17

1.4K 141 1
                                    

Ashel.

Sudah berapa kali Reva mengajak gue buat ketemuan, akhirnya gue siap buat ketemu dia.

Gue gak akan tau apa akhirnya kita.

Karena gue tau, Reva membawa mobil kemari. Dan itu menandakan jika ia kesini gak sendiri, tapi sama orang lain.

"Kenapa?" Tanya gue, ia hanya menatap gue dengan prasaan seperti orang yang sangat bersalah.

Gue menatap kunci mobilnya, sambil tersenyum tipis menatap Reva dengan kacamata yang ia pakai.

"Shel..."

"Gak usah lama-lama, Del." Ia memegang tangan gue, rasanya hangat seperti biasanya. "Kasian Muthe, ia pasti nungguin kamu di mobil." Lanjut gue.

"Shel, aku minta maaf." Ucapnya.

Kamu dulu selalu bilang, kalau kamu cuma menangis buat yang penting-penting aja.

Aku gak penting ya?

Setelah semuanya.

"Kamu minta maaf buat apa?" Tanya gue kali ini, ia terdiam sebentar dan mengelus tangan gue pelan.

"Karena udah nyakitin kamu."

"Terus kenapa kamu lakuin?"

"Aku gak ada pilihan lain."

"Dengan cara nyakitin aku?"

Ia terdiam, Reva sepertinya gak tau mau mengeluarkan suara apa lagi buat membela dirinya.

Itu juga udah menjadi bukti kalau ucapan gue bener.

"Itu Muthe, dia menuju kesini." Ucap gue sambil berdiri sambil menunjuk Muthe.

"Aku gak ada hubungan apapun dengan, Muthe." Reva menahan tangan gue dan mencoba buat meyakin kan gue.

"Apa aku pernah nuduh kamu selingkuh sama dia? apapun urusan kamu sama dia, aku cuma melihat dari mata dan perbuatan kamu." Reva kembali terdiam, tapi enggan melepas tangan gue.

"Kamu selesaiin dulu dengan Muthe, nanti sama aku bisa kamu jelasin lebih rinci." Ucap gue melepas tangan Reva dengan perlahan dan tersenyum.

Gue ninggalin mereka, hati gue jauh lebih sakit. Kenapa gue seperti di jadiin yang kedua, padahal gue pacar Reva sekarang.

Air mata gue menetes, gue sengaja menunggu mereka di parkiran dan akhirnya menatap Reva dan Muthe masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, gue liat sesuatu yang sepertinya gak boleh gue lihat.

Muthe mencium Reva.

Gue tertawa kecil, bahkan sekarang hujanpun mulai turun. Gue memutuskan untuk pulang dengan jalan kaki, gue menangis sekencang-kencangnya.

Air hujan menjadi satu dengan tangisan gue, emang seharusnya prasaan gue cuma bisa di tulis di Note hamster gue ya? Karena disana doang gue merasa emang gue beneran milikin lo, Reva.

Gue jalan entah dari jam berapa, hujan masih sangat deras. Dan langitpun mulai menggelap, tapi gue tetap kekeh mau jalan sampai di rumah.

Badan gue mengigil, dan kepala gue sangat pusing.

Saat sampai di rumah, gue membuka pintu dan mendapati Cellie yang lagi menunggu gue di sofa ruang tamu.

"Kak!!" Triaknya memanggil gue dan panik, Cellie langsung nyamperin gue dan berusaha menompang badan gue.

"Kak Ashel dari mana aja? Kenapa call Cellie gak di angkat?" Tanya Cellie membawa gue ke sofa.

"Badan kak Ashel mengigil, kenapa kak Ashel hujan-hujan?" Tanya Cellie lagi sambil mengecek suhu tubuh gue dengan tangannya.

ZeeShel ; Love Zone [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang