Begitu Baskara bangun, Kanaya langsung sigap berada di sisi pria itu. Bahkan dia tak membiarkan Baskara makan sendiri di karenakan kondisinya masih belum sepenuhnya pulih.
”Aya? Aksa? Kalian pulang aja, biar ayah yang gantian jaga di Baskara.” datanglah ayah Nizam ke dalam ruangan.
”Kalian juga belum makan kan? Sana pulang, mama masak banyak. Aksa juga ya, kan mama mu gak di rumah.” Aksa hanya mengangguk namun tidak dengan Baskara.
”Emangnya, Aya gak bisa di sini aja? Takut Baskara macem-macem lagi.” Kanaya menatap resah Baskara.
”Tenang aja, Ya. Gue gak bakal aneh-aneh lagi,” ucap Baskara sambil tersenyum tipis.
”Lagian besok kalian kan sekolah, apalagi udah kelas 12. Pokoknya gak ada izin-izinan ya, udah, masalah baskara biar ayah aja.” Kanaya mengangguk lesu. Akhirnya gadis itu beranjak dari bangku.
Sebelum pergi, Aksara menatap Baskara lekat-lekat. Sebenarnya sih, Kanaya masih ingin lebih lama di sini, dia ingin menjadi teman cerita Baksara setelah apa yang menimpanya. Pasti berat. Terlebih lagi tidak ada seorangpun di sisinya.
”Baskara! Kalo sampe lo aneh-aneh lagi, gue bakal tinju lo sampe mampus!” ancam Kanaya sambil menunjuk Baskara.
Baskara hanya tertawa mendengarnya, pria itu langsung menggengam telunjuk Kanaya dan menurunkannya.
”Gue janji.” Kanaya tersenyum simpul.
”Yaudah, Yah. Kita pulang dulu,” pamit Kanaya yang menarik Aksara.
Selama di perjalanan, keduanya lebih banyak diam. Tampaknya mereka sama-sama lelah terlebih lagi Kanaya. Bahkan tampilan gadis itu sudah sangat kucel, pakaiannya ada beberapa noda darah, begitupun tubuhnya.
”Ya, mau mampir beli sesuatu?”
”Ha? Beli sepatu?”
”Beli sesuatu, anjir. Budeg amat sih,” teriak Aksara agar Kanaya dengar.
”Oh beli sesuatu ... Enggak deh, kan mama udah masak. Langsung pulang aja, gue mau mandi cepet-cepet.” Aksara mengangguk, pria itu sedikit melajukan motornya.
”Kira-kira besok mau ke rumah sakit lagi?”
”Iya, sampai Baskara keluar.”
Aksara mendengus kasar. ”Tapi kan besok katanya lo mau nganterin gue beli sepatu, lo lupa?”
”Ha?”
”Nganterin beli sepatu, dodol!” teriak Aksara lagi.
”Oh iya ya, yaudahlah beli sepatu bisa nanti. Kan sepatu lo mangapnya belom gede banget kan? Nanti biar gue akalin sementara.” Aksara cemberut mendengarnya. Semua ini karena Baskara. Pria itu telah merenggut waktu-waktu berharga nya dengan Kanaya. Meskipun sejak awal Aksara berusaha menerimanya, tapi tetap saja. Aksara merasa Kanaya terlalu berlebihan. Toh ada om Nizam, dan juga ada beberapa perawat yang sudah jelas akan merawat Baskara. Emangnya Baskara ini siapa sih? Sampai Kanaya rela meluangkan waktunya untuk di sana? Bikin bete aja. Ini jangan-jangan si Baskara villain hubungan gue sama Aya deh ...
”Tapi kan besok ada ayah lo yang jagain, ada perawat juga. Lagian Baskara bukan bocah SD yang harus di temenin setiap waktu,” protes Aksara. Dia mengeluarkan unek-unek nya di hadapan Kanaya. Biarlah Kanaya dengar.
”Duh, Aksa. Lo tau kan si Baskara itu belom stabil? Gue takut dia macem-macem lagi. Sampai dia boleh pulang, gue bakal jagain dia di rumah sakit.” Aksara berdecih.
”Lo suka ya sama Baskara?”
”Ha? Apa?”
”LO SUKA YA SAMA BASKARA?” ucapnya penuh penekanan.
”Ih dodol lo, siapa yang suka sama Baskara anjir? Semuanya gue lakuin karena perasaan iba gue. Lagian Baskara itu baru di tinggal ibunya, pasti mentalnya lagi gak baik-baik aja.” Kanaya menjelaskan agar Aksara tidak salah paham. Emang apa salahnya sih? Toh Baskara juga baik selama ini sama Kanaya. Jadi apa salahnya menolongnya?
Tapi daritadi si Aksara ini kayak orang sensitif deh setiap kali ngomongin Baskara. Kalau di lihat-lihat sih, udah kayak cowok yang lagi cemburu pacarnya menyimpan perhatian dengan pria lain.
Kanaya saja sampai kebingungan sebenarnya. Padahal Kanaya sudah menegaskan berapa kali kalau dia tidak ada perasaan apapun terhadap Baskara, cuma Aksara ini malah kayak misuh-misuh terus.
”Sa, lo ini sensitif banget sama Baskara. Kenapa sih? Dia kan temen kita.”
”Temen lo.”
”Gue kan udah bilang, gue kasihan. Bukannya suka sama dia, emangnya lo gak bisa bedain rasa kasihan sama rasa suka?”
”Gak,” jawab Aksara ketus. Apanya yang kasihan? Orang khawatirnya Kanaya itu seperti perempuan yang khawatir pacarnya kenapa-kenapa. Padahal kalau di pikir, Baskara sudah baik-baik saja. Dia juga sudah besar. Harusnya gak usah manja lah sama Kanaya. Mana pakai acara di suapin segala. Aksara aja seumur-umur belum pernah tuh di supain sama Kanaya. Ya, gak adil aja gitu loh.
”Kanaya lo tuh peka gak sih?” Kanaya diam, gadis itu tak merespon sama sekali.
”Aya?” Kanaya masih tetap diam.
Aksara mengerutkan dahi, ini anaknya kok tiba-tiba diam? Jangan-jangan jatuh lagi.
”Kanaya?” tetap tak di gubris. Akhirnya Aksara menepikan motornya. Pria itu langsung menoleh ke belakang dan mendapatinya tertidur di punggungnya.
Aksara menghela napas kasar. ”Dasar bego! Gue emang cemburu, anjir!”
🔸🔸🔸
Jeng jeng jeng
Aksara terang-terangan mulai bucin sama Aya, mana cemburu segala kayak si dilan lagi haha
Jangan lupa vote dan komennya bestieeee
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSH!T✓
Hayran KurguBerawal dari friendship terbitlah Friendshit. Begitulah hubungan Kanaya dan Aksara yang sudah berteman sejak bayi. Semuanya tidak pernah berjalan mulus sejak mereka masuk di sekolah yang sama. start: 10 Des 2021