Breaking News : Di chapter yang lalu kan sempet penulis sebutin tentang Fano dengan gigi rontok nya, sebiji doang sih. Tapi penulis lupa bikin scene dan penjelasan bahwa Fano udah balik ganteng lagi berkat ke dokter gigi Oppa Oppa Korea yang pake behel puluhan juta.
Jadi sebelum pada ngebayangin Fano yang giginya bogang. Penulis mau klarifikasi kalo Fano masih tetep ganteng walau dengan gigi palsu Korea kekinian dan masih jadi Seme Idaman. Sekian, Terima kasih.
......
"Papa!!" Kino bersorak, berlari merangkul kaki Papanya. "Nono, temu Om Yayah" tunjuk Kino antusias pada sosok Fano.
Fano yang semula berjongkok, kini berdiri menyamankan tinggi dengan Ojin. "Halo Mas, lama gak ketemu" sapa Fano.
Penulis tepok jidat, -plak!
......
Kata yang ingin di ucapkan Ojin adalah "Lama gak ketemu, ndasmu mbledos!!" tapi dengan mati matian kalimat umpatan itu harus Ojin simpan untuk nanti. Dia gak mau ngumpat di depan Kino.
Ojin meraih Kino dalam gendongannya. Posesif mode. Kino senyum mamerin giginya yang kecil kecil ke arah Fano, dengan tangannya yang merangkul manja pada leher Papanya.
"Pah! Ada Om Yayah, Pah" bisik Kino seakan memamerkan sosok Fano pada Ojin. Detak jantung Ojin berdegup kencang. Matanya menelisik sosok di depannya dengan brutal. Dari kaki ke kepala hingga balik ke kaki lagi. Semua terlihat sama dan baik baik saja, bahkan terlihat lebih baik.
"Kamu baik baik aja tanpa aku, Fan" batin Ojin. "Beda sama aku yang malah gak baik baik aja".
"Ngapain kesini?" kata Ojin ketus.
"Diundang Bang Yoga, Mas. Kenapa Mas risih ya ada aku di sini?" tanya Fano lembut. Jari jemari Fano terkepal, gatel banget pengen peluk Ojin, tapi harus di tahan, kan bukan milik. Ea Ea....
Tak beda dengan Fano, jantung Ojin pun bertalu talu kek bedug masjid."Gak risih tapi kangen! Emang kamu gak kangen apa?" itu suara hati Ojin, yang dengan sekuat hati di tahannya agar tak di teriakan pada sosok di depan nya kini. "Oh.." hanya respon singkat pengganti dari Ojin.
Kino masih diam dalam gendongan Ojin saat suasana berubah jadi canggung. Dia melihat interaksi Papa dan Ayah-nya yang diem dieman. Mata hitam besar bulat mirip mata Fano tapi lebih menggemaskan itu bergulir memandang Fano dan Ojin bergantian.
"Papa, ngan beltengkal nti Nono cedih" suara Kino menginterupsi suasana canggung itu. Hati Kino itu lembut banget, jadi kalo di kasih lihat beginian hatinya udah kacau kaya meletus balon hijau.
"Gak kok!/ Ndak kok!" jawab Fano dan Ojin berbarengan yang otomatis bikin kaget dua duanya. Eh tiga deng, Kino juga ikutan kaget.
Mau tak mau mereka bertiga tertawa kecil. Aneh bisa jawab barengan, gitu pikir Ojin. Jodoh kali yak? Wekawekaweka.
"Ndak sayang, Papa gak bertengkar kok. Papa kaget aja ketemu Om Yayah. Emang Nono tadi udah kenalan?" tutur Ojin menjelaskan ke Kino dengan lembut. Mata Ojin menatap Kino penuh kasih sayang saat berbicara. Dan moment itu jelas di lihat Fano. Bagaimana hati kecilmu, Fan? Apa sudah di gedor gedor dengan rasa bersalah?
"Beyum, pi Om kaya Yayah-nya Nono, Pah" jelas Kino pada Ojin. "Kaya olang di poto umah Uti Nana" lalu mata hitam itu bergulir lago pada Fano.
"Papa beltengkal ama Om Yayah?" tanya Kino polos. Dan di jawab dengan gelengan lembut dari Ojin. "Kalo nda beltengkal ayo calim!" perintah Kino. Detik pertama Fano sedikit terkejut. Lalu Fano mengulurkan tangannya pada Ojin, dan Ojin pun menerima uluran tangan itu.
Genggaman tangan mereka terasa hangat namun kikuk. Mantap tapi juga penuh ragu. Ada juga rasa kejut seperti ribuan kupu, seperti kembali saat pertama mereka bersentuhan, di malam hari di nuansa masih memendam rasa saling mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moonlight (Taejin) ✔
Roman pour AdolescentsHanya Sebuah Rasa yang harusnya tidak hadir dari kita. Aku dan Kamu. Kamu dan Aku. Lalu menjadi Kita, tapi kita sadar kita tak seharusnya bersama. ..... Fano itu adek sepupu Ojin. Dan bagi Fano, Ojin itu sepupu spesial di hidupnya. Sedangkan Ojin pu...