Azizi.
Ini pertama kalinya dalam hidup gue minta sama Acel buat temenin kerumah, dan ini pertama kalinya gue ngenalin temen ke rumah. Padahal temen-temen gue banyak, tapi gue malah ajak Acel.
Ini adalah acara makan bersama keluarga gue karena Ci Gracia pulang ke rumah setelah 6 bulan ngerantau, jadi dokter.
Bisa di bilang Ci Gracia adalah anak kebanggaan Papa Bobby, dan karena setiap dia pulang selalu ada acara kecil menyambut Ci Gracia.
Sejujurnya tiap tahun acara seperti ini, gue selalu gak suka dan berusaha nolak gimanapun caranya. Tapi setiap gue nolak, Ci Gracia selalu berusaha buat gue ikut, supaya bisa dekat lagi dengan Papa.
Dan hari ini gue bawa Acel, beda dari seperti biasanya. Prasaan gue tenang, gak ada ke khawatiran membawa Acel hari ini.
Gue akhirnya sampai di rumah orang tua gue, gue tau banget kalau cuma sisa kita yang mereka tunggu. Pas gue masuk Bunda Shania lagi menyiapkan meletakkan masakannya di meja makan, sementara itu Ci Gracia yang sepertinya udah menunggu kita langsung menyambut kita dengan hangat.
"Siapa ini?" Tanya Ci Gracia buat gue senyum lebar.
Suasana sekarang sangat hangat.
"Aku Ashel kak." Jawab Ashel.
"Cantik banget ya? ayo sini langsung duduk Shel." Ajak Bunda Shania, langsung di rangkul Ashel sama Ci Gracia ke meja makan. Sementara itu gue cuma ikut dari belakang, sambil menatap senyum dari Papa Bobby dan Bunda Shania.
Gue selalu takut kalau di meja makan ini, membayangkan berapa kali gue di bentak di meja makan ini.
"Om kalau tau soal makanan di pinggir jalan seperti bebek panggang tuh enak banget om, apa lagi kalau belinya tengah malam." Ucap Ashel menghidupkan meja makan ini.
"Om tau, yang deket kampus kalian itu kan? Om dulu suka jajan disana." Balas Papa Bobby semangat membahas makanan yang mereka sukai.
Gue rada kaget mendengar percakapan kita sekarang, gak ada pertengkaran, gak ada piring pecah dan gak ada yang kena pukul. Seperti keluarga normal pada umumnya, prasaan gue hari ini benar-benar sangat bagus.
Akibat ada Acel yang menghidupkan meja makan ini.
"Tante sini Ashel bantu ya beresinnya." Ashel berdiri dan membantu membawa piring bekas tadi.
"Zee, ayo ikut Cici bentaran." Ajak Ci Gracia masuk ke kamarnya, saat di kamar ia memberikan Parfum baru yang sangat wangi.
"Aku tau kamu suka Parfum, ini Cici kasih," Gue menerima Parfum itu. "Oh, iya. Ashel itu, pacar kamu?" Tanya Ci Gracia buat gue diam.
Ci Gracia udah tau soal Sexuality gue, dan begitupun sebaliknya. Gue tau Sexuality Ci Gracia.
"Kenapa diam aja, Zee?"
"Temen doang, Ci." Ci Gracia terkekeh pelan, kemudian berdiri dan menatap kaca.
"Kamu orang yang seperti itu, Zee. Diam seperti enggak terjadi apa-apa, tapi selalu kelihatan," Ucapnya kemudian berbalik. "Dalam keluarga kita emang gak pernah saling deket, tapi Cici tau banyak cuma dari tatapan kamu ke Ashel. Cici juga tau kamu gak pernah cerita, tapi setiap Ashel ngomong tolong jangan tatap dia seperti semestamu satu-satunya."
Ci Gracia kembali terkekeh dan keluar kamar, dan sementara gue.
Gue diam.
Dan menatap pintu yang tertutup.
Sudah hampir setahun pertemanan gue sama Ashel tapi ini pertama kalinya ada orang yang langsung menebak tanpa perlu gue jelasin panjang.
Ashel.
"Balik dulu Om, Tante, Ci Gracia." Ucap gue sambil masuk mobil, gue menatap Azizi sebentar kemudian ia mulai menjalankan mobilnya.
Di perjalanan akhirnya Azizi membuka suara, "Tumben banget lo tadi banyak ngomongnya." Ucap Azizi, "Enggak mungkin kan gue disana diem doang." Jawab gue buat kekehan nyebelin Azizi keluar.
