Keraguan Part 3

110 17 0
                                    

Dengan nafas terengah-engah aku menahan semua serangan. Ketiga bilah pedang silih berganti memukuli perisai besi ditanganku tanpa rasa ampun.

Ini diluar perkiraan kami. Aku tidak menyangka akan berhadapan langsung dengan kelimanya sekaligus, para siswa terkuat dari regu-regu yang tidak menyukai kami. Dian (4), Morian (7), Nadil (9), Davin (10), dan Arkan(14), mereka semua adalah pengguna pedang, dan kelimanya ada di 14 besar peringkat sekolah kesatria. Ini lebih pantas disebut keroyokan, menggunakan 5 tipe pedang dalam satu pertandingan.

30 menit sudah kami bertahan di Area pinggiran perkotaan, jauh dari Area danau, tempat bendera regu musuh berada.

Pada menit ini aku dan Hansamu bahkan terlalu lelah untuk menyadari bahwa Selvia -pengguna pisau- telah terjatuh jauh di depan, Hansamu terlalu sibuk me-support-ku sampai-sampai terlambat menyadari Selvia sudah kalah jumlah saat menghadapi Dian dan Nadil.

"Selvia!"

Posisiku terlalu jauh untuk menolongnya. Keduanya langsung melangkah mendekat kearahku, bahkan tanpa memperdulikan Bendera milik Selvia yang sudah tidak dapat berdiri, Nadil dan Dian terus maju melangkahi badan Selvia dan melanjutkan langkahnya. Kini kelima mata pedang itu mengarah kepada kami berdua yang hanya dapat bertahan.

Kelimanya telah berkumpul dan bergerak maju hingga sampai tepat didepanku. Mereka mencoba mengerumuniku untuk bersama-sama menjatuhkan-ku.

Dengan kuda-kuda bertahan, selangkah demi langkah aku mundur perlahan sambil sesekali maju dan mengibaskan pedang, mencoba menghindari perangkap mereka sambil memperlambat gerak dari lima orang di depanku.

Hansamu yang ada dekat di belakangku tidak dapat berbuat banyak, meski telah mencoba dari beberapa titik, tidak ada satupun tembakannya yang mengenai sasaran, anak panahnya sulit mengincar bendera yang ada di belakang badan mereka karena mereka saling melindungi satu sama lain.

Aku juga merasa ada keraguan dari Hansamu karena badanku yang menutupi sasaran. Dia bisa saja menembak jatuh benderaku yang juga ada dibelakang.

"Hansamu cari tempat tinggi di belakang!" Aku berteriak kearah belakang.

Mendengarku, Hansamu berhenti menembakkan anak panahnya, dia berbalik berlari menjauh dengan membelakangiku. Dia tidak memiliki memiliki waktu banyak. Aku tidak dapat menahan kelimanya yang perlahan mulai saling merenggang dan menekanku mundur jauh lebih cepat setelah menyadari Hansamu berlari mundur kebelakang.

Hansamu sudah mundur cukup jauh, sampai di area padat perumahan, ia melihat ke sudut kanan dan kiri dengan cepat mencari sesuatu, tak lama bagi Hansamu untuk menemukan apa yang ia cari dan masuk ke dalam salah satu dari banyak rumah di sekitarnya. Dengan cepat Hansamu naik menuju puncak dari rumah tersebut.

Sebuah rumah dengan kondisi setengah hancur, atapnya menganga terbuka karena rangka kayu yang roboh dengan genting-genting sudah berjatuhan. Dari sana Hansamu mencari posisi sesaat sebelum menarik tali busur, membidik dengan cepat dan menembakkan satu anak panah di depan kakiku dan diantara kaki kaki lawan.

Kelimanya terkesiap, melihat anak panah yang mulai berjatuhan dengan lebih terarah dari Hansamu yang sudah menemukan tempat strategis. Namun dari anak panah tersebut, tak lama bagi mereka untuk mengetahui posisi Hansamu. Kelimanya mencoba saling menyebar dan mulai berlari, aku berhasil menghadang tiga diantaranya, memprovokasi mereka dengan melebarkan tanganku dan menyayung mereka, "Lihat kemana kalian?"

Kedua orang lainnya terlepas, Dian dan Davin terus berlari kearah sumber anak panah yang terus menerus dilontarkan Hansamu.

Morian, Nadil, dan Arkan. Terlihat terlihat kesal mendengar perkataanku sebelumnya.

Eris Project: The Lost MemoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang