5.erlangga

5 0 0
                                    

Nanda turun dari atas motor candra, dia berhenti di depan satpam komplek "makasih udah mau anterin aku, maaf juga udah ngerepotin" ucapnya sambil tersenyum manis.

Baru kali ini dia melihat Nanda tersenyum begitu manis biasanya selalu cuek "demi bunda gua lakuin apapun" jawab candra.

"Yaudah aku duluan yah" pamit Nanda. Tapi tangannya malah di tahan oleh candra. "Kenapa?" tanya Nanda heran.

"Gua mau mastiin sesuatu" jawab candra menatap Nanda penuh selidik, "siapa lu sebenarnya? "

"Aku? Nanda" jawab Nanda polos.

"Bukan itu, gua tau lu Nanda. Tapi identitas asli lu, gua tau lu bukan Nanda. " ujar candra tentu membuat jantung Nanda jedar jeder.

"Hah? Ngomong apa sih? " elak Nanda sedikit gugup.

"Gua yakin lu bukan Nanda" ucap candra.

"Ngaco, udah sana pulang"

Tangan candra mengusap rambut Nanda dan meninggalkan cewek itu setelah mengatakan "kita liat nanti".

Nanda bernapas lega "akhirnya pergi juga tu manusia aneh" ucapnya lalu berjalan memasuki area komplek nya. Ia harus jalan beberapa puluh meter dari gerbang komplek. Gapapa lah, daripada identitas nya harus di ketahui orang. "Nyari aman aja toh" gumam Nanda sambil berjalan santai.

Jujur ia masih kepikiran dengan sikap candra yang tiba-tiba tak dingin Nan cuek. Apalagi tadi rambutnya di elus, bikin jantung tak aman bagi Nanda.

"Ah itu orang cuman kebetulan baik aja, ya kali dia naksir sama cewek modelan kayak gue. Tapi, kalau beneran naksir gimana? Mampus gua anjir" gumam Nanda sambil memainkan kuku nya. "Tapi, tante Dhea udah nyuruh gua buat kembaliin candra kayak dulu, gua lakuin atau jangan yah? " gumamnya lagi sambil berpikir di jalan.

"Kesempatan buat ada yang bantuin gue" Nanda tersenyum miring mendengar gumaman nya sendiri. Ia jadi tak yakin kalau rencana ini akan berhasil.

****

Nadiya heran dengan Alvin yang menangis di ruang TV. Cewek itu duduk di sebelah Alvin dan mengusap punggung Alvin lembut.

"Bang Alvin kenapa? " tanya Nadiya pelan.

Terdengar isakan yang keluar dari mulut Alvin, cowok itu lantas memeluk Nanda dengan erat dan masih menangis histeris.

"Abang khawatir sama Netha, abang takut... Takut kalau Netha gak kembali, hiks... Abang gak mau kehilangan dia, " ucap Alvin di sela-sela tangisnya.

Nadiya setia menepuk-nepuk punggung Alvin pelan "bukan cuma abang yang gak mau kehilangan dia, nadiya
juga takut bang. Emang ada apa bang? Kok abang tiba-tiba nangis di sini? Ayah sama ibu rita mana? Kok sepi? " tanya nadiya setelah melerai pelukan nya.

Alvin menghapus jejak air mata nya menggunakan punggung tangan nya. "Netha di rujuk ke rumah sakit, tadi dia sempat bangun dan malah merasakan sesak, kata dokter dia koma lagi. Dan sekarang netha di rawat inap di sana" jelas Alvin menatap sendu ke arah nadiya.

"Terus sekarang siapa yang jagain dia di sana? " tanya nadiya.

"Ada ibu rita, ayah tadi pamit ke kantor dulu. " jelas Alvin.

"Bang, nadiya ganti baju dulu, kita ke sana sekarang yah. " ucap nadiya.

Alvin menggeleng "kita di larang ke sana sama ayah, kata dia kita fokus ke diri kita aja. Lagian di sana ada ibu juga kan? " tahannya.

"Hah! Ngapain kita di larang? Kita juga berhak kan ke sana, netha juga sodara aku, masa aku di larang gitu? Gila tu orang ya? " heran nadiya.

"Abang juga kesel sama ayah" balas Alvin.

The Nad J/ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang