TIGA PULUH

290 37 2
                                    

”Akhir-akhir ini kok ayah jarang liat kamu barengan sama Aksa lagi sih? Kenapa emangnya?” tanya ayah Nizam di meja makan. Itu memang benar. Kanaya dan Aksara tengah menjaga jarak.

”Gapapa, cuma mau fokus ujian aja biar gak main mulu," bohongnya. Sebenarnya sih, Kanaya juga gak betah musuhan lama-lama. Kasihan soalnya sama Aksara yang tinggal sendiri di rumah. Kira-kira semenjak musuhan itu, Aksara makan apa ya? Makanannya enak gak? Atau harganya pas di kantong gak ya? Kasihan soalnya. Apalagi Aksara ini perutnya sensitif banget.

”Masa sih? Tapi akhir-akhir ini Aksara juga udah jarang makan di rumah. Emangnya dia bosen sama masakan mama mu?” dengan cepat Kanaya menggeleng.

”Kalian lagi berantem ya?” tebak sang ayah dan Kanaya diam.

”Kurang-kurangin marah nya. Kalian itu kan udah sama-sama besar, kalau ada masalah, coba di selesaiin baik-baik. Emangnya kamu gak kasihan sama Aksa? Dia tinggal sendiri di rumah, pasti kesepian deh.” sang ayah sedang menasehati putrinya.

Lagian ngapain juga musuhan? Harusnya mereka udah sama-sama hafal dengan karakter masing-masing karena mereka sudah berteman sejak bayi. Jangan jadikan emosi sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan masalah. Ayah Nizam tidak pernah mengajarkan Kanaya untuk mencari musuh dimana-mana. Alangkah baiknya jika mempererat hubungan saja agar suatu saat jika dia butuh bantuan, mereka dengan senang hati menolong.

”Sono samper Aksa, ajak dia buat makan malem sama kita.” Kanaya menarik napas panjang, mau gak mau ia harus pergi atau gak ayah Nizam akan semakin banyak bicara.

Setibanya di sana, Kanaya segera menekan belnya beberapa kali.

Ting nong!

Ting nong!

Ting nong!

”Aksa? Lo di rumah gak? Kalo gak ada di rumah gue pulang.” Tak ada tanggapan dari dalam.

Kanaya kembali menekan bel rumahnya.

Ting nong!

Ting nong!

Ting nong!

”Aksa? Lo ada di rumah gak? Di suruh ayah makan bareng!” teriak Kanaya dari luar. Namun hasilnya masih sama. Tidak ada respon apapun dari dalam.

Apa jangan-jangan orangnya lagi pergi ya? Kan semenjak musuhan, si Aksara itu sering banget keluar malam. Gak tau perginya kemana, tapi yang pasti kalau pulang pasti sampai tengah malam.

”Aksa?” Kanaya kini mengetuk pintunya. Dia kemudian menempel daun telinganya untuk mengecek apakah orangnya ada di dalam atau tidak.

”Aneh, sunyi banget—— eh bentar.” Kanaya terkejut ketika mendengar suara benda pecah dari dalam. Di tambah, ia mendengar suara orang yang muntah-muntah.

”Aksara?! Lo di dalem kan?!” Kanaya mengetuk pintu dengan resah. Gadis itu sempat kebingungan beberapa detik saat pintunya sulit di buka karena terkunci. Gadis itu sampai bolak-balik seperti setrikaan panas hanya untuk mendapatkan ide.

”Kalo di rusak, Aksa marah gak ya?” Kanaya tampak dilema, tapi kalau tidak segera masuk ke dalam. Takutnya Aksara kenapa-kenapa.

”Ah persetanan sama pintu, nanti minta tolong ayah aja buat benerin,” ucapnya final. Akhirnya, Kanaya mencari sebuah batu untuk menghancurkan gagang pintu.

Beberapa menit berlalu, akhirnya Kanaya berhasil. Dengan mengerahkan seluruh tenaganya, Kanaya mendobrak pintu tersebut dengan tubuhnya.

BRUAK!

FRIENDSH!T✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang