TIGA PULUH SATU

278 36 2
                                    

Aksara galau. Karena penuturan Kanaya barusan, membuat tidurnya gelisah. Padahal Aksara sudah memabayangkan kehidupan yang indah begitu ia berhasil mendapatkan Kanaya, namun semua harapannya sirna akibat kedatangan Baskara.

Kacau! Semuanya kacau. Gara-gara si oncom itu. Sekarang hatinya Aya amburadul kan

Andai saat itu Aksara yang ambil alih pelatihan Baskara, pasti tidak akan terjadi cinta segitiga bermuda seperti saat ini.

Lihat aja, kalau sampai Baskara simpan perasaan khusus untuk Kanaya, Aksara gak akan tinggal diam. Dia bakal bertindak bahkan kalau perlu join sama Mbah dukun biar Baskara gak berani macam-macam.

Karena tidak bisa tidur, Aksara memutuskan untuk pergi diam-diam keluar dari rumah sakit. Daripada di paksa rebahan di atas kasur kayak ulet teh pucuk, mending Aksara keluar cari angin.

Mendadak mulutnya jadi asam. Udah lama juga Aksara gak ngerokok karena kepergok Kanaya. Jadinya setiap mau merokok atau Vape, Aksara harus diam-diam.

Setelah berhasil keluar tanpa ketahuan perawat, Aksara pergi mencari sebuah minimarket untuk membeli rokok sekalian cari cara untuk rebut kembali hati Kanaya yang di gondol sama Baskara. Emang cowok kurang ajar. Bisa-bisanya jadi orang ketiga di hubungan mereka. Mana si Kanaya nya lebih mihak ke Baskara lagi. Kan hati Aksara jadi cenat-cenut. Gara-gara Kanaya juga, kepala Aksara gak berhenti mikir keras untuk mendapatkan ide brilian.

Saat Aksara ingin masuk, tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang menarik atensinya sampai ia tak menoleh kemanapun.

Kalian pasti tahulah dia siapa.

”Makasih, Mba.” Gadis itu segera berjalan keluar usai membayar.

Namun matanya langsung teralihkan tatkala ia melihat jalan gadis tersebut pincang. Lututnya berdarah dan sikutnya lecet.

Aksara hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Emang biangnya jatuh.

”Kali ini jatuhnya kenapa? Lo naik motornya sambil kayang?” celetuk Aksara yang membantu gadis itu untuk duduk.

”Bukan, gara-gara kucing item kurang ajar. Masa tiba-tiba lari ke tengah jalan, kan gue jadinya ngerem mendadak sampai banting stir biar gak kelindes tuh kucing,” jelasnya yang menahan rasa perih.

”Emamgnya lo mau kemana?”

”Nyamperin lo lah, dodol. Besok lo kan pulang.”

”Lah, kan ada om Nizam.”

”Ayah sama mama gak bisa jemput, saudara jauhnya ada yang meninggal karena serangan jantung. Jadinya mereka langsung berangkat ke Sukabumi.”

Aksara menarik napas panjang, pria itu kemudian meletakkan kaki Kanaya yang luka ke atas pahanya.

”Padahal gue gapapa pulang sendiri. Gue kan anak laki-laki, beda cerita kalo lo yang di rumah sakit.” Gadis itu mengerutkan dahinya lalu dia reflek menggebrak meja saat Aksara sengaja menekan lukanya.

”Brengsek lo ya, main teken-teken aja. Gue jambak, nangis lo!” kecam Kanaya yang membuat Aksara cekikikan.

”Oh ya, lo sendiri ngapain keluar? Infus lo mana? Lo kabur ya?” Aksara melirik sejenak.

”Mulut gue asem. Mau ngerokok, makanya pergi diem-diem dari kamar.” Aksara segera menurunkan kaki Kanaya usai di obati.

”Emangnya cowok itu gak bisa hidup tanpa rokok ya?”

”Bisa, tapi kalo gue harus ada jaminannya.”

Kanaya mengerutkan dahinya, gadis itu menatap Aksara lurus. "Apa?”

”Perasaan lo.”

Kanaya melengoskan napas kasar. Ha? Gimana maksudnya? Perasaannya?

”Sebanyak apapun cewek di semesta ini, kalau hati gue maunya lo, gue harus apa?” Kanaya tertegun. Gadis itu meneguk salivanya kasar sambil merotasikan bola matanya. Gadis itu berusaha untuk tak menciptakan kontak mata pada Aksara.

”Ya, coba kalau Baskara gak muncul di antara kita. Pasti gue gak perlu usaha keras gini untuk ambil balik lo dari dia.” Aksara mendengus kasar. Pria itu menarik bangku Kanaya untuk lebih dekat dengannya.

”Ya, denger. Mau nantinya lo beneran jadian, gue bakal tetep nunggu lo. Lima tahun? Sepuluh tahun? Lima belas tahun? Kasih tau gue ya, gue bakal nunggu lo semampu gue. Kecuali kalau Tuhan mau ketemu gue lebih cepet, pada saat itu gue gak bisa nunggu lo lagi.” Kanaya langsung menatap Aksara lurus. Dadanya mendadak sesak saat mendengar penuturan Aksara yang terakhir.

”Emangnya kalau sodaraan aja gak mau?”

”Pacar aja gimana?”

”Gue gak mau pacaran. Buang-buang waktu, apalagi kita mau ujian. Nanti tambah stres gue.”

”Yaudah, backstreet aja gimana?” Kanaya menggeleng tegas.

”Paling bener kita temenan. Itu udah valid.”

Jleb!

Jleb!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




🔸🔸🔸




K

angen Aksa sama Aya nih

Udah lama gak up ini, akhirnya bisa up juga. Mohon maaf ya bestieee

Oiya, mohon maaf lahir dan batin jugaaaa

Semoga ini cerita bisa cepet kelar haha

Udah gemes soalnya sama si Aya, udah di kasih kode keras tapi masih aja gamau mau, udah sini Aksara buat gua aja

Jangan lupa vote dan komennya bestie

Follow: sugartea__

FRIENDSH!T✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang