Nadiya berjalan tergesa-gesa melewati lorong rumah sakit Wijaya milik pamannya. Saat tiba di depan ruangan netha, nadiya berbalik menatap erlangga.
"G-gue masuk sendiri? " tanya nadiya.
Erlangga mengangguk, "sana masuk".
" makasih yah lang " erlangga mengangguk. Nadiya pun masuk ke dalam ruangan itu dan erlangga kembali pergi menuju rumahnya.
"N-netha? " panggil nadiya.
Yang di panggil hanya menoleh, betapa terkejut nya ia melihat seseorang yang sangat ia rindukan.
Nadiya langsung menghampiri netha yang terbaring lemah, "lu udah sadar? Ada yang sakit?" tanya nadiya khawatir.
Netha menggeleng "udah membaik Nad, kenapa kamu ada di sini? " tanya nya heran, karena seharusnya cewek itu ada di surabaya.
"Mana mungkin gue ninggalin sodara gue yang lagi sakit" jawab Nadiya menggenggam tangan netha yang bebas dari jarum infus.
Napas netha seperti tercekat, itu membuat nadiya panik seketika. "Net? Lu gapapa? Gue panggilin dokter yah"
"Jangan Nad, aku gapapa, kok" cegah netha. "Ini cuman asma aku lagi kambuh aja, jangan khawatir yah"
"Tapi-"
"Syutt... Gak usah cemas yah, aku gapapa" akhirnya nadiya kembali duduk.
Pintu terbuka dan menampilkan ibu tiri yang masuk. "Ngapain kamu di sini? " tanya rita.
"Terserah gue dong mau ngapain juga, netha kan adek gue" balas nadiya.
"Nad, yang sopan dikit" tegur netha.
"Sopan yah net? Dia aja gak sopan, " balasnya.
"Pergi kamu dari ruangan ini, netha biar saya yang urus. Dia lebih baik dari pada kamu yang gak punya attitude " usir rita.
"Loh kenapa? Gue kan kakaknya, kenapa gue yang harus pergi? Harusnya elu yang pergi"
"NADIYA! " netha membentak kakaknya sendiri. "Kamu harusnya sopan sama ibu, dia juga baik sama aku Nad, gak seperti yang kamu bayangkan"
"Oh, jadi lu udah milih sama ibu tiri lu daripada nyari bunda? Di hasut apa lu sama dia? Gak nyangka gue" beo nadiya berdiri, saat ia akan melangkah pergi, netha menahan tangan nadiya.
"Bukan gitu Nad, tapi harusnya kamu masih punya santun sama yang lebih tua. Lagipula, bunda susah di cari, mau nyari bagaimana pun gak bakal ada yang tau di mana dia " balas netha.
"Gua yang bakal nyari dia sendiri, gua bakal buktiin ke semua orang kalo bunda bakal kembali, jangan harap lu bisa bersama bunda kalo lu lebih percaya sama ibu lo ini" nadiya menghempaskan genggaman netha lalu berjalan menghampiri rita yang berdiri.
"Selamat, lu udah ambil hati ayah gue sama adek gue, gue gak akan ke ambil sama hati lo ini" nadiya pun pergi meninggalkan ruangan itu.
"Nad, nadiya, jangan pergi Nad, " cegah netha tak di ubris oleh nadiya yang langsung keluar membanting pintu.
Rita menghampiri netha "gapapa sayang, semuanya bakal baik kok, kamu tenang aja yah, ada ibu di sini" netha mengangguk.
*******
Nadiya berjalan meninggalkan rumah sakit tersebut. Ia duduk di halte, nadiya mengacak-acak rambutnya frustasi. "Bunda, bantu aku" gumam nadiya parau.
Tiba-tiba hujan turun begitu saja, membuat malam ini begitu sejuk Nan dingin. Tapi tidak bagi nadiya. Ia berdiri dan memilih melanjutkan jalannya yang terguyur air hujan. Alhasil seluruh baju nadiya basah kuyup tapi tidak dengan ransel anti air itu, ia sudah yakin kalau tas itu tidak akan basah sampai dalam.
Nadiya berjalan tak ada arah, ia tak tau harus kemana. Mungkin akan datang di rumah erlangga atau di tempat geng nya.
Nadiya menendang krikil kecil di jalanan. "Bangsat! Gue capek. bunda, Nad capek bunda. Kapan bunda datang? Udah cukup permainannya bun. " air matanya meluruh bersamaan dengan air hujan yang mengguyur nya.
Nadiya jongkok di trotoar yang terlihat sepi, karena hujan semakin lebat. Ia bagai anak gelandangan yang tersesat arah jalan pulang.
Hujan tidak membasahi badannya lagi seperti ada yang melindunginya. Saat nadiya mendongak, ternyata benar ada yang melindungi nadiya dengan payung. Ia langsung berdiri.
"Kamu ngapain di sini sendirian nak? Ini lagi hujan loh" ujar ibu-ibu itu yang masih berusia empat puluh lima ke bawah.
Nadiya hanya menggeleng.
"Kamu lupa jalan pulang? " Lagi-lagi nadiya menggeleng "mau tante anterin? " tawar wanita itu.
"Ng-nggak tante, gak usah. Aku lagi gak mau pulang" tolak nadiya.
"Ya udah mending ikut tante ke rumah yah, kita ngobrol di sana. Kamu di sini bahaya, takutnya ada yang ganggu kamu"ajak wanita itu.
Nadiya menggeleng " nggak usah tante, aku mau di sini dulu" tolak nadiya sopan.
Wanita itu mengelus kepala nadiya lembut "di sini basah, kamu yakin nggak mau ikut pulang? "
Nadiya diam, ia tak tau harus apa. Benar kata ibu-ibu itu, di sini sepi dan bisa saja berbahaya.
"Yuk, kamu pulang ke rumah saya" ajaknya lagi.
Nadia pun mengangguk, "tapi badan aku basah semua tante".
Wanita itu memakai kan jaket yang tadi tersimpan di lengannya, " kamu pakai ini biar gak dingin, gapapa basah juga ayok" ajaknya lagi.
Kali ini Nadia mengikuti wanita itu masuk ke dalam mobil miliknya. Mobil itu langsung melaju dengan hati-hati.
"Kenapa kamu bisa sampe di sini dek? " tanya wanita itu.
"Em. Sebenarnya aku izin ke ayah mau nginep di rumah sakit sambil jagain kembaran aku yang lagi sakit. Tapi karena aku di usir sama ibu tiri aku, jadi aku pergi dari sana. Nggak tau juga mau kemana nya" jelas Nadia.
"Oh gitu, memang nya kembaran kamu sakit apa?" tanya wanita itu.
"Nggak sakit, cuman beberapa bulan lalu dia jadi bahan bullyan temen sekelas nya. Sampe pembully itu nusuk perut, jadi luka dalem tante" jawab Nadia lagi. Wanita itu cuman manggut-manggut.
*********
Hallo guys, gimana ceritanya? Seru? Atau garing? Gak nyambung yah? Hehe maaf yah guys cerita nya gak seru atau gak nyambung. Maaf juga kalo ada yang typo.
.
.
.
.
.
Janlup baca episode selanjutnya yah guys.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Nad J/A
Teen Fiction"𝘚𝘪𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘢, 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱 𝘱𝘦𝘯𝘨𝘨𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶" Nadiya harus menjadi seorang Nanda jika di sekolah barunya, ia sengaja tidak memakai nama aslinya, karena niatnya akan membalas dendam kepada gadis yang sudah membuat kemba...