Jangan lupa Follow Ig Author dan Wp Author yah.
Ig Author @widyaarrahma20_ (yg PP nya sama dg WP)"Kamu udah cerita semuanya ke Nisya le ?"
"Belum Mi, waktunya belum memungkinkan kemarin, Nisya juga belum bisa nerima Yardan"
"Tapi secepatnya kamu harus kasih tau dia, dia berhak tau, dan mereka juga butuh dia le"
"Jika hari ini Nisya sudah pulih, Yardan akan kasih tau mi, bantu Yardan mi"
"Umi bantu sebisa Umi yah le"
Tanpa keduanya sadari sedari tadi Nisya mendengar percakapan ibu dan anak itu
Prank
Ah sial
Saat ingin kemvali merebahkan badan di kasur Nisya tak sengaja menyenggol satu bingkai foto yg berada di meja dekat pintu
Sontak Yardan Dan uminya yg bernama Salamah langsung mendekati Nisya
"Nisya udah bangun nduk, Makan dulu yuk sama umi"
Nisya tak bergeming, ia terus menunduk menatap foto yg tadi ia pecahkan
Tanpa fikir panjang Umi Salamah langsung memeluk tubuh kecil Nisya, mengelusnya dengan penuh kasih sayang, sudah besar ternyata dia.
"Jangan takut yah, umi keluarga Nisya, sudah lama umi nunggu Nisya disini"
Keluarga ?
Siapa ?
Nisya melepaskan pelukan Umi Salamah dan melempar tatapan, seakan bertanya kamu siapa ?
"Duduk yuk, Umi jelasin sesuatu" ucap Umi Salamah merangkul Nisya untuk duduk di ruang tamu
"Sini deketan, Umi pengin peluk kamu"
Kini Nisya ada didalam rangkulan Umi Salamah, Kepalanya bersandar nyaman di pundak umi Salamah
Sudah lama ia tak merasakan ini, terakhir ia merasakannya saat Adytama Gugur ia tertidur di pelukan Ibu Zulaikha
Umi Salamah mengambil sebuah album dibawah Meja, lalu membukanya pelan
"Ini Nisya, Nisya umur 1 tahun" ucap Umi Salamah menunjuk satu foto dimana seorang anak kecil duduk diatas bebatuan di pantai
"Nisya bingung yah ?" Sambung Umi Salamah saat Nisya tak berkomentar apapun
Dan kalau kalian bertanya Dimana Lettu Yardan ?
Dia sudah berangkat ke Surabaya untuk menunaikan Tugasnya sebagai Prajurit mengawal RI 1
"Ini Nisya, Ini Bundanya Nisya, Bunda Fadilah, dan ini Ayahnya Nisya, Ayah Rizal, mereka sudah istirahat dengan tenang" jelas Umi Salamah menunjuk foto yg terpampang 2 orang tua yang sedang mengawasi putri mereka di pantai.
"Maksudnya apa ?" Ucap Nisya setelah sekian lama terdiam
"Nisya anak Bunda Fadilah dan Ayah Rizal bukan Anaknya Syahrul dan Fina nduk, Dan umi adalah kaka dari bunda kamu"
Umi Salamah mengubah posisi duduknya jadi menghadap Nisya, kedua tangannya memegang kedua pundak Nisya
"Ayah dan Bunda kamu wafat saat kalian liburan ke semarang, hanya kamu yang selamat saat itu, saat dirumah sakit, Syahrul dan Fina baru saja keguguran dan meminta kamu dari umi, Awalnya umi gak mau, tapi karna Pakde kamu ayahnya Yardan mengiyakan karna ada sesuatu yang gak bisa Umi sebutkan nduk" jelas Umi Salamah dengan mata berkaca kaca mengingat kejadian puluhan waktu silam saat dia kehilangan adik satu satunya itu.
"Nisya anak yatim piatu ?" Lirih gadis itu
Tanpa menjawab, Ibu dari Lettu Yardan itu langsung memeluk gadis kecil didepannya
"Tapi Nisya gak sendirian, Ada Umi, ada Abah, ada Yardan nak, Nisya sekarang disini saja yah tinggal sama Umi"
Nisya menggeleng untuk jawabannya, bagaimana bisa ia meninggalkan rumah yang sudah dibeli oleh Adytama
Apa ini jawaban mengapa ayahnya selalu membanding bandingkan dirinya dg adiknya Shafa.
Selalu memberikan ketulusan pada Shafa sementara berlaku kasar padanya.
"Kamu makan dulu yah, nanti sore kalau Abah pulang, Yardan juga sudah pulang kita ke makam Ayah dan Bunda kamu yah"
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Nisya menatap sendu kedua makam yg sudah beeselimut rumput itu, kedua makam dari orang yang sangat berjasa baginya.
Sedari mendengar cerita dari Umi Salamah tadi pagi, tak ada sepatah katapun Nisya keluarkan dia langsung izin ke kamar dan merenung didalam kamar
Gadis itu berjongkok didepan makam ayahnya. Rizal Baharudin
Tanpa ucapan, hanya isakan yang terdengar, sembari mengusap nisan berwarna hitam bertintakan emas itu Nisya tak kuasa menahan air matanya
"Keluarin Nduk, jangan di tahan, nangis aja, ada umi disini" ucap Umi Salamah mengelus pundak Nisya
Nisya mendekatkan kepalanya pada nisan Hitam didepannya, tangab kananya memeluk gundukan tanah didepannya.
"Ayah" lirih Nisya yg bahkan tak bisa terdengar orang disekitarnya
Isakan itu semakin keras hingga ia tak kuasa menahan semuanya, tumbuhnya limbung diatas makam ayahnya.
Belum cukupkah semua penderitaan ini ?
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Lettu ✔
FanfictionBukan aku menaruh harapan besar padamu, namun hingga saat ini, hanya Allah dan kamulah yg bisa membuatku nyaman mencurahkan isi hati.