Terungkap

264 34 3
                                    

Jendra menggigit bibir bawahnya dengan kuat, bahkan mungkin sampai berdarah. Mendengar penjelasan dari mama dan papa nya membuat dia terkejut bukan main.

Lain dengan Haikal, anak itu bahkan sudah meneteskan air matanya sejak tadi. Bukan sedih, tapi lebih ke bahagia mungkin?

"Sekarang ngerti kan kenapa kalian berdua selalu bersama terus sejak kecil? Bahkan bikin orang-orang sampai ngira kalau kalian homo karena nggak memiliki hubungan darah tapi kok barengan terus!" ucap mama Ita lalu memeluk kedua anaknya dengan erat.

Jendra melepaskan pelukan mama nya lalu menatap semua yang ada diruangan itu dengan heran. "Sebentar! Sebentar dulu, ini aku masih belum paham sama sekali."

Nenek Diyem yang melihat cucu nya kebingungan segera menariknya lalu mendudukkan nya disebelah dirinya.

"Gini loh sayang nya nenek. Kamu sama Haikal itu kembar beda beberapa menit, kamu sama Haikal saudara kandung. Haikal bukan anaknya bunda Imah!" ujar nek Diyem sembari mengusap punggung cucunya yang sedikit lemot ini.

"Terus? Kok bisa Haikal sejak kecil sama bunda? Haikal dijual gitu?" ceplos Jendra dengan muka polosnya. Papa Tio yang melihatnya langsung mengusap mukanya sendiri dengan sedikit frustasi.

Haikal lalu mendekati Jendra dan menggeplak kepalanya dengan keras. "Mulut suka nya asal nyeplos! Kalau aku dijual, aku nggak bakalan ada di sini sekarang! Gila."

"Lah, terus kenapa dong? Emang situ udah paham?" kata Jendra sedikit nyolot. Pasalnya tadi malam perutnya udah ditonjok, pagi ini digeplak. Besoknya diapain lagi? Ditendang? Terjungkir, terjungkal.

"Kalau orang tua ngomong itu diresapi dulu sayang, jangan langsung ini itu. Tadi sama mama dan papa kalian kan udah dijelasin!" ucap nenek dengan gemas lalu memeluk kedua cucunya.

"Cah bagus tek ora mudeng tembung to, tak kon sekolah kene lho koe ngko le!"

"Jangan dong pak, ini aja baru dikasih tahu biar nanti bisa lengkap kalau dirumah. Malah mau diambil satu, ya jangan dong!" protes papa Tio.

'Ini para orang tua bagaimana sih? Aku aja belum paham malah udah bahas yang lain. Kok nggak ada sedih-sedih nya gitu kalau emang selama ini Haikal tuh adek kandung ku yang menghilang.'

"Daripada bingung, mendingan kalian istirahat sambil pahami kata-kata mama sama papa tadi. Nah, kalau udah ngerti. Nanti kalian samperin mama sama papa sambil nangis-nangis gitu kayak di sinetron!" ucap papa Tio lalu menarik kedua anaknya agar masuk dan istirahat ke dalam kamar.

"Daripada nonton sinetron, mendingan nonton T*m and J***y saja. Walaupun udah gepeng tetap masih hidup!" Nenek lalu berjalan keruang tamu dan menyalakan televisi disana.

🐻🐻🐻

"Wah, nggak nyangka gue! Ternyata selama ini lo tuh adek gue, berarti kalau orang bilang kita kembar itu bener dong?" Jendra menjadikan Haikal sebagai guling dan memeluknya erat.

Haikal hanya bisa pasrah, biarin aja deh. Mau berontak juga tenaga nya kuat kakaknya. Dia mana ada otot, adanya perut bayi.

"Iya ya, tapi tadi mama sama papa kok nggak ada sedih-sedih nya? Kayak nangis terharu gara-gara anaknya yang satu udah kembali, lah ini tadi enggak!" balas Haikal.

Jendra melepaskan pelukannya lalu berbaring dan menatap keatas. "Kan dari kecil lo tetap ada disekitar gue sama mama dan papa. Tapi pasti ada alasan nggak sih? Kenapa mama sama papa ngerelain lo dirawat sama bunda Imah, padahal kan kita kembar."

"Lo sakit, gue ikutan. Atau nggak malah lo sembuh, gantian gue yang sakit. Tapi kok gue sama lo nggak ngeh gitu ya? Anak kembar kan kayak gitu!" ujar Haikal.

Best Friend (01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang