8

1.3K 124 1
                                    

Azizi.

Gue mengetuk pelan pintu pelan karena gue gak mau di amuk sama Flora karena langsung masuk begitu saja, dulu gue inget banget Flora masang stiker di depan pintunya, dengan tulisan.

Azizi Asadel di larang masuk.

Tapi sekarang udah di cabut karena gue udah pinter ngetuk pintu terlebih dahulu. Saat mendengar suara Flora menyuruh masuk, gue langsung masuk dan nyengir karena Adel dan Flora menatap gue bersamaan.

"Ngapain lo?" Tanya Adel yang langsung duduk menatap gue disaat, gue mendekat ke arah dia.

"Lo beneran udah putus dari Muthe?" Tanya gue langsung ke Adel buat ia menatap gue dengan heran.

Ia pasti heran, karena dari Sma kita temenan meskipun beda sekolah. Tapi gue sama sekali gak pernah namanya nanya hubungan dia dan Muthe, karena tanpa ia cerita juga kita semua udah tau.

"Tiba-tiba?"

"Gue harap lo tau maksut gue."

Ucapan gue langsung di respon oleh dua manusia yang ada di kamar ini dengan tatapan heran, gue juga kadang heren kenapa kamar Flora yang dingin ini membuat suasana kita menjadi seperti ini.

"Gue harap lo bisa deket sama orang lain," Gue baring di kasur sambil menutup mata gue dan melanjutkan. "Ashel contohnya."

Ini pertama kalinya gue nyebut nama dia  seperti ini depan temen gue.

Rekapan gue soal ciuman kita tadi kembali terputer di otak gue, mulai dari Ashel menutup matanya. Meremas pundak gue, dan degupan jantung kita yang beradu.

"Ashel?" Tanya Adel kembali bingung dengan ucapan gue, bahkan gue bisa tau kalau Flora bahkan memutar kursinya karena bingung dengan ucapan gue.

"Kenapa harus Ashel," Tanya Flora kali ini, membuat gue harus berbalik dan memeluk guling milik Flora.

"Gue tau sekarang Adel sama dia dekat, gue juga tau ini kesempatan buat lo, Del." Ingin rasanya gue menangis sekarang, tapi mata gue udah tertutup rapat sampai-sampai gue harus mengigit bibir gue untuk menutupi rasa sakit di dada gue.

"Del, lo nginep kan? lo tidurnya bareng Kak Ara aja di sebelah, Azizi udah ngambil posisi lo tuh."

"Ah, elah. Bangsat banget, nih bocah." Umpatan Adel langsung keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan rapat.

"Najis, gue mau denger lagu," Flora memasang Earphonenya di telinga dan ia melanjutkan. "Tisunya di dekat nakas."

Gue tau ucapan Flora barusan, ia tau jika gue udah menahan tangisan dari tadi.

"Gue gak tau ada orang yang lebih bodoh dari lo, Zee."

Benar, gue tau itu.

"Sudah setahun, dan ini keputusan lo atas semuanya?" Flora melepaskan Earphonenya sambil mendengus dengan kesal.

Suara Ac dan isakan yang gue tahan buat Flora harus memijit pelipisnya akibat pusing, karena ia adalah saksi bisu satu-satunya yang tau soal prasaan gue.

Orang yang selalu gak paham sama prasaan gue, orang yang akan siap menganjing-anjingin gue atas apapun keputusan gue soal Acel.

"Acel suk–" Omongan gue di potong sama Flora, "Gue tau, gak perlu lo jelasin juga gue tau." Ia berdiri dari kursinya, kemudian melemparkan pensil ke kepala gue. "Tapi lo udah siap kalau mereka beneran jadian? lo siap liat dia sama yang lain? terus, apa? lo mau balik jadi manusia anjing yang setiap pacaran gak pernah lama?"

Adel.

Pagi ini gue harus ke kampus akibat ngumpulin tugas yang telat gue bawa kemarin, tapi selama gue di kampus baru kali ini gue liat Ashel sendirian dan bawa tugas dia.

