8 tahun setelah peristiwa BigBang....Angin bertiup kencang dibulan November, yang menandakan awal dari musim hujan.
Dengan berseragam siswa SMA dan seraya menggendong tas, aku berjalan di atas aspal yang dulunya merupakan tempat mesin beroda yang saling melaju.
Di saat aku sedang fokus untuk melompati sebuah genangan, terdengar suara panggilan yang tidak asing ditelingaku, seorang laki laki berlari sambil meneriakan namaku.
Dengan terengah-engah dia akhirnya dapat menyusulku.
"Pagi Eris, berangkat pagi seperti bisa ya."
Hansamu menyejajarkan langkahnya denganku, dia adalah teman masa kecil yang seumuran denganku.
Hansamu Yamato, seorang laki-laki berwajah asia timurnya dengan rambut hitam berpotongan sedang, dia orang indonesia campuran jepang, seorang blasteran.
Aku melompat melewati genangan tadi.
"Pagi Hans-chan."
Aku menjawab sambil meneruskan langkah.
"Ayolah...." Hansamu menambahkan, "Berhenti memanggilku seperti ayahku memanggilku."
"Tapi itu imut."
"Itu tidak imut! lagi pula sekarang itu tidak penting, apa kau lupa jika...."
Dia berhenti bicara, tak menyelesaikan perkataannya.
Aku sadar jika ekspresi diwajahnya sedang mengisyaratkan bahwa dirinya mengkhawatirkan sesuatu, aku hanya diam dan tidak mepedulikannya.
"Hmmm," dia bergumam.
aku paham jika dia mencoba untuk menarik perhatianku. namun aku tidak tertarik dengan apa yang akan dia sampaikan.
"Hmmmm!!" dia bergumam dengan keras. dengan ekspresi yang semakin mengesalkan.
Aku menyerah Hansamu.
"Jika kau khawatir soal pertandingan itu maka hentikanlah, kau selalu berpikir yang tidak-tidak."
Hansamu menundukkan kepalanya, dan bergumam kecil seperti, "Bukannya begitu."
Dia mulai mengengam tangannya dengan cukup kuat.
"Kita berdua memegang rekor tidak pernah terkalahkan selama beberapa tahun di sekolah. Tidak terkalahkan."
Hansamu mulai meperlambat langkahnya lalu kemudian berhenti.
"Jika kita tidak dapat mengikuti pertandingan itu, bayangkan hinaan yang akan kita dapatkan. Bagaimana jika-"
Akhirnya Dia sadar jika sudah tertinggal cukup jauh dariku.
Langkah kami kembali sejajar.
Masih terlihat sebuah ekspresi wajah yang mencampurkan antara tidak percaya diri, kebingungan, ketakutan yang menjadai satu di wajah orang yang tepat disamping kananku ini.
"Kembalilah ke sifat aslimu yang selalu bahagia dan tertawa lepas, aku lebih menyukai kau yang seperti itu, kau tidak cocok memiliki wajah seperti itu," aku mengatakannya sambil memperagakan senyum khas Hansamu.
Sebuah senyuman melebar di wajah hansamu.
"Hahahaha."
Dia tertawa dengan keras, cukup keras sampai beberapa orang di sekitar melihat ke arah kami.
"Bisa saja kau, kurasa aku memang tidak cocok memiliki wajah dingin sepertimu."
Wajahnya langsung berubah 180 derajat, seolah dia dapat melupakan hal yang dia khawatirkan dengan sekejap mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eris Project: The Lost Memory
Science FictionPada pertengahan agustus ledakan berskala besar muncul di daratan eropa. Akibat ledakan tersebut puluhan negara hancur, populasi manusia turun tajam. Dunia dilanda kekacauan, kerusuhan, dan kepanikan. Delapan tahun setelahnya dunia kembali stabil...