TIGAS BELAS

401 61 1
                                    

Seperti kata ayah Nizam,untuk seterusnya sampai Kanaya lulus, ia akan berangkat dengan Aksara setiap hari.

Sebenarnya Kanaya malas boncengan dengan Aksara. Bukannya apa-apa, tapi Kanaya masih belum siap mati muda karena di bonceng pembalap Sentul.

Aksara itu kalau naik motor udah kayak orang kesetanan, suka gak mikir sama yang di bonceng. Waktu Kanaya pertama kali di bonceng aja, kepala Kanaya pusing tujuh keliling dan perutnya mual.

Tapi, apa boleh buat? Ayah Nizam itu, kalau perintahnya di tolak, yang ada malah baku hantam sama Kanaya. Gak dulu deh. Skill ayahnya jauh lebih tinggi, Kanaya mah hanya butiran debu kalau bersanding dengan ayahhya. Wong, ayahnya bolak-balik menang kejuaraan. Makanya begitu pensiun dia mendirikan tempat latihan tinju untuk melanjutkan jejaknya di kejuaraan tinju.

”Eh, Sa. Kalo gue yang nyetir gimana?” Aksara membulatkan mata.

”Ini motor kopling, lo bisa emang?”

"Bisa!”

”Seriusan?”

”Iya, kalo gitu gue yang bawa ya?” Aksara menurut, pria itu segera turun dari motornya untuk bertukar posisi dengan Kanaya.

Well, meskipun Kanaya tidak yakin bisa mengendarai atau tidak, tapi coba saja dulu kan? Kata teman sih, rasanya sama saja seperti naik motor gigi. Jadi gas aja lah. Daripada mabok di jalan lagi gara-gara di bonceng Aksara.

Toh kalau jatuh, nanti jatuhnya bersama. Gak terbang juga.

”Awas ya, kalo jatoh. Gue hajar lo, Ya.” Aksara memperingati Kanaya dan gadis itu mengangguk-angguk.

Menarik napas panjang, Kanaya akhirnya menyalakan mesin motornya.

”Gak usah ngebut-ngebut kalo belom lancar, pelan-pelan aja——” BRUM! Motor yang di di kendarai Kanaya terbang hingga menabrak pagar rumah tetangga.

Prang!

”Aduh!” Kanaya meringis kesakitan tatkala kakinya tertimpa badan motor sementara tubuh Aksara terjatuh di belakang.

”A-aya? Lo gapapa?” tanya Aksara yang mengumpulkan kesadaran. Untung kepalanya pakai helm, coba kalau tidak. Bisa geger otak dia.

Beruntungnya Aksara mengalami luka ringan, kaki dan tangannya berdarah akibat tergesek aspal. Sementara Kanaya yang mengalami luka cukup parah.

”Aksa! Gece tolongin gue. Kaki gue sakit banget!" Keluh Kanaya yang berusaha mengangkat motornya namun ia kehilangan tenaganya. Kakinya terasa lemas akibat tertimpa motor berat itu.

”Dasar bloon, kalo gak bisa naik moge gak usah belagu bawa segala. Untung kita kecelakaannya di perumahan, coba kalo jalan raya, udah ilang——”

”Bacot lo! Cepet angkat. Kaki gue mati rasa.” 

Dengan sisa kekuatannya, Aksara coba untuk mengangkat motor tersebut seorang diri.

”ASTAGA, AYA?! AKSA?!” Teriak ayah Nizam yang segera lari menghampiri mereka berdua. Niat ingin berangkat ke tempat latihan, namun malah menemukan dua bocah SMA yang kecelakaan.

”Ayah ... Kaki Aya sakit yah ... Gak bisa di gerakin. Gimana ini?” tangisan gadis itu pecah saat melihat ayahnya, padahal Kanaya berusaha menahan air matanya agar tidak di lihat oleh Aksara. Tapi apa boleh buat? Sudah terlanjur, jadi lanjutkan saja lah. Daripada sayang.