"Lil Princess sekarang mau kemana?" Tanya ia kembali membuat gue mangalihkan pandangan gue dari ponsel, karena Reva terus mengirimin gue chat.
"Warung pecel lele deket kampus, yang ada di kiri deket tempat fotocopy." Jelas gue buat Azizi memelankan mobilnya, ia sesekali menatap gue heran.
"Mau makan lagi? tadikan udah makan?" Tanya heran Azizi membuat gue harus memberi taunya.
"Mau ketemu dengan Kak Reva." Jawab gue buat ia kembali fokus dengan mobilnya, gak ada jawaban sama sekali dari Azizi, ia hanya mengangguk saja mendengar ucapan gue.
Diamnya Azizi ini buat gue takut ketimbang dia ngomong, gue gak tau kalau Azizi diam harus ngapain.
Azizi diam apa karena di rumahnya tadi?
Gue tau Azizi gak akur sama papanya, itu mengapa Azizi tinggal di apartemen.
Tapi tadi benar-benar gak ada pertengkaran, gue hanya tau ia masuk ke kamar Ci Gracia entah membicarakan apa. Tapi yang pasti, Ci Gracia keluar kamar duluan.
Sesampainya di warung makan ini, gue udah liat motor Reva terparkir disini. Azizi tetep diam dan menatap gue, sementara itu gue hanya tersenyum.
"Gue pergi ya, lo langsung pulang aja." Ucap gue sambil turun dari mobil dan nyamperin Reva yang sudah menunggu dan duduk di kursi pelastik.
Ganteng dan cantik langsung jadi satu saat melihat Reva sekarang, baju kaos putih dan kacamata membuat Reva jauh lebih cakep dari biasanya.
"Kak Reva!" Panggil gue membuat ia menoleh, sementara orang yang gue panggil langsung menoleh dan tersenyum menatap gue.
"Jangan panggil Kak dong, lo lebih tua dari gue dan jangan panggil Reva, panggil Adel aja." Ucap ia dengan suara beratnya.
Gue tau lo lebih muda, gue tau persis kalau lo setahun lebih muda dari gue. Tapi karena lo gak pernah tau nama gue atau tau tentang gue jadinya tetap gue panggil Reva.
"Yaudah, Adel." Ucap gue sedikit terkekeh sementara ia hanya tersenyum mendengar gue.
"Bang pecel lele dua ya!" Teriak Adel di anggukin dengan penjual pecelnya.
Ini pertama kalinya.
Hanya berdua.
Hal yang gak pernah gue bayangin.
Makan di tempat yang lo suka.
Pecel lele.
Belum sempat makan kita datang, orang yang selalu gue liat sebagai cewe idaman semua orang tiba-tiba datang ke tempat kita.
Muthe, pacar Adel.
"Del," Ia menatap gue dan Adel secara bergantian. "Aku harus bicara sama kamu." Ucap Muthe langsung memegang tangan Adel, kemudian Adel menepis tangan itu sambil menatap Muthe dengan kesal.
"Udah aku bilang! jangan pernah muncul di hadapa gue!?" Suara tinggi Adel membuat sekeliling kita langsung memperhatikan kita.
Ini pertama kalinya gue liat Adel semarah ini.
Kepada Muthe.
Adel menatap gue, kemudian menghembuskan nafas berat. "Maaf, ya? lain kali gue ajak kesini lagi, gue harus pergi sama Muthe." Belum sempat gue menjawab, Adel udah menarik tangan Muthe yang sudah mulai menangis dan pergi dari sini.
Sementara gue, diam sejenak dan berdiri meninggalkan tempat ini.
Gue jalan tanpa tau tujuannya kemana, gue seharusnya juga tau kalau orang yang gue suka dari dulu udah punya pacar. Bukan berharap cuma karena, ia tau selama ini gue ada di sekitar dia.
"Mau jalan kemana coba, jauh banget ini dari mobil." Gue berhenti mendengar ucapan seseorang yang gue kenal, dan gue langsung menoleh dan melihat senyuman nyebelin.
Kenapa saat gue ingin sendiri.
Orang yang ada disini.
Malah lo, Azizi Asadel.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeeShel ; Love Zone [End]
FanfictionLove and Zone. Dimana setiap karakter mempunyai keputusan masing-masing. 𝗗𝗜𝗦𝗖𝗟𝗔𝗜𝗠𝗘𝗥 ! GxG ! 100% fiksi ! indo & english