Pulang sekolah kali ini Haikal dan Jendra dijemput oleh bunda Imah, jaga-jaga kalau mereka pulang terlambat seperti kemarin. Bikin khawatir saja!
"Kok tumben bunda yang jemput? Mama kemana?" tanya Jendra sembari memasuki mobil dan duduk disamping Haikal yang sibuk membuka sepatunya.
"Lagi nyiapin barang-barang buat panen, sayuran belakang rumah udah siap dipanen. Jadi gantian bunda yang jemput!" jawab bunda.
Jendra mengangguk sok ngerti. "Apa aja emang yang udah siap dipanen?" sahut Haikal yang sudah melepas sepatunya, kemudian merebahkan kepalanya ke paha Jendra.
"Sayurnya sih sawi, kacang panjang, terong ungu, cabai, tomat. Kalau buahnya cuma nanas, markisa, pisang sama timun."
"Woah, banyak banget itu Bun. Nggak pakai cuma!" ujar Jendra kemudian menutup mulutnya, tak lupa satu tangannya juga menutup mulut Haikal.
"Alhamdulillah, makanya kalian nanti bantuin. Jangan cuma nonton aja!"
"Siap!"
"Ayah sama papa juga ikutan?" tanya Haikal setelah menepis tangan Jendra dari mulutnya. Kemudian bangun dan kembali menyandarkan kepalanya ke bahu Jendra.
Bunda hanya mengangguk mengiyakan. Diam-diam tersenyum melihat tingkah Haikal dan Jendra dibelakang yang sepertinya akan bertengkar.
Sesampainya dirumah...
"Kita panennya dirumah mama atau bunda?" tanya Haikal setelah berganti pakaian dan makan siang. Tak lupa memakai topi dan kaus tangan.
"Rumahnya bunda lah, kalau dirumah mama belum siap dipanen!" sahut Jendra sembari memberikan dua keranjang ke sahabat nya.
"Ya udah, ayo kalau gitu!" ajak Haikal kemudian menarik tangan Jendra kebelakang rumah. Jendra yang pada dasarnya sedang rempong membawa topi, kaus tangan, keranjang dan sepatu pun pasrah diseret oleh Haikal.
Sesampainya di belakang, terlihat ayah Yan dan papa Tio yang sudah mulai menebang pohong pisang. Sedangkan mama Ita dan bunda Imah memetik timun.
"Bantuin sini, jangan cuma nonton!" teriak papa ketika melihat kedua anaknya malah bengong memperhatikan mereka berempat.
Akhirnya Jendra berjalan ke arah pohon tomat, memetik buahnya kemudian memasukkannya ke keranjang. Sedangkan Haikal pergi memetik cabai sendirian.
"Aku bantuin Jendra dulu, takutnya tomat yang masih muda ikutan dipetik kan nggak bagus." Ujar bunda kemudian berjalan mendekati Jendra.
'Haikal perlu ditemenin nggak ya? Tapi masa metik cabai aja nggak tahu caranya?' batin mama Ita sembari memperhatikan Haikal yang sibuk melakukan tugasnya.
"Woah, pisang nya kok gede banget yah?" tanya Haikal ketika melihat pisang yang sudah diambil dari pohon nya dan diletakkan di teras belakang rumah.
"Iya lah, kan dikasih pupuk sama disiram dengan rutin sama bunda kamu. Belum lagi nggak ada hama pengganggu disini, jadi bagus banget pisangnya!" jawab ayah Yan sembari mengusap keningnya yang berkeringat.
"NGGAK USAH TEBAR PESONA, UDAH TUA JUGA!" teriak bunda Imah ketika melihat suaminya yang sibuk memamerkan jidatnya.
"TUA-TUA GINI JUGA MASIH GANTENG KOK BUN!"
"Ganteng dari lubang sedotan ya?" sahut Haikal jengah.
"Aneh-aneh kamu!"
🐻🐻🐻
"Itu masih kecil kenapa malah dipetik?" ujar mama Ita ketika melihat anaknya memetik kacang panjang yang masih muda.
"Kan udah panjang ma, berarti udah bisa dipetik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend (01)
Teen FictionIni kisah tentang persahabatan antara Haikal Nugraha dan Jendra Gumelar. Mereka bersahabat sejak masih kecil dan selalu bersama-sama. Dimana ada Haikal, disitu ada Jendra. Tak jarang orang lain mengira mereka berdua itu kembar, karena selalu menempe...