Ditembak?

371 55 8
                                    

Pagi ini Haikal berangkat ke sekolah sendirian, Jendra nggak bisa masuk sekolah gara-gara jatuh dari tangga kemarin. Kok bisa? Bisa lah, buat Jendra apa sih yang nggak bisa.

Haikal memasang wajah datar saat berjalan di koridor, entah sengaja atau tidak. Siswa siswi disitu pada ngegibahin dia. Lebih baik tadi Haikal ikutan nggak masuk kalo gini caranya.

'Eh,itu Haikal kelas 11 kan? Yang katanya gay sama Jendra!'

'Dapet info darimana lo anjir?! Nggak usah ngadi-ngadi deh, ntar lo dihajar sama Jendra mau?'

'Tunggu dulu, gue denger kemarin si Vina naksir Haikal woy! Trus mau nembak ntar di lapangan voli pas istirahat.'

'Yang bener aja? Cewek nembak cowok? Tapi kalo cowoknya Haikal sih gas ngueeeng aja! Gue juga mau njir!'

Kira-kira begitu lah bisik-bisik yang Haikal dengar, tapi ia memilih mengabaikannya dan masuk ke kelas. Kelas rasanya sepi kalo nggak ada Jendra, nggak ada yang ngerecokin. Padahal tuh kelas berisiknya minta ampun, telinga Haikal bermasalah kayaknya.

Tak lama kemudian bel masuk berbunyi, dan pelajaran pertama pun dimulai. Haikal memilih memasang headset dan menyalakan musik. Jam pertama itu pelajarannya Bu Puput, guru paling membosankan menurut Haikal.

Gimana enggak? Bukannya nerangin pelajaran malah curhat sana sini, ngomel sono situ, gibahin anak kelas sebelah. Mendingan Haikal tidur, lumayan 4 jam daripada terbuang-buang.

                                         🐻🐻🐻

Entah bagaimana tadinya, sekarang Haikal berada ditengah-tengah lapangan voli. Dengan teman seangkatannya, Vina. Yang memegang satu buket bunga mawar dan sebuah kado bergambar beruang yang lumayan besar.

Tak lupa para manusia kepo yang bergerombol disekeliling lapangan, ada yang memotretnya, memvideokan nya, live Instagram, dan sebagainya. Saking terniatnya ada yang sampai nangkring diatas pohon mangga disamping lapangan.

Haikal merasa risih dengan semua ini, ingin pergi tapi dari tadi ditahan sama gadis di depannya ini. "Ada apa? Kalo nggak penting gue mau ke kelas."

"Emm, itu gue mau ngomong sama lo. Bentar aja..." ucap Vina dengan lirih dan kepala menunduk. Dilihat dari pipi nya sih sepertinya dia sedang malu, warna pipi nya sampai berwarna agak merah gitu.

Haikal menghela nafas pelan. "Lo dari tadi bilangnya mau ngomong, gue tungguin lo nggak ngomong-ngomong. Gue mau ke kelas!"

Menghela nafas pelan, Vina pun menyodorkan bunga dan bingkisan kado ditangannya. "Gue suka sama lo, lo mau jadi pacar gue?"

Haikal memutar bola matanya malas, sudah dia duga sih. Terhitung sekitar tiga puluh perempuan yang menyatakan suka kepadanya, tapi dia tolak semua. Seharusnya tanpa Haikal menjawab, Vina sudah tau jawabannya.

'HAIKAL SAYANG JANGAN MAU YA!!! AKU MASIH SUKA KAMU LOH!'

'TERIMA WOY! JANGAN DITOLAK, KALO LO TOLAK LO KUDU NIKAH SAMA GUE!'

'JANGAN DITERIMA! LO NGGAK MAU GUE BUNDIR KAN BEB?!!!'

'TERIMA WOY! BIAR CEWEK-CEWEK NGGAK SUKA SAMA LO LAGI! GUE JUGA PENGEN KEK LO ANJIR!!!'

Haikal memejamkan matanya mendengar teriakan yang tidak ada habisnya itu, memasang headset nya dan menjawab singkat. "Tujuh belas,tiga puluh dua."

Setelah mengucapkan itu, Haikal berjalan santai menuju kelas mengabaikan Vina yang tercengang. Bunga dan bingkisan ditangannya dia buang dan di injak-injak, kemudian berlalu dari situ karena merasa malu.

Best Friend (01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang