Kanaya mengembuskan napas lega saat melihat Baskara telah di tangani oleh dokter. Tadi, waktu Kanaya melihat kondisi Baskara yang penuh luka dan pucat sekali, ia benar-benar khawatir. Apalagi saat pria itu berniat untuk bunuh diri. Kanaya sampai kehabisan kata-kata.
”Nih, minum dulu biar tenang.” Kanaya mendongak saat sebuah botol minum melayang di atasnya.
”Jangan di pikirin terus, Baskara bakal baik-baik aja. Kan udah ada dokter yang nanganin,” ucapnya yang berusaha menenangkan Kanaya.
”Makasih.” Kanaya meneguk air mineral itu.
”Kayaknya lo perlu ke kamar mandi dulu deh, Ya. Basuh muka lo dulu gih, biar Baskara gue yang jaga.” Kanaya menggeleng cepat. Dia bahkan tidak mau pergi kemanapun sebelum dokter yang menangani Baskara keluar dari ruang UGD.
”Gak, gak bisa. Gue masih kepikiran Baskara. Kok bisa-bisanya anak kayak dia punya masalah seberat ini? Maksud gue, orangtuanya. Kenapa ayahnya sebrengsek itu? Gue rasanya mau ninju dia sampe babak belur.” Kanaya mendesah kasar, gadis itu memijat pelipisnya yang pening.
”Oh iya lupa, kayaknya lo belom makan ya? Mending lo makan aja dulu, biar bisa gantian jagain Baskara.” Aksara mendengus kasar, dia menyandarkan kepalanya pada dinding lalu menatap Kanaya yang tak berhenti khawatir. Bahkan gadis itu tak berhenti menggigit kukunya.
”Tenang aja, Baskara udah di tangani orang yang tepat.” Askara menyingkirkan tangan Kanaya dari mulutnya.
Aksara memperhatikan Kanaya lamat-lamat. Dia kebingungan sekali kenapa Kanaya sangat amat khawatir dengan Baskara yang statusnya hanya murid nya? Maksudnya, tidak biasanya Kanaya seperti ini. Toh, Baskara sudah di tangani oleh dokter. Jadi tidak bisakah Kanaya lebih tenang?
Kenapa Kanaya justru terlihat seperti orang yang khawatir pacarnya kenapa-kenapa? Gak mungkin kan mereka diam-diam pacaran di belakang Aksara? Ya gak boleh lah! Awas aja. Kalau sampai bener, Aksara akan buat perhitungan.
”Ya?”
”Apa?”
”Baskara penting banget buat lo?”
”Maksud lo?”
”Enggak, maksud gue. Ini pertama kalinya gue lihat lo sekhawatir ini, emang kenapa?” Kanaya terdiam.
Pasti saat ini tengah menduga yang tidak-tidak. Melihat Kanaya yang sangat khawatir membuat Aksara curiga kepadanya. Tapi, Kanaya punya alasan kenapa bersikap seperti ini.
Bukan hanya karena rasa iba. Melainkan, ia melihat sosok Aksara di masa lalu pada tubuh Baskara. Aksara yang selalu di tindas dan menangis karena teman-temannya selalu berkelakuan buruk padanya. Bahkan pria itu sampai mogok makan supaya tidak hina gendut seperti temannya.
”Manusiawi.”
Aksara menaikan sebelah alisnya. ”Yakin itu doang?”
Kanaya mendengus kasar. ”Emang kenapa sih? Lo mikir yang enggak-enggak pasti. Tenang aja sih, perhatian, bukan berati suka kan?” Aksara langsung merotasikan bola matanya. Dia menatap langit-langit sambil melipat tangannya. Semoga aja benar yang di katakan Kanaya.
”Ya, gue ngantuk.”
”Yaudah tidur, nanti gue bangunin.” Aksara kemudian menjatuhkan kepalanya pada pundak Kanaya sehingga gadis itu stagnan.
Sebenarnya sih hal ini adalah hal biasa. Hanya saja Kanaya masih tetap terkejut tiap kali Aksara melalukan suatu hal yang tak terduga.
”Ya?”
”Apa?”
”Janji ya sama gue?” Aksara mengulurkan jari kelingkingnya.
”Janji apa dulu nih?” Kanaya mengerutkan dahi sambil memperhatikan jari kelingkingnya.
”Udah, janji dulu.” Aksara menyambar jari kelingkingnya.
”Janji jangan pacaran sama cowok lain sebelum dapet izin gue.” Kanaya tertegun. Gadis itu menatap Aksara lurus.
”Loh kenapa?”
”Emang mau di sakitin lagi?” Kanaya reflek menggeleng.
”Makanya harus di seleksi dulu dan uji kelayakan sama gue. Ngerti?” bukannya menjawab, gadis itu justru terkikik geli. Si Aksara ini, masa Kanaya mau pacaran aja harus ada proses seleksi kayak pemilu DPRD.
”Ngerti gak? Malah cengengesan.” Kanaya mengangguk. Bodoamat lah mau di seleksi kek, uji coba kek, toh Kanaya juga tak berminat untuk pacaran lagi. Dia mau fokus ujian dulu biar bisa masuk kampus negeri impiannya.
”Sekarang gue mau tanya lo,” ucap Kanaya yang membenarkan posisi duduknya.
”Kenapa sampai sekarang lo gak punya pacar? Terus, kenapa sibuk banget ngurusin hidup gue? Gue kan bukan anak kecil lagi. Inget Sa, dari kita kecil, gue udah bisa jaga diri gue, malahan yang jagain lo itu gue.” Kanaya menjelaskan, perihal Aksara yang mengajaknya untuk pacaran itu, Kanaya pikir dia hanya bercanda. Lagian Aksara kan emang lawak, jadi gak heran sih. Mungkin waktu itu lagi latihan diam-diam buat nembak perempuan cuma dia emang gak bilang aja.
Untuk beberapa waktu, Aksara terdiam. Pria itu mengalih pandangannya menatap langit-langit. Kalau gak karena gengsi untuk ngulang dua kali, sudah pasti Aksara lakukan.
Akhirnya, Aksara cuma bisa ngedumel di dalam hatinya.
Dasar bego! Kenapa gak peka-peka sih? Kalo gue ngajak pacaran tandanya gue serius, ini cewek emang rada sangklak, di kodeinnya mesti di bawa ke tengah laut aja deh, habis itu ancem bakal di ceburin dan di makan hiu. Pasti dia langsung jawab, apalagi si Aya ini takut hiu
”Weh, malah bengong. Lagi mikirin beban hidup apa gimana?” Kanaya menyenggol lengan Aksara sehingga lamunan pria itu buyar.
”Dasar bego! Makanya peka, dodol!” Aksara langsung membelakangi Kanaya dan pura-pura memejamkan mata.
Kanaya tercengan mendengarnya, ini Aksara udah kayak orang lagi halangan aja. Sensitif banget.
🔸🔸🔸
Hola bestie, seperti kata gua. Gua mau kelarin ini dulu ya, semoga kalian sabar menunggu sweet revenge update haha
Yang ini gak kalah gemesin kok, jangan lupa masukin ke reading list, sama di vote komennya cuy
Baybay
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSH!T✓
FanficBerawal dari friendship terbitlah Friendshit. Begitulah hubungan Kanaya dan Aksara yang sudah berteman sejak bayi. Semuanya tidak pernah berjalan mulus sejak mereka masuk di sekolah yang sama. start: 10 Des 2021