Terima kasih untuk vote kalian.
....
"Sudah sampe mana, Fan?" tanya Yoga yang kini ngerokok di bersama Fano.
Tadi Yoga nawarin rokok ke Fano, di terima sama Fano. Padahal biasanya dia nge vapor doang, soalnya Ojin gak gitu suka bau rokok.
Yoga sih bagus soalnya dia ngerokok di temenin kopi, lah si Fano malah ngerokok sambil minum es sirop buatan Mas Ojin. Gak level.
"Masih muter muter di situ aja kayaknya Bang" jawab Fano setelah mikir beberapa saat.
"Muter muter mulu, gak pusing apa?Mumpung serumah lagi, gak mau langsung gas aja?" kepulan asap berbentuk bulat bulat keluar dari bibir tipis pria berkulit putih.
"Gak tahu juga bang. Purnama-nya tuh bingungin, kadang kaya suka aku, kadang juga enggak" curhat Fano.
"Hamilin aja" saran Yoga. "Simple, cepat dan efektif". Setan setan.
"Ya kali kalo hamil, kalo kaga?" hembusan asap makin mengepul di antara bibir tipis Fano.
"Kalo enggak, ya coba lagi lah sampe hamil!! Gak capek ya, udah belasan tahun lho!! Gak mau nyari meki empuk sempit?" Yoga kini menatap Fano yang masih nyalang memandang langit malam.
"Udah punya" jawab Fano enteng.
"Lah? Lu tinggalin di Malang?" Yoga kaget, gak nyangka sama jawaban Fano.
"Aku minta break sama dia. Masih ada Purnama di denyut nadi aku, bang" satu hembusan asap lagi tertiup angin malam. Fano mencoba menghilangkan satu benang kusut dalam fikiran nya.
Yoga paham, dia anggukin kepalanya.
"Iye, tahu yang bucin. Sampe bikin tatto di tangan" Yoga terkekeh. Memandang bangga pada Fano yang gigih dengan perjuangannya selama ini.
Fano ikut terkekeh, matanya memandang sebuah cerut di kulitnya, tatto tanpa tinta, yang terlihat seperti parut luka di lengannya.
Bila dilihat dengan seksama, akan terbaca sebuah kata "PURNAMA". Pandangannya berubah sendu.
"Fan, gak mau nyoba sama abang aja?" tanya Yoga, nepuk bahu Fano tapi sambil di elus elus sama telunjuknya.
"Asu!! Bukan homo aku!!" Fano cringe.
"Whahahahha... Iyo gak homo tapi incest!! Tapi lak kamu mau, abang terima deh, siap di posisi mana aja, atas bawah bisa lah pokoknya sama sama enak" Yoga ngomong naik naikin alisnya, setelah itu ketawa kenceng.
"Gendeng!!" sergah Fano, badannya mulai ngejauh dari jangkuan tangan Yoga, dia matiin rokoknya di dalem asbak. Lalu beranjak dari teras dan masuk ke dalam rumah. Antara jijik jijik gimana gitu.
Belum juga masuk eh udah ketemu Mas Ojin yang dateng dari arah pager, hanya tatapan yang beradu sejenak lalu Fano melanjutkan jalannya ke dalam."Lapo iku si Fano?! Mbok apain?!" tanya Ojin pada Yoga yang masih ngakak.
Ojin gitu gitu khawatir juga sama Fano, mana raut muka Fano udah kaya lap basah ya kan?
Ojin meletakkan dua bungkus nasi goreng yang tadi di beli di depan komplek.
"Gak apa apa, cuma dia baru sadar kalo aku gendeng" Yoga gak berhenti ngakak.
Geli banget si Yoga, punya sahabat dan temen pada bucin tapi denial dan yang satu malah cupu maju mundur. Dia ketawa sambil geleng geleng.
"Iyo kowe gendeng! Belum tak kasih amer ae wes mabok" kata Ojin nonyor kepala Yoga sebelum ngelanjutin ngebuka bungkusan nasi goreng.
Tanpa sadar, Ojin menampilkan raut khawatir saat memandang ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (Taejin) ✔
Teen FictionHanya Sebuah Rasa yang harusnya tidak hadir dari kita. Aku dan Kamu. Kamu dan Aku. Lalu menjadi Kita, tapi kita sadar kita tak seharusnya bersama. ..... Fano itu adek sepupu Ojin. Dan bagi Fano, Ojin itu sepupu spesial di hidupnya. Sedangkan Ojin pu...