11

1.4K 149 6
                                    

Azizi.

"Zee!" Panggil Vivi buat gue menoleh ke belakang, ia tersenyum sambil jalan ke arah gue dan duduk di samping gue.

Ini udah dua bulan semenjak jadiannya Adel dan Acel, gue jadi jarang ketemu dengan dia. Entah gue yang secara gak sadar menjauh atau dia, gue juga gak tau.

"Gila ya, lo? lo mau mabuk?" Tanya Vivi saat ia sadar gue udah neguk wine yang keempat tanpa memberi jeda.

"A-acel." Ucap gue mulai merasakan panas di badan gue, "ngelantur parah banget lo." Benar, gue tau. Tapi entah kenapa kepala gue terus nyebut nama itu, tanpa gue suruh.

"Udah deh, lo gak usah minum lagi," Vivi mengangkat tangan gue, ia kemudian mendudukkan gue di kursi sofa. "Gue Call Ashel sekarang, gue gak bisa anter lo soalnya gua ada rencana." Kira-kira seperti itu ucapan Vivi yang gue dengar, suara musik yang kencang dan samar-samar suara Vivi yang lagi menelfon seseorang.

lima belas menit prasaan gue mulai menyedih, alkohol udah menguasai badan gue. Gue berdiri dari sofa dan suasana disini masih sangat berisik dengan musik yang sangat keras, gue jalan sempoyongan. Sampai di depan Club ini, gue tiba-tiba memeluk seseorang. Gue gak bisa mastiin gendernya, prasaan sedih di dada gue dan campuran alkohol buat gue gak mikir panjang siapa di depan gue ini.

We kissing.

Ia sepertinya lumayan kaget karena gue tiba-tiba mencium dia, tapi tak ada penolakan sama sekali di antara kita. Ia menikmati lumatan gue, dan kemudian dia melepaa ciuman kita.

"B-bau alkohol."

Suaranya cewe, gue barusan mencium cewe yang gak gue kenal siapa dia. Ia beberapa kali mencoba menbantu gue berdiri, sambil mengajak gue komunikasi. Tapi tubuh gue masih pengaruh alkohol, badan gue panasnya bukan main. Gue menahan tubuh dia, sampai dia melotot menatap gue karena perubahan sikap gue.

I gently sucked her neck, then left a mark there.

I lick the former kissmark slowly, membuat ia meringis. "Please... jangan gini," Ia akhirnya mengeluarkan suara. "Lepas!" Ia mendorong gue.

Gue terbaring di depan Club ini, gue menutup mata gue dengan lengan gue. Rasanya benci terhadap diri gue sendiri makin kuat, gue mencium seseorang yang gak gue kenal dan lebih brangseknya lagi hati gue terus nyebut nama Acel disana.

Gak lama kemudian ada tangan yang memegang pipi gue, ia menepuknya pelan. Gue tau aroma ini, aroma yang candu banget buat gue.

"Azizi! ayo bangun!!" Ucap dia kemudian berusaha membangunkan gue, "Kamu minum berapa banyak astaga?" Gue tersenyum mendengar suaranya, tapi tenaga gue gak cukup buat balas ucapannya.

Hati gue adem melihat wajahnya, meskipun burem tapi tetap saja membuat gue bahagia. kegelisahan yang tadi ada di hati gue sekarang seketika menghilang, ia berusaha sekuat tenaga buat ngangkat badan gue yang lebih berat di bandingkan dengan dia.

Ashel.

Gue datang kesini dengan panik yang luar biasa, Kak Vivi tiba-tiba Menelfon gue kalau Azizi mabuk. Gue datang pake ojol karena gue tau Azizi pasti bawa mobil, tapi gue juga gak bisa bawa mobil.

Itu gak penting, yang penting sekarang bawa balik Azizi.

"Cel... jangan tinggalin aku." Ucap Azizi sambil menduselkan kepalanya di leher gue, bau alkohol yang keluar dari mulutnya buat gue makin yakin kalau yang ia ucapkan hanya pengaruh alkohol

"Iya, Zee. Ayo balik dulu sekarang," gue berusaha sekuat tenaga buat ngangkat badan dia buat masuk ke mobilnya "Cel, i don't know what wrong with me." Suara berat dari Azizi terdengar jelas di telinga gue.

Gue juga gak tau lo kenapa sampai minum begini lagi, Zee.

Saat gue berhasil mendudukkan ia di mobil, gue langsung duduk di sebelahnya.

Iya, di kursi pengemudi.

Gue membuang nafas berat karena gue gak bisa bawa mobil, dan sementara Azizi ia masih dalam pengaruh Alkohol. Gue menatap wajah Azizi, ia tertidur pulas sambil sesekali ngelantur.

Apa yang membuat lo begini?

Kenapa lo sampai mabuk begini?

Semua pertanyaan itu buat gue menatap wajah Azizi dengan lekat, kita lumayan jarang ketemu sekarang karena gue terus di antar jemput dengan Adel. Ia juga hanya sesekali ngirimin gue chat, ngajakin makan dan kadang pula gue nolak ajakan dia.

Hidung mancung dan wajah sayu Azizi membuat gue tersenyum, wajah putih dan cantik Azizi memang gak perlu di ragukan lagi. Gue mendekat ke arah Azizi dengan niat mau merapihkan bajunya yang kusut akibat tidur di jalanan tadi, wajah kita hanya beberapa senti sekarang.

"Cel."

Saat ia memanggil nama gue, membuat gue langsung mengalihkan pandangan ke arah yang memanggil gue. Azizi bangun, mata kita bertemu. Lima detik tidak ada yang membuka pembicaraan, kita hanya saling menatap dan sibuk dengan pikiran kita masing-masing.

she's kissing me.

Gue memejamkan mata, jantung gue berdebar dua kali lipat dari biasanya. Ia menahan tengkuk gue, sementara gue hanya meremas pundak Azizi.

I shouldn't be like this.

I can't do this to my friend.

Tapi gue gak bisa nolak perlakuan Azizi, gue bahkan bisa merasakan rasa alkohol akibat ciuman ini. Setelah beberapa menit, kita berhenti. Azizi menatap gue dengan sayu, gak ada perkataan nyebelin atau muka nyebelin yang biasa gue lihat.

Ia Azizi, dengan sisi yang gak bisa gue pahami.

Ia Azizi, dengan perlakuan yang gak bisa gue jelasin.

Mungkin karena dia, Azizi.

Ia tersenyum, senyum yang lebih tulus dari hari-hari biasa gue lihat. Azizi menutup matanya, ia memeluk gue.

Warm.

"Acel, don't left me." Suara berat Azizi membuat gue gak bisa membalas itu, ia udah sangat di pengaruhi oleh alkohol, tapi kali ini. Kenapa gue yakin dia ngomong yang sebenarnya.

Zee? kamu lagi ada masalah apa?

Keluarga? teman-teman?

Atau apa?

Gue membalas pelukan Azizi, ini bisa di bilang kedua kalinya kita melewati batas pertemanan. Tapi kali ini Azizi gak sadar, tapi jantung gue masih sama seperti waktu itu.

Jantung gue masih berdebar.

seperti waktu itu.

Gue menghembuskan nafas berat, tiba-tiba kepikiran dengan Adel. Prasaan ini, sangat buat gue bingung.

Saat pertama kali Adel mencium gue di komedi putar, hanya ada shock waktu itu. Sangat berbeda saat gue bersama dengan Azizi, jantung gue berdebar sangat kencang.

Tak ada suara lagi, sepertinya Azizi sekarang sudah tertidur. Gue melepas pelukan itu dan memperbaiki posisi tidur Azizi, dan gue kembali ke kursi dan berusaha menenangkan detak jantung gue yang gak bisa berhenti berdetak kecang dari tadi.

ZeeShel ; Love Zone [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang