Haikal dan Jendra libur dua Minggu dikarenakan kakak kelas sedang mempersiapkan ujian. Jadinya, libur kali ini mereka akan ke desa tempat kakek dan neneknya Jendra.
"Bunda sama ayah nggak ikut?" tanya Haikal sembari memasukkan pakaian dan perlengkapannya ke dalam koper.
"Enggak, waktunya udah habis."
Haikal menatap heran kearah kedua orang tua, muka keduanya pucat dan suram. Jendra yang melihatnya juga heran, kemudian mendekati bunda Imah dan meletakkan telapak tangannya dikening sang bunda.
"Nggak panas kok, bunda sakit?" tanya Jendra sembari menatap wanita tersebut dengan aneh.
Ayah yang melihatnya hanya tertawa pelan lalu keluar dari kamar disusul bunda yang tanpa mengatakan apapun.
Haikal mendekati Jendra yang masih terdiam didepan pintu. "Ayah sama bunda aneh nggak sih? Masa tiap aku nanya, selalu dijawab 'waktunya udah habis'. Apa nya yang habis coba?" ujar Haikal pelan.
Jendra mengusap tengkuknya lalu menatap Haikal. "Nggak tahu, ntar tanya sama mama aja deh. Sekarang kopernya kamu bawa, terus langsung masukin ke dalam mobil."
"Nggak pamit sama bunda dan ayah?" tanya Haikal lalu menarik kopernya dan berjalan keluar kamar diikuti Jendra.
"Emang bakal dijawab? Nggak kan? Ntar kalau mereka udah baikan kamu telpon aja pas udah sampai di desa!" ucap Jendra kemudian berlalu ke dapur dimana bunda dan ayahnya Haikal berada.
Haikal sendiri langsung kehalaman rumahnya yang sudah ada mobil papa Tio. Mama Ita yang melihat Haikal pun membantu memasukkan koper nya kedalam mobil.
"Ma, Haikal mau nanya. Itu bunda sama ayah kenapa sih? Kok dari bangun tidur sampai aku beres-beres diam aja? Aku nanya nggak dijawab."
Mama Ita mengusap pelan kepala Haikal lalu tersenyum. "Nanti mama kasih tahu pas udah sampai di desa, sekarang nggak usah dipikirin. Kamu masuk mobil sambil main handphone dulu! Tuh si Jendra."
Benar saja, Jendra keluar dari dalam rumah dengan muka yang sedikit berwarna merah. Setelahnya langsung masuk mobil tanpa basa-basi. Mama Ita dan Haikal juga langsung ikut masuk.
Haikal dan Jendra dikursi belakang, sedangkan mama Ita duduk disamping papa Tio yang mengemudi.
Tak lama kemudian mobil tersebut mulai berjalan meninggalkan rumah Haikal dan memasuki jalan raya.
"Tadi kenapa kok pas keluar muka mu merah?" tanya Haikal sembari membuka bungkus makanan ringan.
Jendra melirik Haikal sebentar, lalu mengarahkan pandangannya ke luar jendela. "Nggak tahu, pas kamu udah keluar tadi. Aku nyoba bicara sama ayah bunda, eh malah aku ditatap intens. Kan jadi takut anjir!" ujar Jendra.
Haikal reflek melirik mama dan papa Jendra yang terdiam, kemudian kembali menatap Jendra yang terlihat marah tapi juga takut?
'Ada yang nggak bener nih. Ya kali hidup gue kaya yang ada di cerita wattpad-wattpad gitu? Ternyata ayah sama bunda itu setan, trus aku dipungut... Ngadi-ngadi emang nih otak!'
🐻🐻🐻
"Alhamdulillah, kembarnya nenek sampai di desa dengan selamat!" ujar seorang wanita tua yang keluar dari dalam rumah dan langsung memeluk Haikal dan juga Jendra.
Pukul 17.10 WIB mereka baru sampai di desa, sepanjang perjalanan kedua anak tersebut tidur. Bangun-bangun udah sampai aja.
"Mbok yo dijak mlebu sek to, do kesel lho bocah-bocah ke." Dari halaman belakang rumah keluar pria tua yang langsung menuntun Haikal dan Jendra masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend (01)
Teen FictionIni kisah tentang persahabatan antara Haikal Nugraha dan Jendra Gumelar. Mereka bersahabat sejak masih kecil dan selalu bersama-sama. Dimana ada Haikal, disitu ada Jendra. Tak jarang orang lain mengira mereka berdua itu kembar, karena selalu menempe...