanaya, dia harus tetap stay cool.

"Iya, iya, yaudah gue es jeruk lo aja," katanya sambil menahan senyum dan gelitik di perutnya.

🔸🔸🔸

Beberapa part isinya Aksara yang lagi bucin diem" haha, tapi sayangnya si Aya gak pekaan orangnya

Gemes + ngakak, kirain Aksara bakal malu" kucing abis ngajak anak orang pacaran, eh gataunya sempet"nya ngelawak

Udah sih ini mah, lulus sekolah langsung debut jadi pelawak bareng Sule

Jangan lupa vote dan komennya bestieee

FRIENDSH!T✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang