Belanja

243 39 9
                                    

"Ssstt, hey! Bangun, temenin mama belanja yuk."

Ini baru pukul 04.00 WIB, yang artinya adzan subuh aja belum terdengar. Tapi mama dan nenek udah bangunin si kembar.

Haikal mengerat kan selimut nya lalu memeluk sang kakak yang berusaha membuka kedua matanya. Kaki Haikal dengan enaknya naik ke badan Jendra, tak lupa memeluk tubuhnya erat.

"Kamu berat loh, awas ih!" tangan Jendra berusaha menyingkirkan badan Haikal dengan susah payah, setelah berusaha beberapa detik akhirnya lepas juga.

"Kenapa sih nek? Ini belum adzan subuh tahu, belum waktunya sholat! Tadi aku juga udah sholat tahajud sama kakek."

Mama Ita yang melihatnya hanya terkekeh pelan, lalu menarik tangan yang lebih tua dan membantunya berdiri. "Cuci muka trus gosok gigi, nggak usah mandi. Soalnya dingin, setelah itu temenin mama sama nenek ke pasar!" perintahnya kemudian mendorong badan anaknya ke dalam kamar mandi.

Setelah memastikan yang satu masuk kamar mandi, mama Ita beralih membangunkan anak satunya yang tidurnya malah makin nyenyak.

"Ibu nyerah, kamu bangunin pelan-pelan aja! Ibu mau ambil tas dulu ke dapur." Ujar nenek lalu berdiri dari duduknya, tak lupa menepuk bokong cucunya yang masih tertidur.

"Ibu masuk mobil duluan aja, pintunya nggak ke kunci kok. Aku ngurus dua krucil ini dulu."

Setelah nenek keluar, Jendra juga baru keluar dari kamar mandi dengan wajah basah dan sedikit menggigil.

"Pakai jaket, habis itu langsung masuk mobil aja. Mama mau bangunin ini bocil satu!" Jendra mengangguk pelan lalu mengambil jaketnya dan bergegas keluar dalam keadaan terkantuk-kantuk.

Beberapa saat kemudian, mama dan Haikal menyusul masuk kedalam mobil. Mama bagian mengemudi, nenek disamping kemudi, sedangkan si kembar duduk dibelakang dengan berbalut jaket tebal.

"Kok dingin banget sih? Padahal nggak dekat sama gunung loh rumah nenek tuh!" protes Jendra sembari mengeratkan jaketnya, Haikal diam-diam juga memeluk kakaknya.

"Loh kamu lupa? Kakek kamu namanya Gunung loh, ya wajar dingin walaupun nggak di dekat gunung." Sahut mama Ita sembari tertawa pelan.

Jendra dan Haikal bertatapan sebentar lalu mengerutkan keningnya. 'Iya juga ya...'

🐻🐻🐻

"Kalian ikut nenek apa mama?" tanya mama Ita setelah mereka berempat sampai di pasar tradisional. Meski masih tergolong gelap, tapi pasar tersebut sudah ramai oleh pembeli dan penjual.

Haikal memeluk lengan Jendra dengan erat. "Terserah, yang penting barengan!" ujarnya pelan sembari melihat-lihat sekitar.

'Kalau nggak kembar nggak mungkin akur kayak gitu, mungkin masih adu mulut kayak dulu-dulu!' batin mama Ita.

"Ya udah, kalian ikut mama aja. Nenek kalian udah terbiasa sama sekitar sini, jadi kalian nemenin mama aja!"

Setelah itu, nenek memisahkan diri dari si kembar dan mama Ita. Mama Ita kemudian berjalan menuju penjual sayuran yang berjejer panjang.

Sementara mama membeli ini itu, Jendra dan Haikal sibuk melihat-lihat sekitar. "Padahal diluar gelap sama dingin banget, tapi di dalam hangat." Bisik Haikal sembari memeluk kakaknya dari belakang dengan erat.

Jendra hanya mengangguk sembari menepuk-nepuk punggung tangan adeknya yang dingin. Tak lama kemudian mama mereka pun memanggil agar mereka mendekat.

Best Friend (01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang