Azizi.
Hari ini cuacanya lumayan mendung, gue paling suka saat ada di Cafe belakang kampus yang super sepi ini, rooftop yang kusam dan beberapa meja berisi tempat rokok di atasnya. Gue suka saat ada disini, karena sepi dan kopinya sudah pasti enak. Tapi tetap saja sepi pengunjung, gue menghisap sebatang rokok sambil menatap langit.
Sebut gue cewe nakal karena ngerokok, karena gue gak akan pernah peduli dengan omongan orang yang seperti itu. Gue selalu ngerokok di tempat yang gak banyak orang kok dan gak ganggu orang, kok gue harus malu dengan itu.
Maaf kalau gue kesannya seperti marah, karena hari ini manusia-manusia yang gue temuin mirip binatang semua.
Mana gue juga manusia.
Pintu rooftop terbuka menandakan ada pelangan lain yang datang, membuat gue harus menoleh ke belakang. Cewe itu sepertinya gak peduli dengan keberadaan gue disini, ia hanya duduk di kursi dan memasang Earphone di kupingnya.
Gue menatap Almet yang ia pake. Tanpa gue sadar, gue tersenyum tipis.
"Woi!" Panggil gue sambil menatap cewe itu, ia tetap tidak menoleh sama sekali. Gue kembali menghisap rokok gue sambil mendekat, saat gue mendekat ke dia. Ia mendonggak dan menatap gue, gak ada kata ataupun yang keluar dar mulut dia.
"Kalau di panggil sama senior tuh nyaut, ngerti sopan santun gak sih lo?" Orang yang gue ajak ngobrol langsung melepas Earphonenya sebelah, kemudian menghembuskan nafas kesal.
"Kenapa?" Tanya dia.
"Lo dari jurusan mana? kok berani gini sama senior?" Gue mematikan rokok gue dan kembali menatap Almet yang ia pake.
Ini cewe sepertinya gak sejurusan ama gue.
Tapi nyebelin banget responnya.
"Desain komunikasi visual." Jawab ia kembali dan kemudian melanjutkan. "Lo bisa gak ganggu gue? mohon banget, gue lagi mau sendiri." Ucap ia kali ini lumayan panjang buat gue menatap dia.
"Gue senior lo loh? kok lo gak sopan gini sama gue?" Tanya gue beneran kesal karena cewe ini.
"Pertama, lo bukan Kating Desain komunikasi visual. Kedua, lo ganggu gue. Ketiga, gue gak kenal sama lo. Kenapa gue harus sopan sama lo? sementara lo aja gak sopan sama gue." Ia kali ini menjawab pertanyaan gue dengan panjang.
Gue pikir ini cewe bisu, cuma tau jawab singkat doang kalau di tanya.
Gue tersenyum sambil mematikan rokok gue dan langsung duduk di depan dia. Ia kembali menatap ponselnya dan tidak peduli dengan keberadaan gue, sementara itu cewe yang di depan gue ini sangat-sangat cantik.
Shit, she's so pretty.
"Nama lo siapa?" Tanya gue kali ini buat orang yang ada di depan gue ini langsung menoleh. Ia menatap gue dan membuka Earphone yang ia pake, membuat gue kembali tersenyum.
"Ashel." Ia tersenyum tipis, saking tipisnya buat gue menatap matanya.
Mata kita bertemu, kali ini gak ada kekesalan di diri kita seperti tadi. Kita hanya saling menatap dan kembali hanyut dalam pikiran masing-masing setelah lima menit saling bertatapan.
Gue mangalihkan pandangan dan kembali kesal mengingat masalah tadi di kampus, gue yang ingin kembali menghisap rokok gue jadi berhenti kalau di rooftop ini bukan cuma gue. Tapi ada orang lain di depan gue ini, mana cakep lagi.
"Gue Azizi."
Ashel.
Mungkin emang dunia selalu gak berpihak sama gue, karena gue harus ngeliat kating ini di depan gue. Sejujurnya gue udah tau ini orang, karena dia temenan dengan Kak Flora yang sejurusan sama gue, dan tanpa sengaja malah ketemu di Cafe yang gue tau selalu sepi ini.
"Gue Azizi." Kali ini orang yang di depan gue tampak nyebelin ini memakai suara halusnya, tidak seperti di kampus tadi.
Sebelum kesini gue ngelewatin arsir anak Sastra Inggris, gue udah ngeliat dia disana lagi ngomelin angkatan gue entah kenapa dia ngomel. Gue bisa liat dia lagi nahan diri buat gak ngerokok depan gue, padahal gue tau orang perokok kalau lagi benar-benar stress.
"Kenapa? naksir lo sama gue?" Tanya Azizi dengan muka tengilnya.
Gue hampir lupa soal siapa orang di depan gue ini, dia adalah manusia yang paling banyak di bicarain sama Maba karena parasnya yang sangat cantik. Ia bukan cuma jadi bahan bicara cowo saja, tapi juga cewe-cewe kampus.
"Santai aja muka lo, gue tau lo udah tau kan soal gue?" Ia kembali menebak padahal gua gak bilang apa-apa, sementara itu gue cuma membuang nafas.
Ini pertama kalinya gue ketemu dengan orang yang sepede Azizi Asadel, tapi pertemuan kita Cafe belakang kampus buat kita semakin deket. Bahkan pertemanan kita udah bisa di bilang hampir selama setahun, jika di ingat lagi awal ketemu dia rasanya mau gue tonjok.
Nyebelin banget.
Gue bisa sedeket ini sama Azizi adalah bukan cuma karena pertemuan kita waktu di cafe, tapi karena malem yang gue gak bisa lupa sampai sekarang.
Gausah Dibales
Cantikk
Lagi dimana?Dijalan
Lah ngapain?
Gue nyusul deh
kirim lokasi sekarangLagi nyari sotong
Lagi mau banget itu
Callie gak di rumah(Sand a location)
Gue yang udah nunggu setengah jam orang yang gue kirimin lokasi tak kunjung datang, sejujurnya gue gak tau kenapa Kating yang bernama Azizi ini terus nempelin gue semenjak pertemuan kita di Cafe itu. Gue mendengus pasrah, mungkin emang gue harus nunggu besok dan jangan berharap dengan cewe yang bernama Azizi Asadel ini karena semenjak gue kirimin lokasi gue dia cuma membaca pesan itu.
Ini udah jam 23.35 dan gue harap Ojol jam segini masih ada, karena gue kesini modal nekat karena mau sotong doang.
"Nih," Gue yang lagi duduk di pinggir jalan dengan muka kecewa tiba tiba ngeliat kantong pelastik yang isinya full dengan sotong panas, muka gue yang awalnya masam langsung berubah derastis dan mengambil kantong isi sotong itu.
"Sotong!" Ucap gue antusias sampai gak sadar ternyata yang bawain gue ini adalah Azizi.
"Bilang apa sama gue?"
"Makasih."
Ia tersenyum puas ketika mendengar ucapan singkat gue itu, entah kenapa mukanya beneran sesenang itu mendengar ucapan gue.
Azizi langsung duduk di samping gue sambil menatap gue yang gak peduliin dia dan asik memakan sotong gue, kemudian ia mengeluarkan korek api dari sakunya. Dia gak ngerokok, karena gue tau setiap Azizi ada di dekat gue ia gak akan pernah namanya menyalakan rokoknya.
Gue juga gak paham.
"Dapat dimana?" Tanya gue akhirnya buat menyilangkan tangannya di dadanya.
"Deket Apartemen ada yang jual."
Gue hanya mengangguk, kemudian orang yang nyebelin gak tau diri ini tau-tau nyenderin kepalanya di bahu gue yang asik makanin sotong.
"Jauh tau dari sini, capek," Sepertinya sebelum gue usir dari bahu gue, ia udah menyiapkan alibi supaya dia gak di usir.
Bener, balik lagi. Karena gue udah capek banget karena udah tiga jam nyari sotong, gue sampai gak punya tenaga buat ngusir ini cewe dan sepertinya gue juga akan makin capek karena ngeladenin seorang Azizi Asadel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeeShel ; Love Zone [End]
FanfictionLove and Zone. Dimana setiap karakter mempunyai keputusan masing-masing. 𝗗𝗜𝗦𝗖𝗟𝗔𝗜𝗠𝗘𝗥 ! GxG ! 100% fiksi ! indo & english