Beberapa minggu berlalu, meninggalkan kejadian dimana Baksara nyaris kehilangan nyawanya akibat berniat gantung diri. Beruntungnya Kanaya berhasil menggagalkan aksi tersebut.
Selepas kejadian itu, ayah Nizam memutuskan untuk membawa Baskara tinggal di tempat latihan, sekaligus membersihkan tempat tersebut sebagai bayaran untuk tempat tinggalnya. Soalnya ayah Nizam tidak tega melihat Baskara harus kembali ke rumahnya setelah apa yang terjadi.
Kata ayah Nizam, mulai seterusnya Baskara akan di bebaskan dari biaya latihan karena bayarannya sudah di lakukan dengan bersih-bersih dan menjaga tempat latihan agar tetap aman dari maling. Emang keren sih, ayah Nizam. Panutan banget. Kanaya aja sampai terharu dengarnya.
Dan perihal ayahnya, polisi sudah membekuk pelaku dan kini tinggal menunggu untuk di proses.
Well, akhirnya Kanaya tidak perlu takut kalau Baskara macam-macam. Karena sekarang, Baskara sudah jauh lebih dekat jaraknya. Kalaupun mau bunuh diri, pasti akan ada beberapa orang yang memergokinya. Pasalnya, tempat latihan ayahnya itu tidak pernah sepi. Kadang ada yang sampai pulang larut malam karena masih ingin berlatih sendiri.
Dan selama beberapa hari itu juga, Kanaya terlalu sibuk menghabiskan waktu dengan Baskara di tempat latihan. Bahkan mereka beberapa kali kedapatan berangkat bersama tanpa sepengetahuan Aksara. Dan hal itulah yang mengundang amarah seorang Aksara.
”Sa, tadi pagi gue panggilin kok gak nyaut-nyaut? Emangnya lo BAB sambil dengerin dangdutan di kamar mandi?” tanya Kanaya yang menghampiri meja Aksara begitu ia tiba di kelas.
Aksara diam tak menggubris. Pria itu sibuk bermain game di ponselnya.
”Sa? Lo denger gue gak sih?” Kanaya menggoyangkan tubuh Aksara.
Kanaya berkaca pinggang sambil memperhatikan Aksara lekat-lekat. Ini bocah kenapa sih? Kenapa sensitif banget kayak perempuan lagi halangan.
”Sa, lo kok sensitif banget sih akhir-akhir ini? Lo marah sama gue? Emang gue salah apa? Kayaknya gue gak pernah bikin lo kesel deh, yang ada lo bikin gue kesel ——” Kanaya tercekat saat Aksara menggebrak meja.
”Berisik! lo berisik banget sih,” pekik Aksara yang membuat Kanaya mengelus dada.
”Lo kenapa sih?! Pagi-pagi udah ngegas. Kalo gue ada salah gue minta maaf, gak perlu bentak gue. Lo pikir keren kayak gitu?!” Kanaya ikut emosi. Gadis itu mengepalkan tangannya dan siap meninju wajah Aksara kapan saja jika pria itu membentaknya.
”Lo bisa gak sih, diem dan pergi aja dari hadapan gue?” rahang Kanaya mengeras.
”Kok lo jadi nyolot sih?!” Kanaya menggebrak meja karena tak kuasa menahan emosi.
Dan hal itu pun sontak membuat penghuni kelas terkejut dan langsung memperhatikan keduanya secara lekat.
Aksara mengepalkan tangannya, karena dia juga emosi, akhirnya dia tak mampu menahan emosinya lebih lama.
”LO TUH BISA DIEM GAK?!” Aksara mencengkram kerahnya.
”Untung lo cewek, coba kalo lo cowok.” Kanaya membulatkan matanya hebat, gadis itu mengepalkan tangannya kuat-kuat, napasnya sudah naik turun dan matanya seperti ingin copot karena membulat hebat.
”Dasar brengsek!” bugh! Kanaya meninju perut Aksara dengan kencang sehingga pria itu ambruk ke lantai.
Bukan hanya itu, Kanaya juga menjambak rambut Aksara sehingga pria itu meringis kesakitan.
Dan berakirlah mereka adu mekanik di dalam kelas sehingga membuat penghuni kelas ketakutan.
🔸🔸🔸
Di sinilah mereka berdua. Akhirnya Aksara dan Kanaya berkahir di ruang BK akibat ketahuan berkelahi di dalam kalas.
Dengan penampilan yang masih semerawut, keduanya mendadak perang dingin tanpa mau menatap satu sama lain. Bahkan Kanaya sengaja duduk berjauhan dengan Aksara. Dia takut emosi dan menghajar Askara seperti tadi.
”Coba jelasin ke ibu, kenapa kalian sampai berkelahi di kelas?” tanya Bu Arin yang menatap mereka satu-persatu.
”Aksaranya brengsek banget, bu.” Aksara mendelik sebentar sebelum membuang muka.
”Brengsek?”
”Iya, Bu. Tiba-tiba dia sensitif sama saya, dan bentak saja. Kaget lah saya di gituin, yaudah deh. Karena saya emosi, saya ajak berantem aja. Niatnya mau saja jambakin terus rambutnya biar botak.” Bu Arin menggeleng kepala. Dia menatap wajah Aksara yang memiliki lebih banyak luka lebam daripada Kanaya. Bahkan hidungnya sampai di sumpal tisu karena mimisan.
”Aksara, sekarang ibu tanya kamu. Kenapa kamu bentak-bentak Kanaya?”
”Gak ada yang bentak, dia nya aja baperan.”
Kanaya langsung menatap Aksara lekat. ”Baperan kata lo?!” Kanaya kembali mendidih.
”Sudah, sudah. Aksara, kamu minta maaf sama Kanaya, dan Kanaya minta maaf sama Aksara,” intruksi Bu Arin.
”Ogah.” keduanya serentak menjawab.
”Minta maaf atau ibu kasih hukuman biar jera?” keduanya melengoskan napas kasar.
Baiklah, tak ada pilihan selain minta maaf. Demi menghindari hukuman, keduanya rela bermaaf-maafan untuk menyudahi sidang di ruang BK. Lagian, kenapa sih harus kepergok segala? Niatnya kan kalau gak ketahuan Kanaya mau hajar Aksara sampai puas karena beberapa hari ini dia sensitif dan sering bentak Kanaya.
”Sorry.” Aksara beranjak dari sofa dan pergi meninggalkan Kanaya lebih dulu.
”Tuh kan, ibu lihat sendiri kan? Anaknya emang brengsek banget. Udahlah Bu, terimakasih atas ruangan ber-AC nya. Sekarang kepala saya jadi dingin.” Kanaya beranjak dari sofa dan ikut pergi meninggalkan ruang BK.
🔸🔸🔸
Akhirnya baru update. Niatnya mau kemaren" tapi mager banget semenjak puasa haha
Ini dua bocah bolak-balik ribut mulu mentang" jago berantem haha
Jangan lupa vote dan komennya bestieee, udah mau sampe ujung nih, ayookk
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSH!T✓
FanfictionBerawal dari friendship terbitlah Friendshit. Begitulah hubungan Kanaya dan Aksara yang sudah berteman sejak bayi. Semuanya tidak pernah berjalan mulus sejak mereka masuk di sekolah yang sama. start: 10 Des 2021