”Kita ke rumah sakit.”

🔸🔸🔸



Dokter bilang pergelangan kaki Kanaya retak, untuk itu kakinya harus di gips untuk mengembalikannya ke semula. Jadi, untuk sementara waktu ini, Kanaya terpaksa menggunakan tongkat untuk menopang jalannya agar seimbang.

Sementara Aksara, luka pria itu tidak parah. Dan sudah di tangani oleh suster. Paling beberapa hari langsung sembuh kalau tidak sering terkena air.

Friendshit! Gue udah kasih kepercayaan lo bonceng gue, malah berkahir naas kayak gini. Untung kaki gue gak kenapa-kenapa.” Kanaya menundukkan kepalanya.

Semua karena ulahnya. Niat ingin menyetir sendiri agar tidak mabuk perjalanan, malah berkahir kaki di gips dan tidak bisa bergerak dengan leluasa.

”Ya, lagian lo kalo naik motor serem sih. Gue sampe mual. Emangnya yang lo bonceng setan apa?! Lo juga salah, coba kalo naik motornya gak ngebut-ngebut, pasti gue gak akan minta bawa motor sendiri.” Kanaya merasa tak terima kalau semua ini pure kesalahannya. Aksara juga salah kok. Coba kalau dia bisa naik motor lebih pelan, kan gak akan berkahir Kanaya bawa motor sendiri.

”Lo kan bisa bilang.”

”Lo sendiri bilang kalo naik motor selalu kayak setan, gak ada pengecualian naik motor pelan. Terus kalo udah kayak gitu, gue mau bilang ke siapa? Mendiang kakek lo?” Kanaya naik pitam.

”Kenapa sih cewek gak mau di salahkan? Padahal buktinya jelas, kalo lo yang buat kita bahaya.”

”Semua juga gara-gara lo!”

”Apa-apa gue. Cewek juga bisa salah bego. Gak melulu cowok yang salah. Udah salah gak mau minta maaf lagi.”

Kanaya menarik napas. Oke. Kecelakaan ini memang sepenuhnya salah Kanaya walau Kanaya masih tak rela kalau Aksara tidak mau di salahkan. Karena penyebab Kanaya nekat mengendarai motornya adalah Aksara. Jadi pria itu juga salah.

”Kenapa sih, udah salah malah nyolot? Lo ngajak gue berantem, Ay?”

”Kenapa sih banyak omong? Pusing gue dengernya. Sono pulang! Gue pengen santet lo.”

”Harusnya gue yang santet lo, Lo hampir bunuh gue tadi.”

”Siapa yang mau bunuh lo sih?! Lo gak mati kan? Lo masih napas kan? Lagian luka lo gak separah luka gue. Jadi gak usah lebay.”

Aksara mengepalkan tangannya, pria itu berusaha untuk menahan emosinya begitupun dengan Kanaya yang juga kesal.

Intinya Meraka berdua sama-sama kesal dengan menyerang satu sama lain.

”Dasar cewek reog.”

”Apa Lo bilang!?”

”Lo cewek ternyebelin yang pengen gue cemplungin ke lubang gunung merapi.”

”APA?!”

”Dasar Friendshit! Fuck u!” detik selanjutnya Aksara pergi meninggalkan Kanaya di ruangan. Pria itu tidak ingin meluapkan emosinya dengan melontarkan kata kasar lebih banyak.

”AKSARA BANGSAT!”









🔸🔸🔸






Cuy, gua nongol lagi nich haha

Untuk yang nunggu sweet revenge harap sabar karena otaknya lagi ga buntu gegara tugas, btw untuk story ini gua udah ada beberapa cadangan part jadi tinggal upload gitu. Gak kayak sweet revenge, kudu mikir dulu

Jangan lupa vote dan komennya pren, biar rame.

Follow akun gua juga dong sugartea__

FRIENDSH!T✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang