Azizi.
Gue kebangun dengan kepala pusing yang sangat sakit akibat Alkohol semalem, gue lupa semalam balik sama siapa. Gue menatap sekeliling apartemen gue yang seperti biasa, sepi.
Tapi kali ini berbeda, gue inget waktu ninggalin apartemen. Disini sangat brantakan, tapi disini sangat bersih. Gak ada pakaian yang tergeletak di lantai, bahkan bingkai foto gue dan Acel bahkan tersusun dengan rapih tanpa debu dimanapun.
Saat gue heran, ada apa dengan tempat ini. Gue buru-buru keluar dari kamar, dan benar aja.
Ada Acel.
Ia sedang menghadapin leptop dengan sarapan di sampingnya, gue lupa ini hari apa tapi setau gue. Acel gak ada kelas hari ini. Akhirnya gue memutuskan buat mendekat, dan saat ia sadar dengan keberadaan gue Acel langsung tersenyum.
"Minum yang anget-anget dulu, masih pusing kan?" Ujar Acel buat gue kembali memegang kepala gue, samar-samar ingatan semalam muncul waktu mendengar suara Acel.
Gue melotot menatap Acel, gue ingat kalau semalam gue mencium Acel.
Jantung gue berdebar, gue menatap bibir Acel. Artinya ini yang kedua kalinya gue merasakan bibir itu, kedua kalinya ia juga membalas ciuman gue meskipun gue gak inget wajah Acel semalam gimana.
"Azizi!"
"Iya?" Jawab gue langsung mengalihkan pandangan gue dan menatap wajah Acel, "Sarapan dulu? mau gue bikinin makanan?" Ia menatap gue balik, "Mau ya? supaya gak pusing." Tanya dia lembut.
"Siapa yang nganter gue semalam?" Tanya gue ngalihin pertanyaan dia tadi, kemudian ia kembali menatap leptop yang gak gue tau lagi ngerjain apa.
"Gue, di bantuin sama Kak Flora sih." Gue mengangguk dan kemudian menatap leptopnya, "Lo ngerjain tugas gue?" Tanya gue sambil menatap matanya, "Menurut lo? siapa suruh sih lo semalam mabuk gitu, Zee." Ia menatap gue dengan kesal, tapi tetep mengetik tugas gue.
"Makasih ya? Princessnya gue." Ucap gue sambil buru-buru menciumi kening Acel, karena ia sepertinya bentar lagi memukul pundak gue karena gak suka dengan perlakuan yang gue berikan.
"Filenya kirim ke gue ya? nanti gue yang kirim ke dosen, gue sekarang ke kampus dulu bentar ngumpulin tugas praktek gue." Ucap gue kembali ke kamar dan mengambil hoodie untuk pergi ke kampus, "Oh, iya! jangan balik dulu, gue traktir lo makanan kalau gue udah balik." Lanjut gue, dan langsung keluar rumah.
Meskipun kepala gue masih pusing gue tetep harus bawa ini, kemarin gue udah ngejain sampai mampus biar malamnya bisa keluar main sama Kak Vivi.
Lima belas menit perjalanan akhirnya gue sampai di kampus, gue ngecek ponsel. Apakah Acel udah ngirimin Filenya, dan ternyata sudah jadinya gue sedikit lega.
"Lo!?"
Gue berhenti karena tangan gue di tahan sama seseorang, dan gue otomatis menatap wajah cewe yang nunjuk gue.
"Siapa?"
"Lo beneran gak inget gue?"
"Apa sih?"
Ia mendekat, kemudian ia melepas syal bewarna biru yang melekat di lehernya. gue sedikit kaget menatap lehernya yang jenjang, karena ada bekas kissmark disana.
"Sekarang gimana? lo masih pura-pura lupa?" Ujar ia sambil menunjukkan lehernya, "Ini perbuatan lo, dan gue ingat banget muka lo ya." Lanjut ia terus menatap meta gue.
Fiony Alveria.
Itu yang tertulis di baju Almet dia, gue mendengus kesal karena gue gak inget apapun kecuali ciuman gue dengan Acel.
Adel.
Hari ini gue ada kelas pagi, rasanya lebih melelahkan karena kelas pagi pasti bakal ngantuk banget denger dosen. Hari ini gue memakai baju ablong putih dan kacamata doang, gak ada yang spesial juga.
Adzana
Aku lagi di apartemen azizi
Aku semalam nginep disiniGue membaca notifikasi Ashel dari ponsel, ini pertama kalinya lagi Ashel membahas Azizi di depan gue selama pacaran. Karena yang gue tau, Azizi menjaga jarak dan selalu berganti-ganti cewe setiap bulan yang gue aja gak tau itu siapa. Kadang dia minta sama kak Vivi, kadang minta sama kak Ara dan ada aja cewe yang nemenin dia.
Akhirnya gue mendengus pelan. Padahal gue udah udah cuci motor buat bisa jalan lagi sama Ashel, dan makan pecel lele di pinggir jalan sama dia.
Saat jalan di menuju kelas, gue gak sengaja liat Azizi. Sepertinya lagi ngobrol sama seseorang, itu cewe. Gue sedikit penasaran dan gue mendekat, saat mendekat gue gak sengaja liat seperti tanda di lehernya.
"Jadi sekarang mau lo apa?" Tanya Azizi.
Cewe itu kelihatan malu mendengar pertanyaan Azizi, dan gue tau kalau begini endingnya gimana.
"Yaudah, gak usah lo jawab." Azizi menarik nafasnya pelan, "Mulai sekarang lo pacar gue." Mendengar ucapan Azizi, gue hanya menggeleng.
Ping!
Satu notifikasi muncul.
Muthe
Adel
Aku mau ketemuSaat melihat itu gue langsung menutup layar ponsel gue, di pagi hari ini kenapa ada dua hal secara bersamaan buat mood pagi gue ini hancur.
"Setidaknya Silent ponsel lo." Ucap Azizi buat gue kaget karena ia ada di depan gue dan menatap curiga.
Gue langsung menutup ponsel gue dengan cepat, gue kemudian menatap Azizi balik.
"Masih berhubungan lo?" Tanyanya sambil jalan, meskipun ruangan kelas kita jauhan entah kenapa gue rasa Azizi mengikuti gue.
"Sama siapa?" Jawab gue.
"Muthe."
Gue berhenti, dan ia juga ikut berhenti. Gue menghembuskan nafas dan menatap lekat Azizi yang lebih kecil dari gue.
"Sebelum itu, Ashel nginep di apartemen lo?" Suasana makin jelek disini, kita saling menatap penuh dengan emosi yang gak bisa kita jelaskan. Jarak gue dengan Azizi sangat dekat, sampai-sampai tangan gue bisa aja melakang menonjok Azizi waktu dia menjawab pertanyaan gue.
"Iya, dia nginep sama gue karena gue mabuk." Rahang gue mengeras karena gue gak bisa percaya orang seperti Azizi gak ngelakuin apapun waktu dia mabuk.
"Sekarang gantian, lo masih berhubungan sama Muthe?" Tanya Azizi kembali.
"Bukan urusan lo."
"Acel tau?" Tanyanya lagi.
"Gue bilang bukan urusan lo." Lagi, gue menekan kalimat gue untuk kedua kalinya.
"Gue tau lo sahabatnya, tapi bukannya lo terlalu ikut campur dengan hubungan gue dengan Ashel?" Tanya gue kali ini buat ia terdiam, gue menghembuskan nafas dan meninggalkan Azizi yang masih mematung.
Gue jalan menuju kelas dengan penuh perasaan kesal akibat pertanyaan Azizi tadi, gue adalah salah satu orang yang gak percaya dengan persahabatan mereka.
Gue pernah membaca salah satu tulisan.
Jika lelaki dan prempuan gak bisa temenan tanpa prasaan.
Apa lagi jika keduanya sama-sama menyukai wanita, itu sangat mustahil terjadi.
Gue menatap ponsel dan segera menelfon seseorang.
"Halo?"
"Muthe, pulang dari kampus harus pulang bareng gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
ZeeShel ; Love Zone [End]
FanfictionLove and Zone. Dimana setiap karakter mempunyai keputusan masing-masing. 𝗗𝗜𝗦𝗖𝗟𝗔𝗜𝗠𝗘𝗥 ! GxG ! 100% fiksi ! indo & english