Tanpa aba-aba gue langsung membantu ia membawa barang-barang yang banyak yang gue tau itu adalah tugas nirmana, ia kaget akibat kemunculan gue.

"Kak Reva?"

"Adel, Shel." Jawab gue karena kadang ia masih seperti ini, memanggil gue pake nama depan gue.

Ia masih terdiam dan membantu Ashel membawa tugasnya ke dosen, setelah itu gue nunggu di luar dan Ashel di dalam bersama dosen.

Selama menunggu gue tiba-tiba kepikiran soal perkataan Azizi semalam, ini pertama kalinya dia menyuruh gue deketin cewe yang notabenya deket juga sama dia.

Gue menghela nafas, kadang gue emang ngerasa tertarik sama Ashel.

Apa Ashel akan beda sama Muthe?

Saat nama Ashel tersebut di benak gue, ia keluar dari ruangan dosen dan menatap gue dengan senyuman yang sangat manis.

Sialan, gue langsung tau jawabannya.

"Makasih, Del." Ucap Ashel sambil merangkul tas kecilnya.

"Jangan makasih doang, traktir gue makan gitu." Ujar gue sambil terkekeh yang di balas anggukan sama dia.

Duh.

Acak-acak aja hati gue.

"Mau sushi gak, Del? gue traktir sekarang." Ucap ia lagi sambil kita meninggalkan tempat tadi.

"Jangan. Gak enak daging mentah," Ia menatap gue heren dan gue melanjutkan. "Mending beliin gue pecel lele, lanjutin yang waktu itu." Tak ada kata keluar dari mulu Ashel, ia sepertinya setuju saja dengan ucapan gue.

Tapi mengingat kejadian waktu itu, gue belum sempat minta maaf sama dia karena kejadian itu.

"Cel!" Panggil seseorang dari belakang buat gue dan Ashel menoleh, saat gue berbalik badan gue bisa tebak yang memanggil kita siapa.

Ia berdiri dengan jaket dan sepatu jordan yang biasa ia pake, ia menatap gue ganti-gantian dan kemudian berjalan  ke arah gue dan Ashel.

"Tumben lo udah ada disini?" Tanya Ashel buat gue menatap Azizi, gue sampai ngelipet tangan gue karena entah kenapa ada rasa kesal di diri gue.

"Gue ada kelas pagi, tapi dosennya belum datang." Azizi menatap gue.

Ashel mengangguk, "Yaudah kalau gitu gue duluan ya?" Ashel berjalan ninggalin gue dan Azizi.

"Gak nyusul lo?" Tanya Azizi, kemudian gue menghembuskan nafas sambil menepuk bahu Azizi pelan.

"Wish you luck, Del."

Sebelum gue ninggalin Azizi gue terdiam sebentar kemudian tersenyum ke arahnya sambil melambaikan tangan, entah kenapa ucapan Azizi barusan terasa sangat sedih.

Saat gue keluar dari kampus, gue udah liat Ashel menunggu di sana. Rambutnya yang terikat dengan tas selempang membuat siapa aja tau, Ashel emang secantik itu.

"Kirain kalian masih mau ngobrol lama di dalem." Ia tersenyum waktu menyadari kehadiran gue.

"Kenapa bisa mikir gitu?" Tanya gue.

"Kalian menatap seakan harus ngobrolin sesuatu."

Gue terdiem, entah kenapa rasanya ada yang janggal dari kita berdua tapi entah apa itu. Gue udah kenal Azizi dari lama, tapi gak biasanya kita sepeeti ini.

"Prasaan kamu doang kali itu, ayo kita pergi makan pecel lele sekarang." Ucap gue sambil mengandeng tangan Ashel.

Rasanya aneh.

Pertama kali gue ngomong.

Aku-kamu.

Tapi gue senang.

ZeeShel ; Love Zone [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang